Lif Rusak, Sabotase dan Terlalu Naif

 


Jadi ceritanya, pagi itu lif di kantor rusak. Biasa aja sebenarnya, tapi entah kenapa kabarnya langsung heboh. Katanya, “ini sabotase.” Aku yang lagi nunggu giliran naik cuma bisa nyengir dalam hati. Sabotase? Lif? Serius nih? Rasanya kayak lagi nonton film detektif kelas menengah dengan plot yang dipaksakan.

Aku jadi mikir, kenapa ya kita suka banget mencari teori besar dari hal-hal yang sebenarnya sederhana? Lif rusak ya mungkin karena maintenance-nya telat, kabelnya aus, atau sistemnya error. Tapi entah kenapa, beberapa orang langsung bawa ke arah yang lebih “seru”, sabotase. Seolah hidup ini gak lengkap tanpa bumbu drama dan konspirasi. Padahal, kadang yang rusak itu bukan lif-nya, tapi cara kita berpikir terlalu jauh.

Tapi di sisi lain, aku jadi ngerasa aneh juga. Kok aku malah terlalu santai, ya? Mungkin karena aku sudah lelah menduga-duga niat orang. Dulu, aku tipe yang gampang curiga. Sekarang, aku malah berusaha jadi orang yang positive thinking, meski kadang hasilnya bikin aku dibilang naif. Tapi gak apa-apa. Buatku, berpikir positif itu bukan berarti buta, tapi cuma gak mau capek mikirin hal-hal yang gak bisa dikontrol.

Kalau pun benar itu sabotase (ya walau kecil banget kemungkinannya), toh bukan aku yang bisa nyelidiki. Jadi buat apa energi ini dihabiskan buat curiga? Lebih baik dipakai buat ngopi atau duduk tenang di tangga sambil nunggu teknisinya datang.

Kadang aku berpikir, mungkin hidup akan terasa lebih ringan kalau kita gak terus-terusan menaruh kecurigaan pada segala hal. Tidak semua hal buruk dilakukan dengan niat jahat. Kadang ya… memang nasib aja yang lagi pengin iseng. Lif rusak, yaudah. Hidup terus jalan. Jangan-jangan sabotase yang sebenarnya itu bukan pada lif-nya, tapi pada ketenangan pikiran kita sendiri.

Comments

Popular Posts