Emosi Turunan Tanpa Kroscek

 


Ada lho orang-orang yang gampang banget percaya sama omongan orang lain. Nggak pakai mikir panjang, nggak pakai nanya dua kali, apalagi kroscek. Begitu dengar laporan, apalagi dari orang yang memang dasarnya udah punya benci, langsung percaya seratus persen. Emosi naik, kepala panas, padahal dia sendiri nggak pernah lihat kejadian aslinya. Aku kadang heran, kok bisa ya hidup dengan cara se-“auto trust” itu?

Lucunya, tingkah begitu sering bikin mereka kayak main sinetron sendiri. Bayangin, cuma karena cerita versi sepihak, mereka bisa bete, marah, bahkan bikin jarak sama orang lain. Padahal yang diceritain belum tentu sesuai fakta. Kalau dikulik, seringnya malah bumbu-bumbu drama dari mulut si pelapor yang sebenarnya pengin nyari masalah. Jadinya mereka kayak boneka, digerakin emosi orang lain. Yang lapor ketawa puas, yang percaya malah capek sendiri.

Yang bikin pengen ketawa lagi, orang-orang model begini biasanya keras kepala. Begitu dikasih tahu fakta yang sebenarnya, mereka malah gengsi buat ngaku salah. Kadang ada yang pura-pura nggak dengar, ada juga yang bilang, “Ah, tapi aku udah terlanjur kecewa!” Lah, kecewanya dari mana coba, wong datanya aja salah? Rasanya kayak nonton orang marah-marah ke arah yang salah, sementara kita yang lihat cuma bisa geleng-geleng kepala.

Padahal, kalau dipikir simpel, semua bisa selesai dengan satu langkah,  kroscek. Cek ricek, klarifikasi, tanya langsung ke sumbernya. Jangan buru-buru percaya, apalagi kalau sumbernya jelas-jelas punya rekam jejak suka nyari ribut. Tapi ya begitulah, ada orang yang memang lebih suka hidup dengan bensin penuh di kepalanya. Begitu ada percikan kecil dari gosip atau laporan, langsung terbakar.

Aku pribadi sering mikir, orang-orang kayak gini sebetulnya kasihan juga. Mereka kehilangan kendali atas diri sendiri, gampang dipancing, gampang digiring ke arah yang salah. Hidup mereka jadi nggak tenang, karena emosinya dikendalikan pihak ketiga. Bayangin kalau tiap hari ditipu laporan bohong, berapa banyak energi yang kebuang buat marah-marah nggak jelas?

Jadi kalau sekarang aku lihat orang marah cuma gara-gara laporan sepihak, jujur rasanya pengen ngakak. Kok bisa sebodoh itu? Nggak capek ya hidup selalu jadi korban salah paham? Apalagi kalau mereka sampai memutus silaturahmi atau merusak hubungan baik hanya gara-gara cerita orang lain.

Intinyanya sih simpel,  jangan gampang percaya. Karena kadang yang lapor bukan pengamat jujur, tapi “sutradara drama” yang doyan bikin keruh suasana. Kalau kita pintar kroscek, kita nggak bakal gampang dipermainkan. Dan percaya deh, hidup jauh lebih ringan kalau kita nggak gampang terbawa emosi turunan dari omongan orang lain.

Comments

Popular Posts