Tamu Datang Tanpa bilang
Ada satu hal dalam hidup yang sepertinya gak bakal berubah dari kecil sampai sekarang, aku gak suka ada tamu datang ke rumah. Titik. Dari jaman SD sampai jadi pegawai kantoran, ya tetap aja sama. Setiap kali ada yang ngetuk pintu, muncul tiba-tiba, atau lebih parah lagi… bilang “aku udah di depan rumah nih,” rasanya tuh langsung ceklek di kepala. Antara kaget, kepaksa, dan pengin pura-pura gak ada orang di rumah.
Yang bikin repot, sopan santun orang Indonesia itu kadang suka kelewatan. Maksudnya baik, tapi caranya… hmm… bikin jantung deg-degan. Kayak waktu aku sakit dan beberapa orang kantor datang menjenguk. Ya aku ngerti niatnya. Mereka perhatian, peduli, mau lihat kondisi. Tapi kok ya datangnya tanpa pemberitahuan. Tiba-tiba muncul. Atau WA, tapi WA-nya model, “Mas, ini kami di depan rumah.” Lah? Aku sendiri aja kaget lihat wajah sendiri di cermin pas baru bangun, apalagi kalau ketemu orang kantor pas lagi sakit.
Dan anehnya, sifat ini udah nempel sejak kecil. Setiap musim lebaran, orang-orang pada hepi keliling rumah buat salim, aku malah sebel setengah mati. Rumah jadi rame, bau parfum campur keringat, kursi penuh, suara kedebuk-kedebuk sandal, dan tatapan-tatapan basa-basi. Aku cuma pengin sembunyi di kamar. Jadi waktu sekarang aku gak nyaman sama tamu, ya itu bukan tiba-tiba… memang udah dari sananya aku gak suka ada orang masuk ruang privatku.
Rumah bagiku itu ruang napas. Tempat semua energi sosial direcharge. Tempat aku bisa jadi diri sendiri tanpa topeng kantor, tanpa basa-basi, tanpa harus mikir ekspresi wajah. Jadi pas ada orang masuk ke area itu… apalagi tanpa pemberitahuan… rasanya kayak dinding pelindungku runtuh. Serba salah. Mau nolak kok gak enak. Mau terima, tapi jiwa introvertnya langsung megap-megap.
Ditambah lagi, orang kantor itu kan dunia yang berbeda. Di kantor aku profesional, rapi, ngeblend. Tapi di rumah? Bisa jadi aku pakai kaos belel, rambut acak-acakan, wajah pucat karena sakit. Mereka mungkin lihatnya biasa aja, tapi buatku itu privasi tingkat tinggi. Dan bukan cuma soal tampilan. Rasanya tuh kayak kedua dunia itu tabrakan. Dunia kerja nyelonong masuk ke tempat yang seharusnya steril dari dunia kerja.
Kadang aku mikir, apakah aku lebay? Tapi setelah dipikir ulang… ya enggak juga. Tiap orang punya batas kenyamanan. Ada yang bahagia rumahnya penuh orang, ada yang justru stres kalau ada makhluk lain selain anggota keluarga masuk ke sana. Dan aku ada di kategori kedua. Bukan karena gak suka orangnya, tapi karena rumah bagiku tempat untuk tidak jadi apa-apa. Dan orang datang, apalagi tiba-tiba, membatalkan momen itu.




Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!