Air dengan Air, Minyak dengan Minyak

 


Tan Malaka pernah berkata, “Air berkumpul dengan air, minyak berkumpul dengan minyak, setiap orang berkumpul dengan jenis dan wataknya.” Kalimat ini seperti cermin sederhana, tapi dalam. Karena faktanya, kita sering lupa bahwa manusia pada akhirnya akan tertarik pada yang sejenis dengannya. Orang yang jujur akan merasa nyaman bersama orang yang jujur, orang yang licik akan mencari celah bersama orang yang sama-sama licik. Semua akan bertemu pada wataknya masing-masing.

Kalau dipikir-pikir, bukankah sering kali kita terlalu sibuk mencari kesalahan orang lain? Kita membicarakan siapa yang salah, siapa yang munafik, siapa yang jahat. Padahal, untuk apa? Bukankah pada akhirnya mereka akan bertemu dengan lingkarannya sendiri? Seperti air yang tidak akan bisa bercampur dengan minyak, orang-orang dengan hati yang berbeda pun pada akhirnya akan berpisah sesuai takdirnya.

Kenapa kita masih repot membuktikan siapa yang salah, padahal hidup sudah punya caranya sendiri untuk menyingkap watak seseorang? Cepat atau lambat, orang akan kembali ke jenisnya. Orang yang suka menusuk dari belakang, akan berkumpul dengan yang suka berkhianat. Orang yang tulus, akan menemukan lingkaran yang sama-sama tulus. Mungkin tidak sekarang, tapi nanti. Dan itulah cara Tuhan bekerja dengan takdir-Nya.

Jadi untuk apa kita pusing mencari bukti, mengungkit aib, atau sibuk meluruskan orang lain? Bukankah lebih tenang kalau kita fokus saja pada diri sendiri? Karena toh Tuhan lebih tahu isi hati. Tuhan yang akan mempertemukan air dengan air, minyak dengan minyak. Kita tidak perlu jadi hakim di luar diri kita sendiri.

Kadang kita ingin keadilan itu instan. Kita ingin orang jahat segera terlihat jahatnya. Kita ingin orang munafik segera terbongkar topengnya. Tapi hidup tidak selalu begitu cepat. Ada saatnya kita harus menunggu. Ada waktunya kita harus percaya bahwa semesta punya cara yang lebih adil daripada perhitungan manusia.

Maka, berhentilah terlalu sibuk mencari-cari kesalahan orang lain. Karena kita pun bukan tanpa salah. Biarkan saja air kembali pada air, minyak kembali pada minyak. Yang penting, kita memilih jadi apa: air yang jernih, atau minyak yang licin. Selebihnya, biar Tuhan yang mengurus. Karena pada akhirnya, takdir akan menempatkan semua orang di lingkarannya masing-masing.





sumber foto

Comments

Popular Posts