Menjaga Perasaan Sendiri
Pandai-pandailah menjaga perasaan kita sendiri. Kalimat ini sederhana, tapi dalam banget maknanya. Karena kenyataannya, nggak semua orang bakal peduli dengan apa yang kita rasakan. Dunia ini nggak selalu punya ruang untuk menampung keluh kesah kita. Kadang orang sibuk dengan masalahnya sendiri, kadang mereka memang nggak punya empati, atau bahkan ada yang menertawakan luka kita.
Coba aja inget, berapa kali kamu berharap seseorang ngerti isi hati kamu, tapi ternyata malah disepelekan? Kamu cerita dengan sungguh-sungguh, eh dia cuma jawab singkat, “Ya sabar aja.” Padahal di dalam hati, kamu udah meledak. Dari situ kita belajar: nggak semua orang bisa jadi tempat pulang. Ada orang yang hadir hanya sekadar numpang lewat, bukan untuk memahami.
Maka, menjaga perasaan sendiri itu semacam keterampilan hidup. Kita harus bisa jadi sahabat terbaik untuk diri kita sendiri. Saat orang lain nggak bisa memberi pelukan, kita belajar merangkul diri sendiri. Saat orang lain nggak bisa ngasih pengertian, kita yang harus mengerti kebutuhan hati kita. Memang terasa berat, tapi justru di situlah letak kekuatan: mandiri secara emosional.
Tentu saja, bukan berarti kita menutup diri atau nggak butuh orang lain. Kita tetap bisa berbagi cerita, tetap bisa curhat, tapi dengan kesadaran bahwa orang lain hanyalah bonus. Jangan jadikan mereka tumpuan utama, karena itu rawan bikin kecewa. Kalau kita terlalu berharap dimengerti, sekali aja orang gagal memahami, sakitnya bisa berlipat.
Ada kalanya hidup bikin kita sadar, bahwa yang paling konsisten menjaga hati kita adalah diri kita sendiri. Kita yang tahu kapan harus istirahat, kapan harus berhenti memikirkan sesuatu yang bikin luka, atau kapan harus menghibur diri. Kadang itu berarti rebahan seharian tanpa rasa bersalah, kadang berarti menulis, jalan-jalan, atau sekadar bikin kopi hangat.
Menjaga perasaan sendiri bukan tanda egois, tapi tanda kita cukup sayang pada diri sendiri. Karena kalau hati ini hancur, siapa yang bakal merakitnya lagi kalau bukan kita? Jadi jangan heran kalau nggak semua orang peduli. Itu bukan masalah besar. Yang penting, kita selalu siap untuk peduli pada diri sendiri dulu. Dan dari situlah, perlahan-lahan kita bisa lebih kuat menghadapi dunia yang kadang terlalu sibuk untuk sekadar menanyakan, “Kamu baik-baik aja, kan?”
Sumber foto
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!