Diam yang Sering Disalahpahami


 Kadang aku bingung, kenapa sih orang gampang banget salah paham sama yang namanya diam? Begitu aku nggak banyak ngomong, nggak ikut nimbrung, langsung dicap aneh. “Kok sekarang pendiem banget?” atau “Lagi ngapain sih, diem aja?” Seolah-olah diam itu penyakit yang harus disembuhkan. Padahal, aku cuma lagi nggak pengen ribut. Lagi pengen kasih ruang ke diri sendiri buat bernapas. Tapi ternyata, justru hal sesederhana itu bisa jadi bahan gosip.

Ada kalanya aku pengen bilang, “Hei, aku nggak diem karena kalah. Aku diem karena udah capek.” Capek dengerin ocehan yang isinya cuma sindiran, capek lihat orang adu gengsi nggak jelas. Aku pikir dengan diam, aku bisa tenang. Tapi ternyata, diamku bikin orang lain makin ribut. Aneh kan? Kita yang diam dituding macam-macam, tapi mereka yang berisik malah dipuji rame. Rasanya kayak dunia ini salah kaprah.

Lucunya, orang lebih bisa terima kalau kita tampil petantang-petenteng. Jalan dengan dada membusung, ngomong keras-keras, pamer keberanian palsu. Itu dianggap wajar, bahkan keren. Tapi kalau kita milih tenang, milih kalem, langsung dicurigain. Padahal siapa tahu di balik diam ini, ada badai yang lagi aku redam sendirian. Nggak semua luka harus diumbar, nggak semua cerita harus dipajang. Ada yang lebih nyaman kalau disimpan.

Jujur, diam buatku bukan soal menutup diri. Diam itu bentuk bertahan. Aku sadar nggak semua orang tulus mendengar. Ada yang cuma nunggu celah biar bisa nyerang balik. Jadi buat apa? Daripada aku kehabisan energi untuk hal sia-sia, lebih baik aku simpan tenagaku buat hal-hal yang benar-benar penting. Kadang aku mikir, mungkin diamku ini kayak tameng, nggak keliatan kokoh dari luar, tapi setidaknya melindungi yang rapuh di dalam.

Dan kalaupun diamku bikin salah paham, ya sudah. Aku nggak bisa maksa orang buat ngerti. Kalau ada yang nganggep aku sombong, biarin. Kalau ada yang mikir aku lagi merencanakan sesuatu, ya terserah. Yang penting aku tahu, aku nggak sedang berpura-pura. Aku cuma pengen jaga diri. Diam bukan berarti aku kalah, tapi justru aku lagi milih perangku sendiri.

Jadi biarlah kalau diamku jadi topik, biarlah kalau orang ribut sendiri. Pada akhirnya, aku lebih butuh tenang daripada pengakuan. Karena dunia ini toh nggak akan berhenti ngomong. Dan aku? Aku cuma pengen bertahan tanpa harus pura-pura jadi orang lain.

Comments

Popular Posts