Catatan yang Tidak Pernah Kukirim
Cinta, ternyata hanyalah permainan yang diam-diam kejam.
Siapa yang terlalu jujur, terlalu berani membuka hati, dialah yang lebih dulu kalah.
Dan aku tidak ingin kalah lagi.
Maka kutahan semua rindu ini, seperti luka yang kubiarkan bernanah dalam diam.
Kusimpan segala kata yang ingin sekali meluncur dari bibirku, agar kamu tidak tahu betapa aku ingin mendekat.
Sebab aku sudah tahu, semakin banyak aku menunjukkan rasa, semakin jauh kamu akan melangkah.
Lucu ya, bagaimana cinta bisa membuatku pura-pura tidak peduli, padahal di dalam dada aku sedang berteriak mencari.
Aku harus tampak biasa saja, seakan kamu bukan apa-apa.
Padahal tiap malam aku mengulang namamu dalam doa yang tidak pernah sampai.
Rindu ini seperti asap, menyelimuti, menyesakkan, tapi tidak pernah bisa kugenggam.
Kadang aku berharap kamu bisa melihat retakan di mataku, agar aku tidak perlu lagi berpura-pura kuat.
Tapi bukankah itu sama saja bunuh diri? Karena begitu aku telanjang dengan perasaan, kamu akan tahu betapa rapuhnya aku… dan kamu akan pergi.
Jadi biarlah aku kalah perlahan, dalam sunyi yang panjang.
Biarlah rinduku membusuk di tempat tersembunyi, tempat yang bahkan kamu tidak akan pernah curiga.
Kalau cinta adalah permainan, maka aku akan tetap bertahan dalam peran ini, sebagai pemain yang diam, yang menahan langkah, yang pura-pura tak peduli, meski sebenarnya hatinya sudah hancur berkali-kali.
Aku tidak menunggumu.
Aku hanya menunggu diriku sendiri, sampai lelah ini berubah jadi lupa.
Atau sampai rinduku benar-benar berhenti bernapas.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!