Jangan Jadi Kayu Bakar di Tengah Kekacauan


 Hidup ini sering kali tidak tenang. Ada saja masalah yang muncul di sekitar kita, perselisihan, kesalahpahaman, bahkan pertengkaran kecil yang tiba-tiba membesar. Kadang, yang awalnya hanya percikan, berubah jadi api besar karena ada orang-orang yang tanpa sadar menambahinya dengan kayu bakar. Itulah yang harus kita hindari: jangan sampai kita menjadi bahan bakar di tengah kekacauan.

Mungkin kita tidak sadar, komentar kecil, sikap acuh, atau gosip yang kita ikuti bisa memperkeruh keadaan. Ada orang ribut, kita ikut menambahkan cerita. Ada masalah, kita justru memprovokasi dengan kalimat, “iya, aku juga dengar begitu.” Padahal tanpa kita sadari, perkataan sederhana itu bisa jadi bara yang memperbesar api. Di situlah pentingnya menahan diri. Kadang, justru diam lebih baik daripada bicara, apalagi jika bicara kita hanya akan menambah keruh suasana.

Tidak semua kekacauan harus kita ikuti. Tidak semua keributan harus kita komentari. Ada kalanya yang terbaik adalah menjaga jarak, menenangkan hati, lalu mendoakan agar keadaan kembali damai. Karena pada akhirnya, jika kita ikut terjun tanpa niat memperbaiki, kita hanya menambah masalah, bukan menyelesaikan. Hidup sudah cukup berat dengan persoalan masing-masing, maka jangan menambah beban dunia dengan menyulut api yang seharusnya bisa dipadamkan.

Belajar jadi penyejuk memang tidak mudah. Godaan untuk ikut bicara, ikut nimbrung, ikut marah, selalu ada. Tapi di situlah letak kedewasaan. Orang yang benar-benar kuat bukanlah yang paling lantang suaranya, melainkan yang bisa menahan diri ketika sedang panas. Orang yang benar-benar bijak bukan yang selalu ingin menang, melainkan yang mampu meredam agar masalah tidak semakin runyam.

Ingatlah, dunia ini tidak butuh lebih banyak kayu bakar. Dunia butuh lebih banyak air yang bisa menenangkan api. Dunia butuh lebih banyak tangan yang mau memadamkan, bukan menyulut. Dunia butuh lebih banyak hati yang lapang, yang siap mendamaikan, bukan memperkeruh. Kalau kita bisa memilih, maka pilihlah jadi penyejuk, bukan pemicu.

Nabi ﷺ pernah mengingatkan dengan sangat jelas tentang hal ini. Dalam sebuah hadits sahih beliau bersabda:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kalimat itu sederhana tapi dalam sekali maknanya. Kalau yang kita ucapkan bisa membawa kebaikan, silakan katakan. Tapi kalau hanya akan jadi kayu bakar di tengah kekacauan, lebih baik simpan saja. Karena dengan begitu, kita bukan hanya menjaga diri sendiri, tapi juga menjaga dunia agar tetap punya ruang untuk damai.



sumber foto

Comments

Popular Posts