Kopi Tanpa Gula pun Masih Diaduk
Pernah nggak sih kamu mikir, kenapa orang lain suka banget kasih komentar tentang hidup kita? Bahkan ketika kita udah memilih jalan dengan sadar, tetap aja ada suara-suara yang nyelip, entah berupa kritik, nyinyiran, atau sekadar celetukan iseng. Lucunya, kadang komentar itu datang dari orang yang bahkan nggak benar-benar tahu cerita lengkapnya. Mereka cuma lihat dari permukaan, lalu buru-buru menilai.
Ada perumpamaan yang pas banget: kopi tanpa gula pun masih saja mereka aduk. Bayangin, secangkir kopi hitam, pahit, jelas-jelas nggak ada manisnya. Tapi tetap aja ada orang yang refleks ngaduk, seakan-akan bisa menemukan gula di dasar cangkir. Begitu juga hidup kita. Kadang meski udah jelas pilihan kita apa, orang lain tetap berusaha “mengaduk-aduk” dengan komentar dan penilaian mereka.
Masalahnya, kalau kita terlalu sibuk mikirin apa kata orang, hidup ini bakal capek banget. Nggak ada habisnya. Hari ini kita diam, dibilang pasif. Besok kita bicara, dibilang sok tahu. Kita kerja keras, dibilang ambisius. Kita santai, dibilang pemalas. Apa pun yang kita lakukan, selalu ada celah untuk dijadikan bahan omongan. Jadi, kenapa harus heran?
Daripada sibuk membungkam komentar orang lain, lebih baik kita belajar berdamai dengan kenyataan bahwa mulut orang itu nggak bisa dikontrol. Yang bisa kita kontrol cuma sikap kita sendiri. Mau tetap maju dengan keyakinan, atau berhenti hanya karena khawatir omongan orang? Toh, orang yang paling cerewet biasanya juga nggak ikut ambil bagian dalam perjuangan kita. Mereka cuma nonton dari luar, sambil sibuk mengaduk-aduk “kopi” yang bukan milik mereka.
Mungkin memang sudah sifat manusia untuk komentar. Sama kayak refleks orang ngaduk kopi tadi, meski tahu nggak ada gulanya. Jadi tugas kita bukan melarang mereka, tapi belajar menutup telinga dengan elegan. Kalau kritiknya membangun, ya terima. Kalau cuma nyinyiran kosong, ya biarkan lewat begitu aja.
Akhirnya, hidup ini bukan soal gimana bikin semua orang berhenti komentar. Itu mustahil. Hidup ini soal gimana kita bisa tetap fokus menjalani pilihan kita sendiri, tanpa terlalu terganggu oleh sendok-sendok yang sibuk mengaduk dari luar. Karena pada akhirnya, yang minum kopi itu kita sendiri, bukan mereka.
sumber foto
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!