Wahai Diri, Tenanglah, Kamu Sedang Tumbuh


 Wahai diri, teruslah berproses jadi versi terbaikmu, meskipun di luar sana namamu tetap buruk di cerita mereka. Aku tau rasanya nggak enak banget ketika hidupmu kayak papan tulis tempat orang lain bebas coret-coret. Ada yang nulis kebaikanmu dengan pensil tipis, tapi ada juga yang tebal banget menuliskan kesalahanmu, bahkan hal yang sebenarnya nggak pernah kamu lakukan. Itu bikin sakit, iya. Tapi bukankah sakit itu tanda kalau kamu masih manusia?

Kadang aku suka mikir, kenapa ya orang gampang banget menilai, padahal nggak pernah benar-benar ngerti apa yang aku lewati? Mereka cuma lihat permukaan, lalu buru-buru bikin kesimpulan. Kayak baca buku cuma dari sampul, terus berlagak ngerti semua isi ceritanya. Dan seringnya, cap yang mereka kasih justru lebih nyakitin daripada masalah yang sebenarnya aku hadapi. Tapi ya sudah, biarkan aja. Karena kalau aku sibuk membela diri di hadapan semua orang, hidupku cuma akan habis untuk pembuktian yang nggak ada ujungnya.

Tugas kita bukan cari pembenaran di atas penilaian mereka. Tugas kita adalah menemukan kedamaian di dalam diri sendiri. Itu yang paling penting. Karena kedamaian itu kayak cahaya. Kalau di dalam hati kita terang, jalannya akan kelihatan jelas. Kita nggak lagi gelap-gelapan cuma karena orang lain matiin lampu dari luar. Dan damai itu nggak datang dari kata-kata manis orang lain, tapi dari keyakinan kalau kita udah cukup berusaha jadi lebih baik.

Aku tau, perjalanan ini nggak gampang. Kadang cape banget nahan diri biar nggak balas ngomong. Kadang pengen teriak, pengen nunjukin bukti kalau semua tuduhan itu salah. Tapi kemudian aku sadar, kalau aku berhenti sebentar dan ngelihat ke dalam, ternyata lebih tenang ketika aku milih diam. Karena diam itu bukan kalah, tapi cara menjaga energi. Energi yang harusnya dipakai buat bertumbuh, bukan buat berantem sama orang yang bahkan nggak pernah ngerti jalan hidupku.

Jadi wahai diri, teruslah melangkah. Kalau pun mereka tetap bawa namamu di cerita buruk mereka, biarin aja. Ingat, cerita mereka bukan kenyataanmu. Mereka bisa ngarang, mereka bisa salah paham, tapi kamu yang paling tahu siapa dirimu. Jangan tukar kedamaianmu hanya untuk memenangkan perdebatan yang nggak perlu.

Percayalah, seiring waktu, orang akan lihat sendiri perubahanmu. Bukan lewat kata-kata, tapi lewat sikap, lewat ketenangan, lewat caramu menghadapi dunia tanpa kehilangan jati diri. Dan kalau pun mereka tetap nggak mau melihat, nggak apa-apa. Karena perjalanan ini bukan buat mereka, tapi buatmu. Pada akhirnya, semua orang akan sibuk dengan hidupnya masing-masing. Yang tersisa hanyalah dirimu dan kedamaian yang berhasil kamu bangun dari dalam.

Jadi, jangan berhenti. Biarkan mereka dengan cerita versinya, kamu dengan perjalananmu. Suatu hari nanti, cahaya yang kamu bawa bakal jadi penuntun, bukan cuma buat dirimu, tapi juga buat orang lain yang butuh arah. Dan saat itu, kamu akan sadar: ternyata semua sakit, semua tudingan, semua luka, hanya bagian kecil dari prosesmu jadi versi terbaik dirimu.

Comments

Popular Posts