Mati Rasa
Entah sejak kapan, tapi akhir-akhir ini aku benar-benar mati rasa. Bukan karena kehilangan arah, tapi karena terlalu banyak hal yang terasa gak penting untuk dipedulikan lagi. Dunia di luar sana berisik, semuanya sibuk ingin didengar, ingin dilihat, ingin dianggap benar. Aku? Sudah lewat fase itu. Sekarang aku cuma duduk diam, memperhatikan tanpa benar-benar ingin tahu.
Rasanya seperti tombol “mute” di kepala sudah kutekan. Semua omongan orang, drama kantor, persaingan, gosip—semuanya terdengar jauh, seperti gema di lorong kosong. Aku tahu dunia masih berputar, tapi aku memilih untuk gak ikut mutar di pusaran ributnya. Capek. Dulu aku pikir peduli itu bentuk kebaikan, tapi ternyata peduli berlebihan justru bikin hati babak belur.
Mungkin ini bukan fase baik-baik saja, tapi juga bukan fase buruk. Ini cuma fase... datar. Aku gak mau marah, gak mau senang, gak mau kecewa. Semuanya sudah lewat. Ada perasaan “biarlah mereka yang merasakannya sekarang,” bukan karena dendam, tapi karena aku ingin diam. Diam itu kadang satu-satunya cara untuk menyembuhkan diri dari hiruk-pikuk yang gak punya ujung.




Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!