Monday, August 10, 2009

I Miss You



I can't sleep, I just can breathe. When your shadow is all over me, don't wanna be a fool in your lies. 'Couse what we had was built on lies and when our love seems to fade away. Listen to me, hear what I say. I don't wanna feel the way that I do. I just wanna be right here with you. I don't wanna see, see us apart. I just wanna say it straight from my heart, "I Miss You"

Apa kabar, Honey?

Malam beranjak larut, tapi mata ini belum juga mau untuk ditutup. Semua penghuni rumah sudah mulai berlabuh dalam tidur masing-masing, tapi aku? Aku tetap terjaga. Tak sanggup menutup mata. Kucoba menyalakan tivi, nggak bisa tidur. Ku coba memainkan game, malah nggak bisa berhenti. Akhirnya aku memilih untuk mematikan seluruh lampu dan mencoba merebahkan badanku. Satu menit, dua menit, tiga menit. Setengah jam. Aku masih terjaga juga. Belum bisa menutup mata.

Kuraih handphone diatasa meja sampining tempat tidurku. Ku buka inbox dan Aku baca sms-sms yang masuk hari ini. Satu persatu sms aku baca, hingga aku menemukan satu sms yang datang dari honey-ku. Tiba-tiba ide nakal mulai merasuki isi kepalaku. Aku ingin dia juga merasakan apa yang aku rasakan malam ini.

“hi, honey. Apa akabar? Sehat? Bagaimana kabar asrama?anak-anak?” satu sms sudah terkirim dari handphoneku. Tak berselang lama, satu sms balasan masuk ke inboxku. Dari honey.

“Asrama baik-baik saja. Apa lagi semenjak kamu nggak ada. Asrama amat sangat baik. Anak-anak juga.... kayaknya seneng banget.”

“Alhamdulillah.......LANJUTKAN!” balasku menghibur diri. Meskipun aku masih belum percaya, tapi melihat sms dia, aku jadi merasa bersalah mengapa telah meninggalkan mereka.

“Feel lonely nih.... ‘Coz of you, Honey” imbuhku.

“Masa’?? capa juga yang suruh jauh-jauh dari aku. So, i don’t care!” lagi-lagi aku merasa ada yang hilang dari diriku ketika membaca balasannya.

“Sebenarnya aku nggak mau jauh-jauh dari honey. Tapi, karena aku nggak bisa ninggalin, terpaksa deh.... “ balasku beserta alasanku mengapa aku meninggalkan asrama.

“Honey, kamu ngrasa nggak, akhir-akhir ini ada yang aneh dengan kita?” tanyaku lagi.

“Apa?” tepat. Sesuai dengan dugaanku.Pasti dia akan bertanya begitu.

“Kok malah nanya? Honey ngrasa nggak?” smsku lagi.

“Tidak. Emang kamu ngrasa apa githu?” balasnya.

“Kalo nggak ngrasa, ya udah! Emang aku pikirin! ha..ha...ha...” jawabku sedikit bercanda. Aku terkikik menahan tawa ketika menulis kata-kata itu. Aku sudah bisa menebak, ekspresi apa yang akan dia katakan setelah membaca smsm,
“Nyebeliniiin. Awas!” tepat sekali lagi.

“Honey, jawabnya githu sih....., jadinya gue juga ikut-ikutan. Jawab yang bener ya.... serius nih....honey, ngerasakan ada yang aneh nggak dengan kita akhir-akhir ini? Jawab yang jujur ya.....” tanyaku lagi. Lebih serius dibanding dengan pertanyaan awal.

“Aku ngrasa, kamu yang aneh.... tiba-tiba menghilang, seakan menjauhi sesuatu di asrama. Atau apa....? sikap kamu ke aku juga..... kadang manis, kadang tak mau tahu. Nyebelin poko’e. Tapi yach.... aku positive thinking aja. Gimanapun sikap kamu, mungkin emang it’s you. So?” jawabannya membuatku berfikir ulang. ‘Sampai segitunya ya, dia bertanya-tanya dengan perubahan sikapku?’ itu wajar saja jika melihat perubahan mendadak sikapku akhir-akhir ini. Kalau boleh jujur, ini bukanlah manuverku. Semua sudah aku rencanakan. Dalam statusku beberapa Minggu yang lalu aku pernag menulis, ‘bulan-bulan ini aku akan lebih murah senyum, bulan berikutnya, mana aku tahu?’ dan itulah maksud dari statusku waktu itu.

“Kalau dengan asrama, gue nggak bisa cerita, rahasia. Kalau sama honey, ada benarnya juga sih....terlalu jaim kali ya.... sebenarnya aku orangnya pedulian lho.... cuman, kalo aku dah dikecewai aku jadi orang yang nggak mau tahu.” Argumenku dalam sms balasanku.

“Emang aku pernah ngecewaian?” tanyanya kemudian.

“Pernah nggak ya..... kalau ngelihat perubahan sikapku pada honey, menurut honey gimana?” tanyaku ganti.

“Gak tahu juga. Yang jelas pasti pernah, tapi mungkin aku saja yang nggak nyadar... Ingetin dong kalau aku pernah ngecewain.” Aku tersenyum membaca sms-nya. Ku rubah posisi tidurku. Berfikir sejenak, kemudian melanjutkan pertanyaanku,

“Eh, jangan-jangan yang lain ikutan baca sms kita nih....mereka udah pada tidur semua, kan?” tanyaku kemudian. Mencoba menerka-nerka, apakah teman-temannya ikutan membaca smesku malam ini dengannya. Seperti yang aku tahu, wanita lebih gampang membuka-buka rahasianya pada wanita lainnya. Entah itu karena agar yang lainnya tahu, atau karena....... ‘entahlah, kenapa aku begitu mengamatirkan semua ini?’

“Udah......., mereka udah sampe China. He..he...he...” aku tersenyum lagi membaca smsm. ‘China? Apakah ini hanya pikiranku saja, kenapa dia menyebut China? Jangan-jangan karena dia masih kepikiran dengan madingnya yang bertemakan tujuh keajaiban dunia?’ bisikku dalam hati.

“Kirain mereka ikutan nimbrung. Eh, ganti honey dong tanya apa githu, mumpung aku lagi membuka diri, jarang-jarang lho aku mau buka diri, gini....” lega rasanya, ternyata tak ada orang lain yang membaca sms-smsku dengan dia malam ini.

Setelah mendapat sinyal dariku, ternyata dia langsung menanyakan itu padaku. “Oya? berarti aku orang pilihan dong...he..he..he...pertanyaanku mudah kok. Mimpi kamu?”

“Mimpi kali yeee.....” candaku, “Kok pertanyaannya sulit banget jawabannya? harus dijawab sekarang ya...? tambahku. Ini pertanyaan sulit lho.... aku harus berfikir ekstra untuk menjawab ini. Selain karena reputasiku, pertanyaannya juga mengandung makna ganda. ‘Jangan-jangan dia mau mengorek rahasiaku?’ tanyaku dalam hati.

“Ya iya donk, masa’ tahun depan?? Cape deh....”

“Mimpi aku ya.... hmmmm....yang jelas, pengin jadi orang sukses. Dalam 2 tahun ke depan ini aku lagi ngejar mimpi aku yang sempat porak-poranda. Do’ain moga lancar ya... trus, karena kakakku kayaknya udah mau merit, sekarang aku juga mulai mencari soulmate aku nih....selain itu, aku pengin membahagiakan ibuku. beliau udah banyak menderita karena aku. Jawaban aku udah benar belum?” hah, lega rasanya bisa menjawab pertanyaannya. Meskipun ragu, apakah dia bisa mengerti jawabanku mengenai mimpi-mimpiku, tapi sedikit banyak, aku yakin dia bisa mengerti.

“Belum. Sebagian masih gambang. Mimpi apa yang porak-poranda? emang dulu ngapain, kok ibunya bisa menderita? trus udah nemu soulmatenya belum? He...he...he... tak sengaja cerewet mumpung kamu mau terbuka. Awas kalo nggak dijawab.” Lho? Kok nggak ada yang bener gini. Kok malah menimbulkan banyak pertanyaan gini?

Aku mencoba membalas pertanyaannya lagi. Lebih spesifik apa yang gue maksud, biar tidak ambigu. Menjelaskan rencanaku yang porak-poranda. Masalhku dengan ibu dan “Soulmate? masih dalam pencarian.” Mengakhiri penjelasanku. Aku memberikan penekanan pada penjelasanku, mengenai rencana yang telah porak-poranda. Dan tak lupa juga “jangan sampai bocor, ya....”

“Oke, now I’ve known you more..... thanks you’ve believed me... I gonna save it. It’s too night. Anymore?” dia sudah paham dengan penjelasanku.

“Jangan sampe bocor ya...... Honey tahu sendiri kan, kalo aku udah dikecewakan, aku nggak peduli lagi dengan orang itu. Sebenarnya masih ada pertanyaan untukmu, honey. Kapan-kapan kita sambung lagi.” Balasku mengingatkan agar dia menjaga rahasiaku.

“Key, I promise. Tapi kalo sesuatu saat aku ngecewain kamu, sorry yach, aku tetap peduli ama kamu. ‘Coz bagiku, sahabat itu adalah saudara. Aku akan terus peduli meskipun menyakitkan. Cie....ehem...night.” Janjinya padaku. Serius di awal, sedikit canda di akhir smesnya. Aku tersenyum membaca tulisannya. Honeyku memang tahu yang aku mau.

“Thanks ya.............” balasku. Sedikit tambahan, “Kata-kata terakhirmu itu lho yang ngrusak suasana, jadi nggak berwibawa. Love you, honey.” Balasku. Aku tersenyum sekali lagi ketika menombol ‘kirim’ dalam handphoneku.

“Ben. Wes, aku mau tidur. Nggak paker love-lovean! ” balasnya mengakhiri sms-sms kita. Jam digital dalam handphoneku menunjukkan pukul 11.57 malam. ‘Sudah larut’ pikirku. Aku menghela nafas lega. Kuraih selimutku, meletakkan handphoneku di atas meja kembali. Ku putuskan untuk segera tidur, besok masih ada tehnikal meeting untuk final perang mading di Kediri. Aku harus cepat istirahat, memulihkan tenaga untuk acaraku esok hari.

Bulan sabit bersinar terang di langit malam ini. Cahaya lembutnya menerobos masuk melewati salah satu atap kaca di dalam kamarku. Aku bersyukur atas nikmat yang telah diberikan padaku, sebelum hari ini, hari ini, esok dan seterusnya. ‘Thanks god for everything.’