Kisah Klasik untuk Masa Depan (10)

Selamat siang, sobat. Balik lagi nih dalam catatan "Kisah Klasik untuk Masa Depan" yang tak terasa tinggal beberapa hari lagi akan selesai. Well, hari ini ingin melanjutkan kisah perjalanan saat di Madura kemarin yang hanya sampi di Api Abadi saja. Siang ini Riu mau berbagi kisah lanjutan, tempat tujuan yang kami datangi selama safari ke Madura. Dan tempat itu adalah..... jreng jreng jreng... Rumahnya salah satu teman kami, Arina.

Hmm.... niat awalnya sebearnya buat menjenguk teman yang sakit di RSUD Madura, tapi ternyata yan sakit malah udah pulang dan kita tidak tahu dimana alamat rumahnya. Daripada nggak tahu harus kemana, akhirnya kami memutuskan singgah di rumah salah satu teman yang kebetulan satu arah ke tempat tujuan akhir kita, yaitu pantai. Saat itu dianya tidak ikut dalam rombongan dan sengaja memang tidak ikut. Nah, kenapa kita mampir ke rumahnya memang tujuannya bisa ngajak dia jalan-jalan pula keliling Madura. Secara dia kan tuan rumahnya. hehehe

Well, setelah sms-an sepanjang perjalanan kalau kita mau mampir di rumahnya, akhirnya dia setuju kalo kita boleh mampir di rumahnya. Karena kita nggak tahu dimana lokasinya, tentu saja sepanjang perjalanan kami menunggu arahannya menuju lokasi rumahnya. Kami sepakat agar kami dijemput di tepi jalan karena menurutnya rumahnya masuk ke dalam lokasi yang agak jauh dari jalur utama. Setelah tolah-toleh nungguin si penjemput, akhirnya kita berhasil dibawa ke rumahnya.

Dan saudara-saudara, sesampainya di tempat tujuan, betapa kami harus menahan kekagetan kami karena temenku yang satu ini adalah salah satu dari anak pengasuh pondok di Madura sana. Tapi sayangnya aku gak ingat apa nama pondoknya. Tapi yang jelas, cukup besarlah. Karena ada kampusnya juga.

Sampai di rumahnya, kita langsung disambut oleh orang tuanya. Begh, jadi berasa gimana githu saat tahu bapaknya seorang pengasuh pondok. Jadi nggak beari macem-macem. hihihi... Untungnya beliau menyambut kita gak pake lama, jadi gak jadi mati kutu di hadapan beliau itu.

Setelah cukup penyambutannya, kami langsung dijakan makan. Eh, bukan makan sebenarnya. Lebih tepatnya adalah sarapan. Secara dalam perjalan tadi memang kita minta dibuatin sarapan. Maklum, berangkat kita belum sarapan sama sekali. Dalam perjalanan perut ini rasanya udah jadi paduan suara karena bernyanyi satu persatu. :D

Menu sarapan super lengkap

Yup, begitu ditawari buat sarapan, gak pake lama kita langsung aja menuju tempan sarapannya. Secara perut ini udah gak nahan laparnya. Daripada gengsi-gengsian tapi kelaparan, mending terus terang aja kalo kami memang kelaparan. Sikaaaat!!!

Makan bareng

Satu persatu, kami gantian gambil makannya *ya iyalah* saking lapernya, pas makan ampe gak banyak suara yang keluar. Nyam, nyam, nyam  Tapi tetep aja, aku paling dikit makannya. Nggak tau, tetep aja gak ada selera buat makan. Padahal kalo liat temen-temen sih, mereka ngambil dalam porsi besar lho... malah ada yang nambah lagi. ck.. ck.. ck...

Riu lagi ngambil makanan tuh!

Yah, gak pake malu-malu gitu, secara emang kita ditinggal juga ama yang punya rumah, jadi pas makan bebas-bebas aja. Makan tanpa beban, yang penting kenyang. Enyak, enyak, enyak!

Istirahat, ngobrol-ngobrol

Selesai sarapan, kami disediain tempat buat istirahat. Lelah bo perjalanan dari Surabaya menuju Madura di ujung timur. Mumpung ada tempat istirahat, tidurtiduran bentar, ngobrol-ngobrol mau kemana lagi tujuannya, gak ketinggalan, mandi. Panas banget bo Madura. Suwer!

Masih aja cemilin dihabisin

Selesai istirahatnya, perjalanan kami lanjutkan menuju tempat lainnya. Pengen tahu kemana lagi tujuan kami selanjutnya? tunggu kelanjutannya besok ya.... Masih kurang dua catatan lagi, maka catatan Kisah Klasik untuk Masa Depan ini akan berakhir. So don't miss it!

Oke, segini aja ya.... yang belum baca postigan sebelumnya, mendingan baca juga ceritanya ya.... Cerita satu, dua, tiga, empat, lima,  enam.tujuh, delapan,dan sembilan. Selamat membaca dan jangan lupa tinggalin jejak juga ya.... Thanks

Sheila On 7 Sebuah Kisah Klasik

Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Kita berbincang tentang memori di masa itu
Peluk tubuhku usapkan juga air mataku
Kita terharu seakan tiada bertemu lagi

Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang akan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Karna waktu ini yang akan kita banggakan di hari tua

Reff:
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang akan kita rindukan
Di hari nanti…

Ke: Reff

Mungkin diriku masih ingin bersama kalian
Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian