Sunday, May 31, 2009
Anagram
Dia memandangku saat sedang asyik menyetitir sambil bernyanyi-nyanyi ceria –ceria nggak sih kalo aku nyanyinya lagunya the lucky laki, bukan superman- sebuah lagu tentang sakitnya patah hati.
“Kamu nggak boleh nangis. Harus kuat.” kata dia seperti yang ada dalam lirik lagu tersebut. Aku tersenyum mendengar ucapnya. Aku melanjutkan nyanyianku sambil sedikit menggoyang-goyangkan tubuhku.
“Kita mau ke mana sih, Rif ?” tanya dia kemudian mengalihkan pembicaraan. Kami masih berkendara tanpa arah yang jelas, mungkin ke arah Kota, mungkin ke arah Gedung juang, tempat mangkalnya anak-anak muda, tergantung ke mana mobil itu membawa kami berdua.
“Aku juga nggak tahu nih, hahaha.... Aku pengen ngobrol aja sama kamu, spend
half of the night...” aku nyengir lebar. Aku selalu menginginkan saat-saat seperti ini, seperti ketika kami pergi ke alun-alun kota Nganjuk beberapa tahun yang lalu, menikmati cahaya dari lampu jalan dan gedung-gedung tak bertingkat di kota kelahiran kami ini.
Kami berkeliling tanpa arah yang jelas, menikmati suasana yang bercahaya
tetapi tidak sama sekali silau. Seperti biasanya, berbincang tentang hal-hal yang tidak penting tetapi selalu kami sukai. Lagu-lagu manis mengalun lembut dari CD player dalam mobilku.
“Nat, itu ada buku di laci dashboard, warnanya hitam, ambil deh. Please.....” pintaku sambil memfokuskan pandangannya pada jalanan. Dia menuruti perintahku, dan mencari-cari buku yang kumaksud.
“Yang ada tulisan Good Lawyer-nya?” tanyanya kemudian.
“Iya,” jawabku. “Buat kamu itu.”
“Hah? Bener nih......Isinya apa? Bahasa inggris ya ?”
“Bukan, bukan. Aku dulu pernah ikut lomba menulis cerita, dan ternyata dibuat menjadi sebuah buku kumpulan cerita. Good Lawyer.”
“Oh iya? Emang ceritanya tentang apa?”
“Baca aja, kamu akan temukan cerita-cerita yang menarik di dalamnya.”
Dia merobek bungkus plastik yang menyegel buku itu kemudian membuka dan membaca sekilas judul-judul cerita dalam daftar isinya.
“Ih, dasar kamu, aneh banget sih. Emangnya kenapa nama kamu rubah jadi Difain Riu_aj ?” tanya dia kemudian. Ia menatapku dengan seksama, tidak menatap ke jalanan seperti tadi. Kami sudah sampai di bundaran alun-alun kota Nganjuk, dengan cahaya yang warnanya silih berganti, dengan pemandangan air mancur di sekeliling patung pahlawan yang terletak di tengah-tengah kolam.
“Ah, kalo itu sih anagram. salah satu jenis permainan kata, di mana huruf-huruf di kata awal biasa diacak untuk membentuk kata lain atau sebuah kalimat. Anagram sering dipakai sebagai kode..... aku memakainya karena aku menyukai nama itu. Arif dan Junaidi. As simple as that... Kita ke mana ya?” tanyaku lagi. Kami berdua masih belum menentukan arah tujuan kami.
Kami masih berbincang menerobos gelapnya malam. Bersama dengannya, menghabiskan malam hanya berdua saja.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!