Belajar Bernapas Tanpa Ramai
Pulih itu ternyata nggak seperti di film-film yang tiba-tiba ada montage musik ceria dan kita mendadak sembuh total. Nyatanya, prosesnya lambat, kadang bikin frustasi, dan seringnya nggak kelihatan hasilnya dari luar. Tapi entah kenapa, aku merasa sedikit demi sedikit mulai menemukan diriku lagi. Salah satu obatnya? Kesibukan. Bukan yang heboh-heboh atau yang melibatkan banyak orang—aku belum siap untuk itu—tapi kegiatan kecil yang bisa kulakukan sendirian.
Mulai dari beres-beres rumah, ngutak-ngatik file di laptop, sampai nyiram tanaman yang bahkan aku lupa pernah beli. Hal-hal itu mungkin terdengar sepele, tapi buatku, itu seperti latihan pernapasan. Nggak ada tekanan, nggak ada tatapan orang lain, dan yang terpenting, nggak ada drama kantor yang bikin dada sesak.
Jujur saja, ketakutanku untuk kembali berinteraksi di kerumunan belum benar-benar hilang. Setiap kali membayangkan harus duduk di meja rapat atau bahkan sekadar berdiri di pantry kantor sambil basa-basi, rasanya langsung keringat dingin. Aku tahu, ini bukan cuma soal malu atau malas bicara, tapi ada luka yang masih belum benar-benar sembuh. Dan aku nggak mau memaksakan diri hanya demi terlihat “baik-baik saja” di depan orang lain.
Jadi, aku memilih untuk membatasi diriku. Bukan mengurung diri, tapi memberi jarak yang aman. Aku tetap produktif, tapi dalam versiku sendiri. Versi yang nggak memerlukan tatapan banyak mata atau percakapan formal yang kaku. Mungkin orang lain akan bilang ini bentuk pelarian, tapi buatku, ini adalah cara bertahan.
Entah sampai kapan aku akan tetap seperti ini. Aku tidak punya deadline untuk “sembuh”. Aku hanya tahu bahwa suatu hari nanti, aku akan kembali duduk di meja kantor tanpa rasa canggung, bisa tertawa tanpa pura-pura, dan ngobrol tanpa harus mempersiapkan kalimat di kepala. Tapi untuk sekarang, biarkan aku membangun kembali kekuatanku dari tempat yang sunyi ini.
Bukan berarti aku nggak mau pulih. Justru ini bagian dari pulih itu sendiri. Aku cuma lagi menepi, biar luka ini nggak ikut berdesakan di tempat ramai. Aku percaya, suatu hari nanti aku bisa balik. Bukan sebagai versi lama yang terpaksa kuat, tapi sebagai aku yang bener-bener siap.
sumber foto
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!