The Sixth Sense dan Pikiran yang Mendadak Ribut Lagi


 Sudah lama aku nggak nonton film, apalagi film lama. Tapi entah kenapa, semalam tiba-tiba muncul cuplikan film The Sixth Sense (1999). Film jadul yang dulu sempat rame banget, terutama karena plot twist-nya yang bikin orang mikir berkali-kali. Iseng akhirnya aku nonton lagi. Eh, ternyata dampaknya bukan cuma sekadar nostalgia, tapi malah bikin kepalaku penuh dengan pikiran yang nggak selesai-selesai.

Film itu kan ceritanya tentang seorang anak kecil yang bisa melihat hal-hal yang orang lain nggak bisa lihat. Dia hidup dengan rasa takut, penuh tekanan, karena orang-orang di sekitarnya nggak percaya sama apa yang dia alami. Sampai akhirnya ada satu orang yang benar-benar mencoba memahami. Dari situ aku jadi kepikiran, sebenarnya dalam hidup sehari-hari, banyak orang yang kayak si anak kecil itu. Bukan soal bisa lihat hantu, tapi tentang ngerasain hal-hal yang orang lain nggak ngerti.

Kadang kita bawa beban sendiri, simpan ketakutan sendiri, tapi nggak ada yang percaya. Giliran cerita, malah dikira lebay. Giliran diam, dikira nggak ada masalah. Padahal, kayak di film itu, yang bikin si anak kecil bertahan bukan karena masalahnya hilang, tapi karena akhirnya ada yang mau dengerin. Itu yang bikin aku refleksi, selama ini aku juga sering pengen didengar, tapi nggak semua orang punya waktu atau keberanian buat mendengarkan.

Lucunya, The Sixth Sense itu kan film horor-psikologis. Tapi justru bagian paling horor bukan pada sosok-sosok yang muncul, melainkan rasa sepi yang dirasakan tokohnya. Sepi karena orang nggak percaya. Sepi karena harus melawan ketakutan sendirian. Itu yang menurutku mirip banget dengan apa yang kadang aku rasain. Rasanya kayak jalan sendirian di tengah keramaian, semua orang ada tapi nggak ada yang benar-benar hadir.

Setelah nonton, aku jadi mikir, mungkin setiap orang punya “hantu” versi mereka sendiri. Ada yang berupa masa lalu, ada yang berupa rasa bersalah, ada yang berupa trauma, ada juga yang berupa cerita yang nggak pernah selesai. Bedanya, nggak semua orang bisa melihat “hantu” orang lain. Kadang malah gampang banget nge-judge, padahal nggak tahu gimana rasanya hidup dengan beban kayak gitu.

Comments

Popular Posts