Andai Saja Kepalaku Seringan Kepalanya Mereka
Kadang aku iri pada orang-orang yang pikirannya kayak jalan tol, lurus, lapang, nggak banyak belokan. Sementara kepalaku? Mirip gang sempit yang tiap sudutnya ada papan peringatan, awas kalau ini salah , awas nanti malu , awas nanti nyakitin orang , awas nanti tidak sesuai standar moral versi kamu sendiri . Capek. Dan lucunya, semua papan peringatan itu aku pasang sendiri. Makanya ketika aku membaca nasihat Habib Umar, “Berhentilah berpikir berlebihan. Sepotong besi rusak karena karatnya sendiri,” rasanya kayak ada yang nyentil jidatku pelan, eh, tapi kena sampai ke hati. Ada masa-masa aku lihat orang lain hidup kayak air mengalir, santai, pasrah, tapi bukan pasrah yang malas, pasrah yang percaya. Mereka tidur tanpa menghitung ulang semua kalimat yang pernah mereka ucapkan hari itu. Mereka makan tanpa merasa harus membuktikan apa pun. Mereka kerja, pulang, beraktivitas, tanpa merasa ada drama batin setiap lima menit. Dan aku sering mikir, andai kepalaku bisa sesimpel itu. ...