Senyum yang Menyimpan Badai


 Pernah nggak sih kamu lihat seseorang tersenyum lebar di depan banyak orang, padahal matanya nyimpen ribuan cerita yang nggak pernah terucap? Dari luar kelihatan biasa aja, bahkan mungkin terlihat bahagia. Tapi kalau kamu jeli, ada semacam mendung kecil yang mereka sembunyikan di sudut tatapan. Bukan karena mereka ingin menipu dunia, tapi karena nggak semua luka pantas diumbar. Ada yang lebih memilih menyimpan badai itu sendiri, sambil tetap pasang senyum seakan semua baik-baik saja.

Kadang kita suka bingung, gimana bisa mereka tetap berdiri tegak? Kok bisa mereka terlihat kuat, padahal jelas sekali beban hidup yang ditanggung nggak main-main? Mungkin jawabannya sederhana: bukan karena mereka benar-benar kuat, tapi karena mereka nggak punya pilihan lain. Mereka sadar, hidup nggak akan berhenti hanya karena mereka capek. Dunia nggak peduli dengan air mata yang jatuh malam-malam. Jadi, satu-satunya jalan ya terus melangkah.

Dan jangan salah, mereka juga manusia. Mereka pun jatuh, mereka juga lelah. Bedanya, mereka memilih untuk bangun lagi meskipun lututnya luka. Mereka tahu, berhenti bukan opsi. Mau nggak mau, suka nggak suka, langkah berikutnya harus tetap diambil. Mereka percaya, meski jalan di depan masih berkabut, satu-satunya arah adalah maju. Karena kalau berhenti terlalu lama, hidup bisa melibas mereka habis-habisan.

Ada yang bilang, orang yang kelihatan paling kuat justru yang paling sering berperang dengan dirinya sendiri. Mereka berantem tiap hari dengan rasa takut, kecewa, bahkan putus asa. Tapi anehnya, justru dari peperangan itu mereka lahir lagi, sedikit demi sedikit jadi lebih tahan banting. Seolah badai di dalam mata itu bukan tanda kelemahan, tapi bukti bahwa mereka masih bertahan.

Kalau dipikir-pikir, mungkin kita semua punya bagian itu dalam hidup. Pernah ada masa di mana kita tersenyum hanya untuk meyakinkan dunia bahwa kita baik-baik saja, padahal hati lagi hancur. Pernah ada masa kita pura-pura kuat, padahal sebenarnya cuma berusaha bertahan biar nggak tumbang. Dan di situ kita sadar, kekuatan itu sering kali bukan datang karena kita hebat, tapi karena kita nggak punya jalan lain selain lanjut.

Jadi, lain kali kalau kamu lihat seseorang tersenyum dengan mata yang menyimpan badai, jangan buru-buru mengira mereka kuat tanpa celah. Bisa jadi mereka sedang berada di titik paling rapuh dalam hidupnya, tapi tetap memilih berdiri. Dan dari situ kita bisa belajar,  kadang bertahan bukan soal gagah atau berani, tapi soal tekad sederhana untuk nggak menyerah, walau sekecil apa pun langkah yang bisa diambil hari ini. Karena pada akhirnya, hidup nggak menunggu siapa pun, jadi kita cuma bisa terus berjalan.

Comments

Popular Posts