Bisa Jadi Bukan Dia yang Diuji, Tapi Kita
Ada satu kalimat dari Sayyidina Ali bin Abi Tholib yang selalu mengetuk hati: “Jika kamu bertemu dengan orang yang sedang kesulitan, jangan berpikir bahwa Allah sedang menguji hidupnya. Tapi berpikirlah bahwa Allah sedang mengujimu, apakah kamu mampu mengulurkan tangan membantunya.” Kalimat itu sederhana, tapi dalam sekali maknanya. Rasanya seperti ditampar halus, mengingatkan bahwa selama ini kita sering salah cara pandang.
Kebanyakan dari kita, kalau melihat orang lain jatuh, susah, atau hidupnya berantakan, langsung menyimpulkan, “Wah, dia lagi diuji sama Allah.” Kita merasa aman, merasa kita lebih beruntung karena hidup kita tak seberat dia. Padahal siapa tahu, justru saat itu Allah sedang melihat bagaimana reaksi kita. Apakah kita beranjak mendekat dan membantu, ataukah malah mundur, menghakimi, bahkan kadang menyindir dari jauh.
Kadang kita terlalu sibuk membaca “ujian hidup orang lain” tapi lupa membaca diri sendiri. Kita merasa sok tahu dengan berkata, “Mungkin dia banyak dosa, makanya diuji.” Atau, “Mungkin Allah mau angkat derajatnya.” Padahal, siapa tahu justru Allah sedang ingin melihat, apakah kita bisa berhenti jadi penonton dan mulai jadi penolong. Apakah kita masih punya empati, atau hati kita sudah membatu karena sibuk mengurus diri sendiri.
Dan kalau dipikir-pikir, apa sih yang kita rugikan kalau menolong orang lain? Waktu sedikit, tenaga sedikit, mungkin uang receh yang kita punya. Tapi sering kali kita lebih memilih memeluk erat milik kita, seakan kalau memberi kita akan habis. Padahal bukankah Allah sudah janji, kebaikan tidak akan pernah membuat kita miskin. Justru sebaliknya, hati jadi kaya, hidup jadi lapang.
Coba bayangkan, kalau kita yang jatuh, kalau kita yang tersandung, kalau kita yang sedang kehilangan arah. Apa kita mau orang lain sekadar menonton dan berkata, “Sabar ya, itu ujian buatmu”? Atau kita lebih ingin ada satu tangan yang terulur, meski kecil, tapi tulus. Sejujurnya, kita semua tahu jawabannya. Kita ingin ditolong. Dan jika kita ingin ditolong, mestinya kita juga siap menolong.
sumber foto
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!