Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan orang yang mengenalkan saya dengan perempuan yang baru saya tolak. Saya berusaha menghindarinya, karena males harus menjawab boombardiran pertanyaan-pertanyaannya. Tapi karena tak ada cukup ruang untuk mengelak, akhirnya saya hadapi dia dengan secara jantan. #eh
Benar dugaan saya, begitu tahu saya ada disitu, dia langsung membombardir pertanyaan-pertanyaan yang saya sendiri males menjelaskan. Saya jawab seperlunya saja, dan mengabaikan pertanyaan yang menurut saya tak perlu saya jelaskan alasannya. Toh gak ada manfaatnya juga dia mendengar alasanku. Paling-paling juga tetap, saya akan tetap dipaksa untuk menuruti kemauan dia. Dan benar.
Stelah saya gak merespon pertanyaan darinya, akhirnya dia bersikukuh bahwa antara saya dan dia adalah pasangan yang pas. Dia sudah memperhitungkan dengan hitungan-hitungan yang bagus menurutnya. Saya tak ngerti, bagus yang seperti apa.
Saya tetep pada keyakinan saya, saya gak akan cocok dengannya. Mau diapain aja, kalo perasaan suka belum ada, ya jangan berharap saya bisa menerimanya.
Sudahlah, semua laki-laki itu sama sifat dan kriterianya. Mau diapakan juga gak akan berubah. Jadi jangan tanya bagaimana atau kurang apa hingga saya gak mau menerimanya. Gengsi itu bagian dari laki-laki. Mau percaya atau tidak, dia akan tetap melekat pada laki-laki.
Diujung percakapan kita, dia sempat ngeyel akan mempersatukan kita. Apapun itu caranya. Dan saya merasa was-was dengan perkataan dia ini. Jangan-jangan dia akan membuktikan kata-katanya itu. Kalau sudah begitu, tidak ada kata lain selain mengabadikan kisah ini dalam tulisan. Sebagai ancang-ancang kalau perkataannya terjadi beneran.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!