Karena itulah, tidak heran kiranya, jika ada tetangga yang selalu mengaku-ngakui kebudayaan kita menjadi kebudayaan dia. Sebagai warga Indonesia, sepatutnya kita turut prihatin atas bangsa yang seperti itu. Kasihanilah tetangga kita yang sedang mengalami krisis identitas bangsanya.
Sebagai anak bangsa yang bangga menjadi bangsa Indonesia, tentunya kita merasa panas, merasa marah, sakit hati jika harga diri kita dihina oleh negara lain. Tapi, sebagai bangsa yang berpendidikan dan berjiwa besar. Kita dikaruniai akal pikiran, kita bisa berpikir jernih untuk mempertimbangkan semua masalah dengan kepala dingin.
Tidak ada kiranya suatu bangsa yang secara amat ‘bodoh’ dan serendah itu menjelek-jelekkan bangsa lain, terlebih lagi memplesetkan lagu kebangsaan yang artinya, mereka menantang perang secara terbuka kepada bangsa kita.
Sungguh aneh rasanya kalau mereka selama ini mengaku sebagai bangsa yang terpelajar tapi dalam tindakannya malah menunjukkan dirinya tak berpendidikan. Hanya bangsa yang amat ‘bodoh’ dan rendahlah yang memplesetkan lagu kebangsaan bangsa lain.
Kita punya harga diri dan rasa memiliki sebagai anak bangsa. Semua pasti panas, pasti marah, pasti sakit hati....
*********
Hi, Perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan. Mahasiswa semester awal yang menjalin hubungan dengan guru bernama Ardiani Putri Ramadhani. Aku memanggilnya honey.
Tahukah Anda, mengapa wanita diciptakan dari tulang rusuk seorang pria. Bukan dari kepala untuk dipuja. Bukan dari kaki untuk diijak-injak. Tapi dia di cipta dari bagian samping agar sama. Tak jauh dari lengan supaya dilindungi. Dan tak jauh dari hati supaya dicintai.
Dan aku benar-benar mencintai honey.
********
“Hai” tulisnya pada salah satu pesan singkat yang dikirimnya ke nomorku. Lagi-lagi aku tertawa gili. Dia merindukanku. Dia selalu ingin aku mengajaknya ngobrol atau ngomong apa saja bersamanya.
Aku tak membalas pesannya. Hanya memperbarui status facebookku, “honeyku mengirim pesan singkat padaku, “Hai” “ dari status terbaruku it,u mungkin dia bisa melihat statusku. Sebenarnya aku juga rindu pada honeyku.
*******
Dunia tersenyum indah pagi ini. Menurut perkiraanku, Sabtu ini masih akan ada upacara bendera aktivitas rutin di sekolahan tempat aku mengajar setiap Sabtu - Minggunya. Sampai di sekolahan, ternyata tak ada barisan murid-murid mengikuti upacara bendara. Setelah masuk kelas, akhirnya aku tahu, selama Ramadhan ini upacara bendera ditiadakan.
“Hai” sapaku pada honey saat kami bertemu pada pergantian jam pelajaran. Saat itu aku baru selesai dengan jam pertamaku dan hendak masuk di kelas 1 a, jam kedua. Dia membalas salamku dengan malu-malu.
Beda rasanya jika kita bertatap muka dengan hanya smesan saja. Selama ini kita hanya berhubungan melalui sms, ketika benar-benar bertatap muka, kita malah merasa kikuk karena masih sembunyi-sembunyi dari rekan kerja dan anak-anak yang selama ini senang banget melihat kita bersama.
“Barangnya honey bawa saja, ya...” kataku ketika kami berjalan bersama menuju ruang berikutnya.
“Kenapa?” tanyanya.
“Tahu sendirikan, sekarang saya jarang sekali berada di sini lagi. Honey bawa ke tukang servis saja, barangkali bisa.”
Dia mengangguk setuju. Aku memintanya untuk menunggu sebentar, aku akan mengambil barang yang aku maksud di ruang guru.
Masuk dalam ruangan, sekilas aku melihat mereka, guru-guru yang lain, sedang ngobrol-ngobrol ringan, aku hanya melewati saja, aku sedang tak ingin ngobrol dengan mereka. Tujuanku adalah mengambil barang kemudian menyerahkannya pada honey agar aku tak ada pikiran lagi dengan barang itu.
“Honey, simpan ya...” kataku sambil menyerahkan barang itu. “udah, masukin saku saja,” Tambahku ketika dia masih saja memerhatikan barang itu dengan seksama. Dia tersenyum dan akhirnya memasukan barang itu ke dalam sakunya.
Bertepatan dengan itu, beberapa murid dari helas honey, yang kebetulan melihat kami sedang berjalan bersama, meneriaki kami dari kejauhan.
“Puasa, Pak. Puasa......” teriak salah satu dari mereka. Setelah itu, kepala murid-murid itu mulai menyembul dari balik pintu dan cendela memerhatikan kami bersama.
“Udah, honey duluan saja,” kata dia kemudian setelah murid-murid itu melihat semua ke arah kami. Aku tersenyum geli melihat dia tersipu. Pipinya merona merah.
Akhirnya aku mempercepat langkahku, meninggalkan dia di belakang dan masuk ke dalam ruanganku. Sebenarnya ruang kelas kita bersebelahan, tidak salah jika kita berjalan bersama menuju ruangan yang bersebelahan. Tapi, karena di sekolah kami ada peraturan murid dilarang pacaran, otomatis, kita juga menghindari gunjingan-gunjingan dari murid-murid sendiri atau dari rekan kerja kami yang kebetulan sering melihat kami.
****************
Dalam setiap kelas yang aku masuki, sebisa mungkin aku menyelipkan sebuah tips agar mereka bisa menjalankan puasa ini dengan lancar.
Ada sebuah tips yang aku dapat dari salah satu teman di milistku. Dia menuliskan, agar puasa tidak terasa haus di siang hari, menjelang berakhir makan sahur, dia menyarankan untuk minum dan berkumur dengan air hangat. Selain menghindarkan kita dari bau mulut, ternyata saran itu juga sangat baik sekali untuk mereka yang sedang melakukan diet, tepat sekali bagi mereka yang tidak mau merasa kegemukan.
Tak lupa, aku menyelipkan kabar terbaru hubungan Indonesia – Malaysia, yang hubungannya kembali memanas akhir-akhir ini. Dimulai dari penayangan tari pendet dalam sebuah iklan di saluran tv berbayar, kini Indonesia juga dilecehkan dengan diplesetkannya lagu kebangsaannya, Indonesia raya.
Ternyata mereka senang sekali ketika aku cerita itu, mereka juga merasa panas ketika mendengar lagu Kebangsaannya dilecehkan. Ternyata tidak hanya masyarakat dewasa yang ikut panas dengan pelecehan Indonesia raya, anak-anak pun merasa marah melihat lagu kebangsaannya dilecehkan negara tetangga yang memang doyan ‘klaim-mengklaim’ budaya itu.
“Tidak perlu panas. Mereka sudah meminta maaf tentang penayangan tari pendet itu. Yang membuat bukan mereka, tapi discovery channelnya. Untuk lagu kebangsaan Indonesia, sekarang sedang diusut siapa yang menulis dan melecehkannya. Dan satu hal yang harus kalian tahu, ternyata, lagu kebangsaan mereka, lagu itu pernah populer di Indonesia dengan judul terang bulan. Hanya lirik yang diubah oleh mereka, lagunya sama. Dan kesimpulannya adalah........”
**********
Hari kedelapan Ramadhan 2009 ini, dia mau-malu. Tidak hanya bagi honeyku, tapi demikian juga aku. Tapi bagi tetanggaku, hari kedelapan Ramadhan ini, mereka telah ‘malu-maluin’ bangsa mereka sendiri dengan tindakannya, melecehkan lagu Indonesia Raya.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!