Ini cerita yang saya alami pada hari terakhir puasa kemarin. Kejadiannya sewaktu nungguin warung kakak, karena dia repot. Saat itu ada salah seorang laki-laki bersama anaknya membeli es. Saya tak tahu alasannya, kenapa laki-laki ini tak berpuasa. Dan saya tak berhak untuk mengintograsinya.
Sebagai penjaga warung pengganti, saya sadar, saya bukan tipe orang yang asyik menjadi temen ngobrol. Saya hanya suka mendengarkan orang lain bercerita, tapi tidak untuk memberikan timbal balik. Jadi ceritanya pembeli laki-laki tersebut berbicara satu arah, karena saya hanya mendengarkan saja.
Dia mengeluh soal lesunya perekonomian Indonesia saat ini. Menurutnya, dibandingkan dengan ramadhan sebelum-sebelumnya, ramadhan tahun ini lebih parah. Saking parahnya, untuk tahun ini dia tidak bisa mudik ke kampung halamannya di Blitar, karena uang tak cukup untuk pulang.
Saya trenyuh saat mendengar keluh-kesahnya. Ternyata tak hanya dunia perbankan dan pemilik usaha saja yang merasakan pelambatan pertumbuhan ekonomi akhir-akhir ini. Sebagai buruh, dia juga merasakannya. Uang tips ysng diterimanya juga berkurang setiap harinya. Biasanya, jika tak sepi, dia bisa menerima uang tips lebih dari 15 ribu setiap harinya. Sekarang tidak pernah lagi.
Dia juga bercerita tentang lebaran tahun kemarin. Dengan mata berbinar dia bercerita, kalau lebaran tahun kemarin dia bisa mengumpulkan uang 1 juta di dalam dompetnya. Ada raut bahagia terpancar dari wajahnya. Dia bisa mudik ke kampung halamannya. Bersama istri dan anaknya.
Saya sedikit tertohok ketika mendengar dia bercerita tentang uang 1 juta yang dia punyai satu tahun lalu itu. Bagaimana tidak tertohok, gaji yang lebih banyak yang saya terima tiap satu bulannya saja saya masih mengeluh, kurang banyak. Tapi dia bercerita usng 1 juta tahun lalu saja sudah membuatnya bangga dan bahagia. Betapa kurang bersyukurnya saya.
Saya tersenyum kecut menyadari atas kurang bersyukurnya saya atas nikmat yang telah saya terima. Mungkin ini adalah cara Tuhan menegurku, agar saya tidak hsnya berfikir mengumpulkan materi saja, lupa bersyukur kepada-Nya.
Bersyukur. Betul, bersyukur sebab di bawah kita, masih āda yang lebih membutuhkan.
ReplyDelete