Dusta Kecil yang Kita Telan Sendiri

 Kalau dipikir-pikir, orang yang paling sering kena bohong dari kita itu ya diri kita sendiri. Lucu ya, tapi memang gitu adanya. Kita sering bilang ke diri sendiri, “Aku baik-baik aja kok,” padahal hati lagi remuk. Atau, “Besok deh aku mulai berubah,” tapi kenyataannya besok datang dan kita tetap melakukan hal yang sama. Kita pandai banget bikin janji-janji manis ke diri sendiri, tapi juga yang paling jago mengingkarinya. Jadi kalau ada yang nanya, siapa korban terbesar dari kebohongan kita? Jawabannya jelas, kita sendiri.

Misalnya, waktu alarm pagi bunyi. Kita bilang ke diri sendiri, “Lima menit lagi aja,” padahal kita tahu lima menit itu bakal jadi setengah jam. Atau saat lagi malas kerja, kita meyakinkan diri, “Nanti malam aku bakal produktif.” Nyatanya? Malam datang, kita malah sibuk scroll medsos sampai mata merah. Itu bohong kecil yang kita anggap sepele, tapi lama-lama bikin diri sendiri nggak percaya lagi sama janji kita. Kayak punya pasangan yang sering PHP, tapi bedanya, pasangan itu ya diri kita sendiri.

Yang bikin ironis, kebohongan ke diri sendiri sering kita anggap sebagai bentuk penghiburan. Kita bilang, “Aku nggak sakit hati kok,” padahal jelas-jelas ada luka yang belum sembuh. Atau, “Aku kuat,” padahal rasanya udah pengen nyerah. Kita pakai dusta kecil itu sebagai tameng supaya kelihatan baik-baik aja di luar, padahal di dalam kita tahu itu cuma ilusi. Dan ketika terlalu sering terjadi, kita jadi susah bedain mana yang bener-bener perasaan asli, mana yang sekadar topeng yang kita buat.

Meskipun kadang dusta bisa jadi pelipur, terlalu sering bohong ke diri sendiri bikin kita kehilangan kompas hidup. Jadi, kalau emang lagi nggak baik-baik aja, akui aja. Kalau memang malas, ya ngaku malas. Dari situ baru bisa pelan-pelan berubah. Karena sejatinya, orang yang paling rugi dari kebohongan kita bukan orang lain, tapi kita sendiri. Dan kalau kita bisa berhenti PHP sama diri sendiri, mungkin itu langkah awal buat hidup lebih ringan.