di balik diamku ini aku mati-matian menjaga kewarasanku
Yang mereka nggak pernah tahu, di balik diamku ini aku mati-matian menjaga kewarasanku.
Orang luar cuma lihat aku tenang, diam, atau seolah nggak peduli. Padahal di dalam kepala, aku lagi perang besar melawan rasa kecewa, marah, sedih, dan luka yang datang bertubi-tubi.
Aku nggak selalu punya kata-kata buat menjelaskan ke orang lain, karena kadang bahkan aku sendiri nggak ngerti kenapa aku bisa sejauh ini. Tapi yang jelas, diamku bukan berarti aku baik-baik aja. Diamku itu benteng.
Aku pernah berpikir, kenapa ya orang gampang banget menghakimi? Mereka cuma lihat dari permukaan. Dari ekspresi. Dari potongan cerita yang bahkan nggak mereka pahami utuh. Mereka nggak tahu kalau setiap kali aku menahan diri untuk nggak marah, nggak membalas, itu sebenarnya aku lagi menjaga diriku sendiri biar nggak hancur.
Aku lagi berusaha supaya pikiranku tetap waras. Supaya aku nggak kehilangan kendali atas diriku sendiri hanya karena ulah orang-orang yang nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Kadang aku iri sama orang yang bisa bebas marah, bebas curhat, atau teriak-teriak sampai lega.
Aku nggak bisa seperti itu. Aku terlalu takut kalau aku meledak, aku malah kehilangan semuanya. Jadi aku memilih diam. Memendam. Mengunci rapat-rapat semua yang aku rasakan. Aku nggak minta orang mengerti, karena aku tahu itu mustahil. Aku cuma butuh ruang buat bernapas. Buat menata ulang semuanya, termasuk diriku sendiri.
Yang mereka nggak tahu, aku berjuang setiap hari untuk nggak kehilangan kewarasanku.
Aku berjuang supaya aku tetap bisa tersenyum meski hati berantakan.
Aku berjuang supaya aku nggak berubah jadi orang yang sama buruknya dengan mereka yang menyakitiku.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!