Saat Kebaikanmu Tak Pernah Dihitung
Biarkan mereka melihatmu dari sisi jahatmu. Biarkan mereka menilaimu dari kesalahanmu. Karena memang begitulah cara dunia bekerja: seribu kebaikan bisa hilang begitu saja hanya karena satu luka yang kau sebabkan. Lalu ketika kau mencoba mengingatkan, “Aku pernah baik padamu,” kalimat itu hanya terdengar seperti pembelaan murahan. Jadi lebih baik diam. Biarkan mereka lupa. Biarkan mereka hanya mengingat versi terburukmu.
Aku sering bertanya-tanya, kenapa manusia begitu mudah melupakan kebaikan? Mungkin karena kebaikan tidak meninggalkan jejak setebal luka. Orang bisa saja lupa pada perhatian kecil, bantuan tulus, atau doa-doa yang pernah kita sisipkan dalam diam. Tapi satu kesalahan, satu kalimat yang melukai, satu sikap yang mengecewakan, itu akan membekas dalam ingatan mereka, seakan-akan seluruh dirimu hanya terdiri dari itu saja.
Lalu di titik ini aku sadar, mengingatkan orang bahwa kita pernah baik, sebenarnya tidak banyak gunanya. Karena ketika hati mereka sudah menetapkan kita sebagai “orang jahat,” segala pembelaan hanya terdengar seperti alasan. Dunia tidak tertarik mendengar sisi baikmu ketika sisi burukmu lebih mudah mereka ceritakan. Maka daripada sibuk membela diri, mungkin lebih tenang kalau kita biarkan saja.
Bukan berarti pasrah sepenuhnya. Tapi ada bagian dari hidup yang memang tidak bisa kita kendalikan, termasuk cara orang lain mengingat kita. Kalau mereka memilih mengingat sisi burukku, biarlah. Toh Tuhan tidak menilai dari gosip atau bisikan. Tuhan tahu persis siapa aku, tahu kapan aku tulus, tahu kapan aku salah. Dan itu sudah cukup.
Jadi, tidak semua kebaikan harus ditagih, tidak semua kebaikan perlu diumumkan. Kadang kebaikan memang akan tenggelam, dan itu bukan salah kita. Yang penting, aku tahu bahwa aku pernah berusaha baik. Aku tahu bahwa aku pernah mencoba jadi versi terbaikku. Kalau mereka melupakan itu, maka biarlah. Karena aku tidak hidup untuk membuktikan diriku pada manusia, aku hidup untuk menenangkan diriku sendiri.
Pada akhirnya, biarlah orang-orang menilai. Biarlah mereka menyimpan versinya. Aku hanya ingin tetap berjalan, tanpa sibuk meluruskan apa yang tak bisa diluruskan. Karena yang lebih penting bukan apa yang mereka ingat tentangku, tapi bagaimana aku mengingat diriku sendiri.
sumber foto
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!