Belum Siap Muncul ke Permukaan


 Akhir-akhir ini aku lebih memilih untuk tidak terlihat dalam kegiatan apa pun. Bukan karena aku nggak peduli, bukan juga karena aku malas. Jujur aja, aku belum cukup berani untuk mengakui bahwa aku masih ada dan masih kuat. Rasanya seperti ada tembok besar yang membatasi antara diriku dan dunia luar. Aku hanya diam di baliknya, mengintip sedikit-sedikit, lalu mundur lagi. Takut. Bukan takut pada orang-orangnya, tapi lebih ke takut pada sorotan yang akan datang bersamaan dengan kehadiranku.

Aku sering bertanya ke diriku sendiri, apa aku ini pengecut? Atau aku cuma butuh waktu untuk benar-benar siap? Kadang aku kangen juga rasanya terlibat, ikut bicara, ikut bergerak, ikut kelihatan. Tapi setiap kali aku membayangkan berada di situasi itu, jantungku rasanya berdetak lebih cepat. Ada rasa takut yang menggelayut, takut kalau kehadiranku justru membuka luka lama, bukan cuma untukku, tapi juga untuk mereka. Takut kalau aku tanpa sengaja melukai orang lain lagi, entah dengan ucapan atau sekadar keberadaan.

Aku tahu hidup ini nggak bisa terus-terusan sembunyi. Ada saatnya aku harus muncul ke permukaan, harus membuktikan bahwa aku nggak hilang dan nggak kalah. Tapi sekarang aku sadar, untuk sampai ke titik itu butuh keberanian yang belum sepenuhnya terkumpul. Aku lagi nyicil keberanian itu pelan-pelan. Nggak mau maksa diri, karena aku tahu memaksa diri justru bisa makin hancur.

Dan ya, meskipun di luar aku terlihat diam dan nggak ikut apa-apa, di dalam aku sebenarnya lagi berjuang. Berjuang untuk memaafkan diriku sendiri, berjuang untuk menguatkan hati, berjuang untuk nggak larut dalam rasa bersalah yang panjang. Mungkin orang lain nggak akan pernah tahu proses ini. Mereka cuma lihat “aku yang menghilang”, padahal sebenarnya aku lagi membangun pondasi untuk bisa berdiri lagi dengan tegak.


Comments

Popular Posts