Akulah Penjahatnya (Setidaknya Itu yang Mereka Katakan)

 


Akhir-akhir ini, di kepala aku seperti ada suara kecil yang terus mengulang satu kalimat: “Kamulah penjahatnya.” Suara itu nggak kencang, tapi cukup menusuk. Pelan-pelan merayap, mempengaruhi caraku memandang diriku sendiri. Dan anehnya, semakin aku mencoba membungkamnya, semakin keras dia terdengar. Setiap tatapan orang, setiap bisik-bisik samar di lorong kantor, rasanya seperti potongan puzzle yang disusun rapi untuk memperkuat “narasi” itu, aku pelakunya, aku sumber masalahnya.

Kadang aku pikir, mungkin ini cuma paranoia. 

Tapi lalu, ada saja tindakan atau sikap mereka yang terasa seperti ingin menggarisbawahi anggapan itu. Senyum yang setengah hati. Pertemuan yang tiba-tiba diadakan tanpa mengundangku. Semua itu kayak serentetan kode yang, kalau aku sambungkan, ujungnya selalu mengarah ke satu kesimpulan: mereka sudah memutuskan peranku di cerita ini, dan aku nggak punya kesempatan buat membela diri.

Yang bikin tambah berat, aku nggak cuma harus menghadapi mereka, tapi juga menghadapi diriku sendiri. 

Aku mulai gemetar kalau membayangkan harus datang ke kantor. Merinding ketika melihat nama-nama tertentu di layar ponsel. Nafasku jadi pendek-pendek, padahal aku cuma duduk diam di meja kerja. 

Kadang aku tanya ke diri sendiri, “Bisa nggak sih aku bertahan?” Dan jujur, jawabannya nggak selalu optimis. Ada hari-hari di mana rasanya menyerah itu jauh lebih gampang daripada terus berjuang di tempat yang membuatku merasa terpojok begini.

Kadang aku membatin, kalaupun mereka ingin aku terlihat sebagai penjahat, biarlah. Aku nggak bisa memaksa orang untuk melihat versiku. Yang bisa kulakukan cuma memutuskan apakah aku akan tenggelam di cerita mereka, atau bikin ceritaku sendiri. Dan meskipun sekarang rasanya sulit, aku mau percaya bahwa suatu hari nanti, aku akan bisa berdiri lagi, tanpa rasa takut, tanpa gemetar, dan tanpa bayang-bayang tuduhan yang mereka sematkan.

Kalau mau jujur, aku nggak tahu kapan hari itu datang. Tapi mungkin, untuk saat ini, bertahan saja sudah cukup.




sumber foto

Comments

Popular Posts