Sehari yang Rasanya Nggak Berhenti


Pagi ini dimulai dengan antrean di poligigi. Rasanya masih agak was-was sih, soalnya kemarin dua gigi sukses dicabut dengan drama berdarah-darah yang lumayan bikin deg-degan. Jadi begitu duduk di kursi tunggu, yang ada kepikiran terus: gimana kalau gusinya infeksi? Gimana kalau ternyata ada luka yang belum sembuh? Tapi ternyata, begitu dicek, semua baik-baik saja. Dokternya malah santai bilang, “sudah nutup kok, nggak ada masalah.” Rasanya langsung lega, kayak beban hilang begitu aja. Dari situ, aku tahu, hari ini bakal panjang.

Keluar dari poligigi, aku langsung tancap gas ke dinas imigrasi. Bukan buat urusanku sendiri sebenarnya, tapi nanyain cara bikin paspor. Alasannya bikin kaget: kakak mau umroh. Katanya nggak bisa ditunda sampai tahun depan. Aku sampai mikir, kok bisa ya mendadak begini. Tapi ya, kalau sudah bicara soal ibadah, siapa sih yang bisa nebak jalan ceritanya? Jadi aku ikut aja, nyiapin mental buat antri lagi.

Di imigrasi, suasananya beda banget. Orang lalu lalang dengan map di tangan, wajah serius, ada yang buru-buru, ada juga yang santai kayak jalan-jalan. Aku langsung tanya-tanya ke petugas, tentang masalah mata yang diderita kakakku, apa syaratnya, perlu surat rekomendasi dokter atau nggak. Jawabannya lumayan bikin lega juga, katanya bisa diurus asal dokumennya lengkap. Aku manggut-manggut, kelihatan banget kalau kepala sudah penuh dengan rencana. Aku senyum-senyum aja, meski dalam hati mikir, “wah, bakal maraton nih urusannya.”

Belum selesai sampai situ, aku langsung lanjut ke bank. Tujuannya jelas: minta surat rekomendasi untuk daftar porsi haji. Rasanya kayak main monopoli yang tiba-tiba lompat ke kotak “bonus”, tanpa rencana tapi langsung harus jalan. Petugas banknya juga ramah, langsung jelasin prosesnya. Aku cuma manggut-manggut, tapi dalam hati excited juga. Karena ternyata ini bukan sekadar urusan dokumen, tapi langkah nyata buat perjalanan besar.

Besok rencananya lanjut lagi. Masih harus ke depag buat ngurus lebih lanjut. Tapi ada satu hal kecil yang bikin ngakak sendiri: aku belum punya foto. Jadi ya, rencana hari ini ditutup dengan catatan tambahan—besok harus sempat foto dulu. Rasanya kayak momen SMA dulu, buru-buru foto buat ijazah atau kartu ujian, cuma kali ini taruhannya jauh lebih besar.

Sejujurnya, capek juga muter-muter dari poligigi, imigrasi, lalu bank. Tapi entah kenapa, ada rasa seru yang nggak bisa digambarin. Kayak ikut dalam sebuah alur cerita yang terus bergerak maju, tanpa bisa ditebak beloknya ke mana. Dari urusan gusi berdarah sampai antre paspor, lalu tiba-tiba ngomongin porsi haji, semua numpuk dalam satu hari. Aku pulang dengan kepala penuh, badan pegal, tapi hati malah terasa riuh.

Kadang memang hidup gitu ya, hal-hal kecil nyambung ke hal-hal besar. Dari kontrol gigi, tiba-tiba merembet ke urusan paspor, lalu nyeret sampai daftar porsi haji. Rasanya kayak domino yang jatuh satu per satu. Dan aku, di tengah kelelahan ini, malah merasa excited banget. Besok masih ada babak baru, dan jujur aku nggak sabar lihat kejutan apa lagi yang bakal datang.





sumber foto

Comments

Popular Posts