Aku dan Air Mata
Ah, apa hakku? saat ini aku tak lagi punya hak untuk tubuhku. Semua jiwa ragaku tlah jadi milik mereka, apa yang mereka minta, aku hanya bisa menurutinya. Tubuh ini bukan lagi milikku.
Dalam kekosongan yang aku rasakan, aku masih terus bertahan. Hidup memang kejam, tapi bukan berarti aku harus kehilangan senyuman.
Kehilangan pasti iya, tapi bukan berarti aku harus berhenti berharap. Hidup terlalu pendek hanya untuk menangisi kepergiannya. Ya, memang aku harus aku akui, terkadang air tercipta menemaniku saat di kesendirianku mengiringi remuk redam hatiku.
Sebagai publik figure, apa aku tak punya hak untuk menikmati hidupku? tekadang pertanyaan itu muncul saat aku bosan dengan kepura-puraan yang aku lukiskan melalui senyuman. Tapi sekali lagi aku sadar, aku milik mereka.
Di luar hujan masih belum reda. Tak ingin hanyut dalam luka, ku ambil gitar dan mulai ku mainkan nada demi nada hingga tercipta sebuah lagu "Aku dan Air Mata." Lagu inilah refleksi isi hatiku saat melihatmu melangkah pergi meninggalkanku.
Jatuh air mataku
iringi remuk redam hatiku
saatku kehilanganmu
dan hanya rintik hujan menemani aku
Saat aku bertahan
selama ini aku bertahan
lewati semua malam dingin yang aku pandangi hanyalah langkahmu..
wahai kau air mataku
hanya engkaulah saksi hidupku
saat aku kehilangannya
saat aku kehilangan....
Jatuhnya pun masih di pangkuanku
tak perlu disesali...
Di setiap detak jantungku
hanya enkau yang menemaniku
saat aku kehilangannya...
Jatuh air mataku
Iringi remuk redam hatiku...
*I SAY WHAT? When I think a song is suck, I just start to love it indirectly. Common bro, play AKU DAN AIR MATA again, because I hate it! LOL
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!