Tuesday, September 1, 2009

Aneh

Cerita ini bermula ketika aku kehilangan kunci rumah seusai sholat tarawih. Setelah melakukan pencarian yang berulang-ulang di sekitar kediaman, dengan sangat menyesal dan wajah yang bermuram durja aku beri tahukan, pencarian itu tetap tak membuahkan hasil. Kunci rumah tetap hilang. Untuk meredam kesuntukan pikiran, kucoba untuk mengakses facebook melalui ponselku. Dengan posisi masih duduk di atas jok sepeda motor, yang sengaja aku parkir di depan rumahku, aku mulai memperbarui status dan menambahkan komentar-komentar garing dalam status-status temanku.

Sebelum aku lanjutkan ceritaku, perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan, dan honeyku, Ardiani Putri Ramadhani. Dua nama yang hampir sama. Serasi kata murid-muridku. Dan satu hal yang pasti, nama ini tanpa rekayasa. Memang begitu adanya sejak aku dan dia dilahirkan ke dunia.

Ramadhan kedua, keanehan demi keanehan kita alami berdua. Sebagai sumber pertama, cerita puasa kedua ini, aku akan lebih banyak porsinya. Sedangkan honeyku, dia hanya akan menjadi selingan di antara cerita-cerita panjangku yang tak berkesudahan.

Kita mulai ceritanya, ya......

Ketika berhasil mengakses FB dari ponsel, hal pertama yang aku lakukan adalah memperbarui statusku. “Selesai tarawih. Mau masuk rumah, kunci ilang entah ke manah. Nggak ada serepan lagi. Aaargh....!!!”

Selesai memperbarui status, kulihat pemberitahuan baru. Ada beberapa berita baru, tapi aku lebih tertarik pada komentar yang diberikan pada catatanku yang aku posting beberapa hari yang lalu. Kugeser tanda panah yang terlihat dalam layar ponselku ke arah pemberitaan terbaru.



Karyono : capek!!!!
Jum pukul 2:00 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : emang napa, mas?
abis kerja rodi ya?
sorry,..... nggak bisa bantu-bantu. he...he...he....
Jum pukul 2:01 • Hapus

Karyono : kok sekarng sering menghilang!! pa dh kmbali kehabitatnya lagi???
ha..ha..
Jum pukul 2:05 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : masih repot. ramadhan ini mungkin balik.
online dmn nih.... kyknya tadi denger suaranya deh.... he..he..he..
Jum pukul 2:08 • Hapus

Karyono : lg sibuk paan?pa bln romdhn masih konser juga???
ha..ha...
online diwarnepo!!
Kemarin jam 6:40 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : Msh dunk... msh byk side-job nih...
lagian riu jg lg bosen ma aktvts yg sm tiap hrnya.
critanya skrg tuh lg cr variasi br,biar g monoton. gichu...
Kemarin jam 6:49 • Hapus

Karyono : cari Variasi apa cari IStri??????????
ha..ha..
masak g laku-laku sich!!!!!
diskon dong dikit or banting harga kek!!!
ha..ha..
Kemarin jam 7:07 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : Ngapain jg bnting harga? kyk udah g laku ajah!
prmintaan n pnwaran gw msh tinggi, bro. hrs sesuai standar.
Kemarin jam 7:13 • Hapus

Karyono : dari pada g laku2!!!
Kemarin jam 7:20 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : Drpd ngancurin harga pasaran?pilih mn?
kl udah jodoh, dia g bkl kmn. pasti dtng,bro.
Kemarin jam 7:24 • Hapus



Hanya sampai di situ komentarku. Mencoba menambahkan, tapi gagal. Tapi aku tak henti berusaha, lagi, lagi dan lagi. Setiap kali mencoba untuk menambahi, satu peringatan selalu muncul di layar ponselku, Gagal menghubungkan ke Internet. Kunjungi http://www.operamini.com/help?version=4.2 dengan browser desktop Anda atau hubungi penyedia layanan Anda untuk pengaturan Internet. Klik di sini untuk memulai uji koneksi. Coba lagi.

Kututup aplikasi opera miniku. Kalau peringatan sudah muncul dengan tulisan demikian, satu hal yang pasti dan aku harus menerima dengan lapang hati. Pulsaku sudah habis dan tidak dapat untuk mengakses kembali sebelum aku mengisi pulsaku lagi.

Malam kian dingin. Sayup-sayup terdengar suara orang mengaji. Kuputar kunci ke posisi On. Kemudian kustarter motorku kembali untuk mencari kunci yang hilang. Tempat yang menjadi tujuan utamaku adalah masjid. Karena tempat terakhir yang aku singgahi adalah tempat itu. Dan ternyata benar dugaanku. Aku meninggalkan kunci itu di tempat itu.

Malam kian larut. Kurebahkan tubuhku, pandangan mataku menembus genteng kaca yang ada di atas langit-langit kamarku. Langit hitam kelam, seperti melukiskan suasana gelap hatiku yang butuh penerangan. Tatapanku kosong, pikiranku melayang jauh entah ke mana. Komentar yang diberikan oleh teman barusan benar-benar telah mengusik pikiranku.

Komentar yang diberikan, terkesan bahwa aku ini benar-benar sedang mencari istri. Karena tidak laku-laku, akhirnya dia mengusulkan agar aku tidak perlu jual mahal. Agar lekas dapat istri, sarannya aku harus ‘obral’ diri. Lalu siapa yang jual mahal? Siapa yang ingin cepat-cepat cari istri? Kalau usul-usul itu ditujukan kepadaku, jelas, aku tidak butuh usulan yang seperti itu.

Kok jadi terkesan desperate banget, ya? Hanya nggak laku-laku, aku harus ‘obral’ diri? Lalu, honeyku mau aku ke mana kan?

Aku mencoba merenung atas komentar-komentar itu.

Menyeleksi istri untuk menjadi pendamping hidup memang tidak mudah. Semua orang tahu ini. Seleksinya pun perlu pemikiran yang matang dan dengan berbagai pertimbangan. Tidak boleh asal pilih atau pun terkesan ‘coba-coba’. Tapi dari komentar teman saya itu, ada kesan bahwa dia akan melakukan apa saja demi mendapatkan pendamping hidupnya. Meskipun itu harus dengan cara ‘Obral harga’. Mungkin cara itu cocok bagi dia, tapi bagiku, No way! Jadi teringat iklan di TV, Cari istri kok coba-coba! Ha..ha..ha... aku tertawa dalam perenunganku.

Setiap orang, baik itu laki-laki atau perempuan, pasti mempunyai kriteria-kriteria tertentu ketika dia mencari pasangan. Terkadang, ketika seseorang itu memasang kriteria ideal untuk mencari pasangannya, seseorang itu sering lupa. Kriteria ideal yang diajukan, bagi laki-laki, akan memilih pasangan yang cantik, seksi, tinggi dan putih. Ini terkesan berlebihan, terlebih iklan-iklan kosmetik yang ada di Indonesia saat ini terlalu menggembor-gemborkan, perempuan cantik itu adalah yang mempunyai kulit putih. Demikian sebaliknya.

Ketika dalam masa pencarian untuk mendapatkan kriteria yang tepat inilah, biasanya, menurut pengalaman pribadi beberapa tahun lalu, saya pernah menerima pasangan yang kalau dibilang dari beberapa kriteria yang saya ajukan, hanya beberapa saja yang terpenuhi dari dia. Awalnya hanya mencoba menerima, sambil mencari yang lainnya tentunya.

Dalam hubungan seperti itu, kita, saya juga khususnya, tidak atau sama sekali tidak pernah memikirkan bagaimana efek dari ‘coba-coba’ ini. Saya telah mengesampingkan kriteria-kriteria yang sudah saya ajukan demi menerima pasangan ‘coba-coba’ tersebut. Setidaknya, kita akan menjalaninya dalam jangka waktu hingga kira-kira kita akan mulai nyaman dengan hubungan kita berdua. Ternyata saya salah.

Saat mencari kesamaan dari hubungan ‘coba-coba’ itulah, kita akan sedikit sekali memikirkan dampak dan tanggung jawab yang harus kita berikan kepada pasangan ‘coba-coba’ itu. Apalagi kalau kita mulai menemukan kekurangan-kekurangan dari pasangan ‘coba-coba tersebut. Lalu, apakah kriteria-kriteria yang telah kita ajukan dan sengaja kita ke sampingkan juga akan menjadi masalah?

Dari literatur yang saya baca, hubungan percintaan dalam prakteknya tidak akan terlepas dari tiga faktor. Yakni perasaan, waktu dan biaya. Perasaan, sedikit banyak akan berhubungan dengan hati. Ketika berhubungan dengan hati, jangan lupa efeknya jika ada kegagalan ketika membina hubungan percintaan. Orang yang pernah tersakiti hatinya, orang tersebut akan sulit sekali melupakan sakit hatinya. Meskipun terkadang orang tersebut bilang dengan lisannya, telah memaafkan semua kesalahan. Apakah Anda yakin, dia akan benar-benar melupakan sakit hati itu? Satu hal yang perlu Anda tahu, dalamnya lautan dapat diukur kedalamannya, dalamnya hati, hanya dia sendiri yang tahu.

Waktu. Selama hidup bersama dengan pasangan ‘coba-coba’ itu, berapa banyak waktu yang terbuang antara kalian berdua? Berapa banyak waktu yang dihabiskan ketika dia harus memikirkanmu? Sepatutnya kita merenung, berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk memikirkan kita, jika hubungan itu hanya coba-coba. Anda telah membuatnya membuang waktu sia-sia. Bukankah waktu itu lebih mahal daripada emas dan permata? Tidak akan kembali kalau sudah berlalu?

Biaya. Kalau yang ini semua pasti tahu. Dalam hal mencari pasangan, kita pasti memerlukan biaya. Biaya untuk sms, biaya untuk telepon, biaya kencan atau biaya-biaya lain yang akan mendukung proses pencarian pasangan itu.

Sekali lagi, mencari pasangan memang tidak mudah. Perlu pemikiran yang matang, tidak asal pilih atau pun coba-coba.

Malam semakin larut. Suara dengkuran bapakku terdengar sampai ke kamarku. Aku berbaring miring, menghela nafas panjang dan memejamkan mata. Mencoba untuk tidak memikirkan apa-apa.

*****

Suara ketukan pintu dan panggilan kakakku telah membangunkanku. Menyalakan layar ponselku untuk mengetahui waktu. Angka digital ponselku menunjukkan pukul 04.00 am. Lima belas menit lagi waktu imsak. Aku bergegas bangkit dari tidurku. Menyalakan lampu, menyeberang ruangan dan berhenti di hadapan almari berkaca. Aku memandangi tubuhku yang tak berbaju. Mencoba mengingat-ngingat mimpiku barusan. Aku berkonsentrasi keras, mengerutkan kening, berusaha mengingat....

Gambaran samar layar komputer muncul..... ada yang seseorang yang sedang mengakses internet.... seorang laki-laki. Dia sedang membuka akun facebookku. Membobol dan mengacak-acak profilku.

“Facebok?” Aku tersenyum mengingat mimpiku. Mimpi yang aneh. Benar-benar aneh.

Saat hendak makan sahur pun, aku tidak lepas dengan hal-hal aneh. Lagi-lagi ibukku tak masak untuk sahur puasa kedua ini. Hanya ada nasi, empat potong tempe dan sambal dingin yang tersedia. Ketika makan pun rasanya ingin marah. Marah semarah-marahnya. Ada keinginan untuk tidak makan sahur saat itu. Jika saja bukan awal-awal puasa, aku akan lebih memilih meneruskan tidurku daripada menyaksikan dan memakan nasi dingin itu. Mau beli? Waktu tinggal lima belas menit lagi.

Aneh! Aneh! Aneeeeeeeeeeeeh!

Untungnya keanehan hanya sampai menjelang magrib saja. Puasa hari kedua, ibu’ mulai masak untuk kami. Meskipun hanya nasi dan lauk saja. Tapi bagiku, itu sudah bisa membuatku tersenyum lagi setelah seharian bermuka masam. Ah, ternyata....... Diriku masih belum bisa mengendalikan emosiku. Padahal makna puasa sejatinya tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja, tapi juga menahan nafsu emosi.

Satu pelajaran yang bisa aku petik dari puasa kedua ini, aku harus belajar lagi mengendalikan emosi.

Satu lagi keanehan yang hampir terlupakan. Honeyku, Ramadhan kedua ini tidak mengirim satu sms pun ke ponselku.

Puasa hari kedua yang penuh dengan ke“aneh”an. Bagiku dan baginya




************************** riu_aj



Catatan : Tanpa bermaksud untuk mengiklan. Agar lebih jelas bagaimana mencari pasangan sesuai standar, silahkan baca buku Kumpulan Artikel Motivasi Diri karya Rose Heart – Especially for You.


No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!