Nge-freeze saat ada telpon masuk
Gemetaran. Itu reaksi pertama yang datang. Tanganku nggak bisa diam, kakiku tiba-tiba lemas, dan jantung serasa mau meledak. Padahal cuma dering. Cuma suara telpon. Tapi buatku, itu bukan sekadar suara. Itu kayak pintu masuk menuju kepanikan yang nggak bisa dijelaskan logika. Rasanya mendadak kacau. Mau angkat telpon tapi takut. Mau diabaikan tapi cemas. Mau tenang tapi tubuhku bilang sebaliknya.
Ini bukan baru-baru ini aja. Sudah bertahun-tahun. Cuma hari ini, rasanya jauh lebih kuat. Lebih menusuk. Seolah deringnya lebih keras dari biasanya. Seolah ada sesuatu yang datang dari seberang sana—bukan suara manusia, tapi suara pengingat: bahwa aku pernah salah. Bahwa aku mungkin memang sedang dihukum pelan-pelan.
Aku nggak tahu kenapa awalnya bisa begini. Dulu mungkin biasa aja. Tapi entah kenapa, makin ke sini makin menakutkan. Dan makin terasa sejak aku melakukan kesalahan yang baru-baru ini. Kesalahan yang bikin aku malu, bikin aku ingin bersembunyi, dan bikin aku bertanya-tanya: apa aku pantas dimaafkan?
Kadang aku mikir, apa ini semua karena dosaku? Apa tubuhku sedang mengingatkanku bahwa aku belum beres berdamai sama diriku sendiri? Apa ini karena aku terlalu memendam rasa bersalah yang nggak pernah bisa aku tumpahkan ke siapa pun?
Aku juga mikir, apa cuma orang introvert yang ngalamin kayak gini? Atau semua orang yang pernah salah, pernah nyakitin orang, juga pernah merasa begini? Atau mungkin aku memang terlalu rapuh. Terlalu lelah. Terlalu takut.
Dan yang paling aku rasakan sekarang: aku nggak nyaman. Sama suara telpon. Sama diriku sendiri. Sama rasa panik yang datang tanpa aba-aba. Aku capek pura-pura tenang tiap kali dering itu muncul. Aku cuma pengin sehari aja, hidup tenang tanpa takut dari sesuatu yang bahkan nggak kelihatan bentuknya.
sumber foto
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!