Kepala Siapa yang Sekuat Itu?
Aku sering banget kepikiran, gimana sih para artis itu mengelola pikirannya? Apa mereka punya teknik rahasia biar tetap tenang meski dihantam gosip kiri-kanan? Apa mereka nggak pernah nangis diam-diam di kamar, atau sebenarnya mereka sering banget breakdown tapi publik nggak pernah tahu? Apa mereka punya mental baja sejak lahir, atau itu cuma hasil dari latihan bertahun-tahun karena sudah terbiasa disorot kamera?
Kadang aku iri, kadang juga bingung. Gimana rasanya ketika setiap gerak-gerik jadi konsumsi publik? Apa nggak capek kalau salah senyum aja bisa jadi headline? Apa nggak gila rasanya kalau tiap status media sosial langsung ditafsirkan macem-macem, dipelintir seenaknya? Aku baru kena satu isu kecil aja udah bikin kepalaku panas, tanganku dingin, dan wajahku rasanya pengen ngilang dari muka bumi. Lalu mereka, yang tiap hari harus hidup dengan gosip, hujatan, bahkan fitnah—kok bisa tetap keluar rumah dengan wajah tenang? Apa itu cuma topeng? Atau memang mereka sudah mati rasa?
Kalau ada orang yang maki-maki di kolom komentar, apa artis itu beneran nggak baca? Atau mereka baca tapi pura-pura cuek? Kalau dibohongi media, difitnah tanpa bukti, apa mereka punya strategi tertentu biar nggak terbawa emosi? Aku sering tanya ke diriku sendiri, bagaimana caranya mereka bisa tetap tersenyum di depan kamera, padahal mungkin beberapa menit sebelumnya baru aja dibilang “palsu,” “murahan,” atau “nggak berbakat.” Apa mereka punya tim psikolog pribadi? Atau mereka cukup mengandalkan ketebalan muka?
Aku juga heran, apa mereka nggak pernah pengen balas dendam? Apa nggak ada dorongan untuk bikin status panjang lebar demi klarifikasi? Karena aku, kalau ada satu orang aja yang salah paham, rasanya pengen buru-buru jelasin. Tapi mereka? Seribu gosip menyerang, seribu hujatan datang, mereka bisa diam. Apa diam itu pilihan? Atau diam itu karena mereka udah nggak punya energi lagi buat melawan?
Kadang aku mikir, mungkin sebenarnya mereka rapuh. Mungkin setelah lampu kamera mati, mereka masuk kamar dan nangis segede-gedenya. Tapi kenapa yang kelihatan ke publik selalu ketenangan itu? Apa karena kalau mereka menunjukkan sisi lemah, justru makin ditertawakan? Jadi ketenangan itu bukan kekuatan, tapi semacam tameng? Apa semua itu hanya akting?
Lalu aku balik bertanya, kalau aku yang posisinya jadi mereka, apa aku bisa bertahan? Kayaknya nggak. Baru kena satu tuduhan kecil aja aku langsung goyah. Baru ada bisik-bisik kecil aja aku langsung kepikiran seminggu. Baru ada tatapan sinis aja aku langsung pengen ngurung diri. Jadi apa mereka benar-benar manusia biasa kayak aku? Atau mereka makhluk lain yang kepalanya udah di-upgrade buat tahan banting?
Dan ujungnya aku tetap nggak punya jawaban. Aku cuma bisa terus bertanya: gimana mereka bisa kuat? Gimana mereka bisa tetap tenang? Gimana mereka bisa melangkah di kerumunan tanpa rasa malu? Apa rahasianya? Atau jangan-jangan, sebenarnya mereka juga nggak kuat—cuma bedanya, mereka nggak punya pilihan selain pura-pura kuat.
sumber foto
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!