Wednesday, November 23, 2016

Sebulan Menjadi Ayah


Sebuln lebih saya tidak menengok blog ini. Stelah menegok sebentar, ternyata ada perubahan tampilannya. Sempat sedikit binggung juga sebenarnya, tapi tak sampai 15 menit untuk langsung memahami. Ternyata memang ada sedikit perubahan, lebih mudah menurutku.

Btw, sebenarnya sudah berhari-hari ingin membuat tulisan lagi. Tapi karena kesibukan dan keramaian aktivitas beberapa hari ini, keinginan untuk menulis jadi terhambat sedikit. Mumpung hari ini ada luang, saya coba-coba lagi buat ngepost dan mengupdate blog. Kasihan, lama punya blog kok malah tak terjamah.

Pengen cerita banyak sebenarnya, tapi khusus hari ini mulai dari ini saja dulu. Postingan lainnya mungkin akan sedikit flashback, karena pengalamannya banyak yang sudah terjadi. Khusus hari ini, saya ingin cerita tentang pengalaman menjadi seorang ayah bagi putri saya, Zara.

Yup, saat ini status saya memang sudah berubah, dari sendiri menjadi berdua. Dari berdua, menjadi bertiga. Orrang ketiga yang hadir di kehidupan saya adalah Zara. Athaletha Kaysha Zaviera Xaveria, nama panjangnya. Cewek mungil, menggemaskan. Tanpa hari tanpa bersamanya. Pengennya selalu dekat dengan Zara. Meski dia lebih banyak tidur saat ini. 

Memang begitulah. Usia satu bulan memang bayi lebih banyak tidurnya daripada bangunnya. Belum bisa melihat, hanya bisa menangis saja. Laper, nangis. Ngompol, nangis. Berak juga nangis. Pokoknya kalau merasa tidak nyaman, dia hanya nangis saja. Kita sudah mengerti itu.

Aktivitas hari-hariku, kalau malam sering terjaga, apalagi kalau saatnya mengganti popok. Kalo pagi, nyuci popok sebelum berangkat kerja. Selama sebulan ini tidak jauh dari kegatan itu. Tugas lain, mungkin masakin air buat mandi si Zara. Jam 04.30 pagi dia udah mandi. Mbah dukun yang kita sewa buat mandiin Zara sebulan ini memang bisanya jam segitu. Jadi mau tidak mau, sebelum jam segitu udah bangun duluan. Meski terkadang telat juga bangunnya, apalagi kalo malamnya Zara lebih banyak  nangisnya akibat minta digantiin popok.

Tapi seru llho.... Jika selama saya tidak begitu dekat engan anak kecil, kecuali ponakan saya saja. Kali ini saya harus lebih dekat lagi dengan anak saya sendiri. dan tanggal 21 ini adalah genap 1 bulan usianya. Masih sering nangis, tidurnya sudah mulai berkurang. Pipisnya makin banyak, cucian juga makin menumpuk. hahaha


Tuesday, September 27, 2016

Rame-rame Kasus Dimas Kanjeng


Topik yang lagi rame saat dibicarakan di masyarakat dan di sekitar saya adalah masalah Dimas Kanjeng. Yang belum kenal siapa dia, mungkin bisa mencoba googling. Tapi bagi saya sih tidak penting buat mengetahui berita itu. Buang-buang waktu, buang-buang pikiran dan juga buang-buang kuota. Tapi beda lagi kalo itu di kantorku saat ini. Entahlah, berita-berita itu harusnya tidak jadi bahasan penting, karena jelas-jelas kasus penipuan. Tapi, beda orang, beda kepala, beda pula pemikirannya.

saya itu paling tidak pedulian sebenarnya dengan apa yang mereka pikirkan. Tapi kalau itu sudah mengganggu ketenangan saya, mau tidak mau saya juga harus ikut.

 Saya masih tak habis fikir, kenapa kasus seperti ini bisa jadi topik hangat banget di lingkungan saya. Padahal juga kasus seperti itu saja. Tapi setelah saya ikut dan massuj lebih jauh dari obrolan itu, baru saya tahu, ternyata di lingkungan saya bekerja itu ada 3 orang yang diyakini ikut dalam padepokan Dimas kanjeng. Ealah!

Thursday, September 15, 2016

Bakar Sate Bareng Istri


Idul Adha kemarin menjadi pengalaman yang tak biasa bagi saya. Dalam arti, ini pengalaman pertama setelah status KTP saya berubah menjadi tidak sendiri lagi. Kalo yang lainnya sih masih sama. Sholat Idul Adha dan makan daging qurbannya. Yang berbeda adalah cara merayakannya, khususnya dalam pengolahan daging qurbannya.

Jika sebelum-sebelumnya adalah ibuk yang masakin dan yang mengolah daging qurbannya. Nah, kemarin saya dan istri yang mengolahnya. Diolah biasa aja, bikin sate. dibakar bareng. Awalnya sih saya hanya menyerahkan sepenuhnya pada istri.   Apalagi dari dulu memang tidak suka aroma dagingnya, jadi dari dulu hanya terima jadi saja, tidak ikut masak. Lagian, abis sholat saya keluar rumah. jadinya yakin aja, kalo pas pulangnya masakan udah jadi. Ternyata prediksi saya salah. masakan belum ada karena daging qurban baru selesai dibagikan.

Karena jam 2 belum ada masakan, akhirnya diputuskan buat masak bareng. itung-itung biar bisa menghabiskan watu berdua saja. Jadinya ya gitu deh..... masak sate bareng.

Pas masak bareng itulah saya jadi ngerti, apa yang dimau dia dari saya. ngobrol panjang lebar, meski sebenarnya saya terganggu dengan aromanya, tapi dari situ saya tahu banyak yang harus saya kerjakan.

 Sedikit tahu aja, kami menjalani pernikahan ini tidak dimulai dengan proses pacaran. Jadi setelah menikah itu saya baru tahu siapa dirinya. sebelumnya sih hanya sekedar tahu saja, tapi tidak dekat. Ngobrol berdua pun masih bisa dihitung dengan jari. Jadi kita memang benar-benar tidak kenal dan paham betul dengan pasangan. Nah, dari masak sate bareng itu saya jadi tahu, nyambung sedikitlah. heheh

Tuesday, September 13, 2016

Memilih Nama Calon Anak


Semakin dekat dengan prediksi kelahiran calon anak saya, selama beberapa minggu ini beberapa kali mencoba mencari nama untuk calon bayi. Biar kata orang, apalah arti sebuah nama? Tapi saya maunya nama itu mengandung sebuah doa. Iyalah, semua orang tua pasti berfikirnya seperti itu. Akan melakukan hal terbaiknya untuk anak-anaknya. Tak terkecuali, memberinya sebuah nama.

Untuk memilih nama, saya menginginkan sebuah nama yang sedikit berbeda dari biasanya. Jika saat ini hampir semua orang tua memilih nama dengan pendekatan nama islami, saya menginginkan sebuah nama yang multi bahasa. Jadi tidak hanya nama yang sedikit arab, juga nama-nama dari bahasa-bahasa lain. Saya menginginkan sebuah nama yang beda.

Menurut prediksi, calon bayi akan berjenis kelamin perempuan. Karena itu saya mencoba mencarri-cari nama untuk calon anak perempuan saya iitu. Memilih dan memilah dari rangkaian nama dari berbagai bahasa, Menggambungkan, menyatukan dan merangkai menjadi sebuah nama yang memiliki sebuah arti yang berisikan sebuah doa.

Dari proses yang cukup panjang, melewati beberapa minggu. Terpilihlah 5 calon nama yang saya siapkan. 5 nama ini saya pilih ddan saya rangkai karena artinya. Dan tentu juga karena 'beda'nya dengan nama-nama kebanyakan yang beredar pada ssaat ini. Khususnya di llingkungan saya.

Nah, karena saya sudah yakin dengan 5 pilihan nama itu, saya pun menggajukan nama-nama itu ke istri. Mencari dukungan, memilih dari yang terbaik untuk anak kita nanntinya. Setelah berdiskusi lama, akhirnya kita sepakat untuk memilih satu nama. Nama yang terpilih itu nantinya akan kami pilih dan kita berikan keppada anak kami setelah si bayi lahir.

Tapi ternyata tidak sampai disitu saja pemilihan nama itu. Setelah kita yakin dengan pilihan nama itu, kami sekarang diingitkan untuk menyipakan nama lain untuk jaga-jaga, jika anak ini nantinya lahir dengan prediksi yang berbeda. Menurut prediksi sih akan lahir berjenis kelamin pperempuan. Dua kali test USG dengan dua dokter yang berbeda, dokternya bilang perempuan. Tapi karena orang terdekat menyuruh untuk menyiapkan nama dengan jenis kelamin yang berbeda, siap-siap jika itu terjadi, maka saya pun mencari nama untuk jenis kelamin laki-laki.

Hasil pencarian itu menghasilkan 5 pilihan nama juga, seperti 5 pilihan nama nama perempuan. Untuk nama pilihan ini sedikit berbeda,. Jika sebelumnya menggunakan dengan pilihan berbeda-beda bahasa. Untuk pilihan nama laki-laki ini, saya memilih sedikit banyak  lebih ke Arab-araban. Alasanannya karena dari pilihan nama yang disodorkan, untuk nama laki-laki lebih banyak mengandung unsur nama Dewa-dewa dan yang disifatinya. Saya tidak suka nama dan pilihan itu. Karena itu saya memilih pilihan nama lain.

Semalem saya sodorkan pilihan-pilihan nama itu ke istri. Kita sedikit berdebat dengan pilihan-pilihan nama itu. Istri maunya simple, saya maunya harus 5 kata. Setelah sedikit lama kita ngobrol dan memilih mana yang tepat. Akhirnya kita setuju dengan pilihan yang terakhir, tapi dengan sedikit redaksi yang berbeda. Tak lupa mengecek pilihan nama untuk perempuannya. Redaksinya juga dibuat sedikit berbeda.

Dari pembicaraan tersebut, kami jadi kepikiran, bertanya-tanya, apakah orang tua kita dulu juga seperti itu ketika memilihkan nama untuk kita. Berdebat panjang sebelum akhirnya sepakat memberi nama seperti saat ini. Wa Allahu a'lam.

By the way, untuk pilihan namanya akan saya umumkan setelah si bayi lahir. Untuk saat ini kami sedang berhara-harap cemas menunggu proses kelahiran. Dan semoga, proses kelahirannya nanti dapat berjalan normal. Ibunya sehat, anaknya juga sehat. Amin.


Thursday, September 8, 2016

Terjun Bebas


Seperti biasa, di kantor baru kita bertemu dengan orang-orang yang baru juga. Bedanya jika biasanya saya memilih untuk tidak masuk dalam obrolan tak terarah, maka hari ini saya ikut dalam bahasan. Tidak ikut secara penuh sebenarnya, hanya ikut dalam pembicaraan saja, mendengarkan pembicaraannya dan sesekali tersenyum ternyata seperti yang saya rasakan.

Topik pembicaraaan kita hari ini tentang penurunan. Penurunan ppendapatan tentu saja. Beberapa hari ini saya mengalami stress yang membuat saya sedikit stress adalah karena pendapatan yang masuk di ATM berkurang banyak sekali dari ppendapatan sebelumnya. Tidak tanggung-tanggung, lebih dari setengah pendapatan saya tahun lalu hilang akibat pilihan pindah kerja ini. Boleh dibilang, ppendapatan saya saat iini sedang terjun bebas.

Saya bingung harus nyari cara apa lagi agar pemasukan meningkat. Apalagi beberapa minggu lagi istri akan melahirkan, jika ppemasuukan seperti ini terus, bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan istri dan anak saya yang akan lahir. Dengan istri saya sudah mulai obrolan untuk mengantisipasi ppenurunan ini. Sudah memikirkan hal apa saja yang harus dipikirkan, apa yang harus dilakukan.

Tapi ternyata, tidak hanya saya saja yang mengalami hal seperti ini. Banyak teman baru saya yang juga mengalami masa-masa sulit seperti ini. Tapi saya tidak yakin akan sebanyak penurunan yang saya alami. Tapi setidaknya saya sedikit bisa bernafas lega, karena melihat ada teman yang juga mengalaminya. Yah, beginilah manusia. Selalu mencari kawan untuk merasakan kesulitan. Selalu membanding--bandingkan.

Harapannnya sih masa kelam ini akan segera berakhir dalam wwaktu dekat. Karena kalau tudak segera berakhir, kayaknya rambut saya akan semakin banyak ubannya. hahha

Wednesday, September 7, 2016

Banyak Omong


Pagi-pagi udah dengerin temen ngomong banyak itu bikin eneg. Saya tak suka banyak ngomong, mungkin itu juga alasan utama kenapa saya tak terlalu suka dengan banyak obrolan dan nongkrong bareng teman-teman. Entahlah, saya lebih memilih untuk menjadi pendengar yang baik. Tapi ketika obrolan tak jelas dan lebih bersifat obrolan yang menurut saya tak penting dibahas, pada saat itu saya merasa eneg.

Saya suka ngumpul, kalau itu menyenangkan. Tapi kalau sudah tidak menyenangkan lagi, apalagi kalau kumpul-kumpul itu hnaya bersifat basa-basi, mending pergi saja. Nyari tempat lain yang sesui dengan minat.

Untuk beberapa hari ini saya lebih suka di perpustakaan. Lebih tenang, lebih nyaman. Tapi sayangnya orang-orang yang banyak ngomong itu juga mulai menginvasi area perustakaan. Jadinya area yang harusnya tenang, jadi ramai oleh obrolan-obrolan yang menurutku tak penting..

Monday, September 5, 2016

Asyik Sendiri


Tak pernah terpikir olehku, kalau saya ini salah satu orang yang punya kebiasaan selalu asyik dengan dunianya sendiri. kalau teman saya tidak bilang begitu, saya pun tak sadar. Barusan, saat sedang di perpustakaan, teman-teman sedang ngobrol asyik. banyak bahasan, dan sering gonta-ganti topik. Sesekali saya mendengarkan dan nimbrung, tapi lebih sering asyik sendiri. mendengarkan musik, browsing artikel-artikel yang saya butuhkan, dan sesekali buka youtube untuk melihat video terbaru.

Entahlah, sepertinya saya memang seperti itu, tak terlalu perduli dengan sekitar. Terlalu Individualism mungkin, tapi gak tahu juga sih....

Friday, September 2, 2016

Akibat Bad Mood


Postingan kemarin adalah akibat badmood saya karena tidak adanya kejelasan dan ketidak adanya pekerjaan ppasti.  Setelah beberapa hari aktivitas dimulai, pikiran-pikiran itu hilang dengan sendirinya. Tapi sekarang pikirannya sudah ganti yang lain.

Yah, beginilah manusia. Selalu saja ada yang dikeluhkan. Kemarin itu, sekarang ganti lagi, dan esok apa lagi. Saya yakin tidak hhanya saya saja yang mengalamainya, orang llain ppun sama. Tapi ttak masalah, semua memang perjalanan.

Tuesday, August 30, 2016

Menyesali Sebuah keputusan Resign


Beberapa hari ini mood kerja benar-benar tidak bagus. Rasa-rasanya bekerja bukan lagi sebuah yang menyenangkan lagi. Bukan karena banyaknya pekerjaan, tapi karena ketidak adanya tantangan sama sekali. Rasa-rasanya kok saya ini direkrut hanya untuk genap-genapan persyaratan sebuah intitusi, tanpa tahu apa harus berbuat apa karena tidak dilibatkan dalam segala hal.

Menyesal? Iya, pastinya. Dan ini mungkin yang mempengaruhi moodku beberapa hari ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Pilihan ini adalah hasil keputusan berdua. Percuma jika saya harus menyesal setelahnya.

Dan sekarang saya harus memulai dari awal lagi. Merintis karier dari nol lagi. Hmmmm

Wednesday, August 24, 2016

Menonaktifkan Akun Facebook


Semalam saya menonaktifkan akun facebook saya (lagi). Iya, memang saya sengaja menutupnya. Entah sampai kapan, yang jelas saya sedang tidak dalam kondisi emosi yang stabil saat ini. Dan ini adalah langkah yang bisa saya ambil agar emosi saya kembali stabil. Bukan masalah keluarga, kalo ada yang nebak ini karena itu. Hanya masalah sepele sebenarnya, saya tak suka diusut dengan kepindahan saya di tempat baru. 

Seperti yang pernah saya ceritakan di postingan sebelumnya, saya memutuskan pindah kerja sekali lagi. Dan keputusan ini kemungkinan akan memancing banyak pertanyaan di benak banak orang yang belum tahu masalahnya apa. Nah, untuk menghindari banyaknya pertanyaan, saya memilih untuk menonaktifkan akun facebook saya. Mungkin sementara, mungkin juga akan sedikit cukup lama. Gak tahu juga sih sampe kapan, tapi saat ini harus ditutup dulu.

Dulu pernah sih menutup akun facebook gara-gara patah hati. Ampe setahun kayaknya, setelah cukup hati menerima, baru dah dibuka lagi akunnya. Nah, kali ini beda masalah tapi masih dengan pilihan yang sama. 

Thursday, August 11, 2016

Stalking Mantan


Kemarin tidak sengaja melihat profil mantan di Facebook. Namanya tidak sengaja, berarti memang tidak ada niatan untuk mencari dan melihat-lihat akunnya. Kebetulan, kemarin melihat ada pemberitahuan yang muncul di laman Facebook. Nama-nama orang yang mungkin saya kenal. Saya nyoba klik itu pemberitahuan. Hanya sekedar melihat-lihat saja, mungkin ada yang saya kenal dan bisa saya tambahkan dalam daftar teman.

Nah, pas saya sedang melihat nama-nama yang ada dalam daftar itu, ternyata saya menemukan nama sang mantan dalam daftar tadi. Nama asli, bukan nama samaran seperti yang pernah saya kenal dulu. Dari situ akhirnya saya tahu, facebook lamanya sudah hilang, berganti dengan akun facebook baru. Takut mungkin dianya kalau chat saya kebaca suaminya. hahaha

Tapi bukan itu intinya. ini tentang bagaimana saya yang awalnya tidak ingat dia jadi teringat lagi. Awalnya tidak ingin mencari ttahu, jadi punya niatan dan melakukan stalking di akunnya. Dan benar, setelah itu langsung melihat-lihat postingannya. Hmmm....

Jadi terasa lagi sakitnya. Sakit akibat ditinggal tanpa ada pemberitahuan. Sakit karena jadi orang terakhir yang tahu bahwa dia sudah lamaran. Byuh, sakitnya terasa banget. Bersama sejak 2008-2013, berakhir tanpa ada kata pisah. Dan sedihnya, nikahnya dengan teman sendiri, teman sekantor. Lebih menyedihkan lagi, mau resign, tidak diizinkan. Tidak resign, tiap hari harus bertemu dan berpura-pura seolah tidak saling mengenal. Bekerja jadi seperti di neraka saja. Tsah!

Meski saki-sakit juga karena melihat akunnya, tapi masih bisa senyum-senyum juga melihat fotonya. senyumnya masih sama seperti yang dulu, tidak berubah. Yang berubah hanya yang dalam gendongan saja. Sekarang jadi 2. Dulu saat terakhir ketemu, dia masih satu yang dibawa kemana--mana. Sekarang nambah satu lagi.

Tapi tetep, kalau melihat fotonya, pasti mengabaikan laki-laki di sampingnya. Berusaha untuk tidak melihatnya, apapaun alasannya. Tak ada alasan, yang saya inginkan hanya melihat orang yang pernah mengisi hidup saya, bukan orang yang pernah menghancurkannya.

Btw, sudah ada orang lain yang menggantikannya. Jadi biarpun dia pernah mengisi kehidupanku, tapi jalan hidup kita tlah berbeda. Dia dengan hidupnya, saya dengan kehidupanku yang baru. Dia mungkin pernah menjadi bagian kehidupan dan anaganku, tapi hidupku lebih berwarna dengan istriku.


Tuesday, August 9, 2016

Beratnya Mengucap Perpisahan


Perpisahan, adalah momen yang paling berat untuk dijalani. Saya mengalaminya saat ini. Meski saya sudah resign, sampai sekarang masih belum bisa mengatakan kata perpisahan untuk teman-teman kerja saya yang dulu. Hanya kepada pegawai dan staff saja saya bisa mengatakan perpisahan, ttapi untuk yang yang lainnya, saya belum sangguup mengucapkan.

Entahlah, seperti ada kata yang menggantung dan tak dapat diucapkan. Canggung atau apalah itu namanya, saya tetap susah untuk menguatakan kalimat perpisahan. Bahkan pada saat ngomong kepada pimpinan, sayaa harus berkali-kali menguatkan diri, berusaha sedemikian rupa untuk bilang, "saya tidak bisa melanjutkan."

Untuk mengucapkan kata selamat tinggal saja, sayya harus mencari cara lain bisa sampai kesana. Bercerita, bergurau, bicara panjang lebar, hingga pada akhirnya saya harus ngomong "Pamit". setelah ngomong pamit pun masih susah, bingung harus ngomong apalagi setelahnya. salaman, minta maaf. Bahkan mereka minta foto bersama pun saya masih susah untuk menghadapi itu.

Mungkin inilah perpisahan paling menyakitkan yang pernah saya alami dalam sejarah pencarian pekerjaan saya. Berkali-kali resign, tapi sakitnya tidak sesakit ini. Mungkin karena akrabnya mereka dengan saya. Menerima segala kekurangan yang ada pada saya.

Saya belum bisa mengucapakan perpisahan, entah sampai kapan.


Monday, August 8, 2016

Nikah Diam-diam


Adat yang berlaku dan kebiasaan yang terjadi di sekitarku memang mengharuskan, bahwa setiap pernikahan harus mengundang banyak orang dan pesta. Saya yakin, tidak hanya di tempatku saja yang memiliki keebiasaan seperti itu. Semua yang berlaku di Indonesia juga hal semacam itu. Dan saya salah satu yang tidak menyukai acara seperti itu.

Saya tidak suka keramaian. Saya tidak nyaman dan saya akan lebih tertekan jika harus duduk dan melihat ratusan mata memandang kearah saya. Itu semua menakutkanku. Makanya sedari dulu, ketika muncul keiiginan untuk menikah, sejak dulu saya selalu berkeingnan untukk tidak menggelar pesta. Saya menghindari acara penuh keramaian itu.

Ketika saya melamarnya, pada saat itu pula saya sudah mengajukan keinginan, bahwa saya tidak menginginkan sebuah pesta. Cukup ada penghulu, itu sudah cukup bagiiku. Bahkan saya meminta Ijab-kabul di KUA sajja, agar tidak ramai. Tapi ditolak. Mereka hanya setuju kalau meniadakan pesta, tapi ijab-kabulnya harus di rumah. Hanya ada saudara dan tetangga dekat saja. selain itu, tidak.

Beruntungnya saya, karena keluarga sana juga tidak menyukai acara besar-besaran, jadi ketika saya dan keluarga datang untuk acara ijab-kabulnya, keluargaku hanya membolehkan 20 orang saja, tidak lebih. Dari awal sudah mewanti-wanti, tidak ada pesta, jadi jangan bawa pengiring banyak-banyak.Cocok dengan keinginanku. Syukurlah!

Nah, karena pernikahan ini kesannya diam-diam saja, tanpa ada pemberitahuan dan undangan kepada para kenalan. Banyak yang merasa kecewa dan sedikit membenci saya. Beberapa kali sayya bertemu dengan orang yang saya kenal baik, berubah mimik wajahnya dan ada yang langsung meninggalkan saya begitu saya memberritahu kalau saya sudah menikah. Saya tahu dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. Toh, memang acara pernikahan ini tak ada pesta, jadi menurutku tak harus memberitahukan kepada siapa-siapa.

Dan lagi, kalau di rumahnya, pas acara akad nikahnya sudah tak ada pesta. Pas di rumahku juga tak ada pesta. Ketika keluarga mereka datang setelah seminggu, keluargaku hanya menyambut dengan 20 orang yang kemarin ikut akad nikahnya.  Ibukku sudah setuju dengan pernikahanku, tak ada pesta, tak ada keramaian. 

Jadi kalau sampe sekarang masih banyak yang mempertanyakan pernikahanku, ya, saya sudah menikah. Menikah diam-diam.

Friday, August 5, 2016

Perayaan Ulang Tahun Tanpa Kue Ulang Tahun



Juli kemarin dia ulang tahun. Gak ada perayaan, hanya ucapan selamat aja. Bukan napa-napa, cuma akunya saja yang masih kikuk harus ngapain. Mau beli hadiah, gak sempat keluar karena ujan mulu. Mau keluar bareng, sama ibuk dipesenin tidak boleh diajak jalan-jalan karena perutnya semakin membesar. Jadi jalan satu-satunya hanya bisa ngucapin selamat aja. 

Btw, sempet kepikiran mau bikin kejutan juga sih sebenarnya, tapi takut dibilang norak. Lagian memang dari dulu memang tidak pernah ngrayain gituan, jadi rada aneh aja memikirkan untuk memberi kejutan. Padahal kalo baca-baca lho ya, cewek itu paling suka dikasih kejutan. Lah, akunya? malah aneh sendiri pas memikirkan mau kasih kejutan. Yaelah..... #TepukJidad

Tapi masih ada kesempatan lain kayaknya. Desember nanti adalah perayaan pertama kita. Pengennya ngasih sesuatu apa gitu,  tapi kalo dipikir-pikir, kayaknya bakal gagal lagi. Soalnya pada bulan Desember nanti baru selesai lahiran, jadinya malah gak bisa kemana-mana. #duh

Yaweslah, tak menjadi mengapa. Memang perayaan gak musti harus pake kue ulang tahun, kan?


Monday, August 1, 2016

Pindah Kerja (Lagi)


Hari ini saya menempati tempat kerja baru. Ini bukanlah pertama kali bagi saya untuk masuk di hari pertama kerja, beberapa tahun sebelumnya saya sudah mengalaminya. Dan setiap tempat memiliki cerita yang berbeda-beda. Kalo dihitung-hitung, banyak juga ya ternyata saya pindah kerja. Gimana tidak, sampe 9 kali saya pindah kerja. Da ada kemungkinan akan bertambah lagi nantinya.

Pertama, Surabaya adalah tempat pertama saya bekerja. Sewaktu masih kuliah dulu saya sambi bekerja. Untungnya pekerjaannya tidak terlalu berat dan merepotkan, jadinya tidak mengganggu tugas perkuliahan.

Kedua, bekerja di Sidoarjo. Setelah dinyatakan lulus sidang Skripsi, sambil nunggu-nunggu wisuda, saya melamar pekerjaan baru. Nyari peluang, biar tidak lama-lama menganggur niatnya. Tapi setelah dinyatakan lulus dan bekerja, ternyata hanya bertahan 2 minggu saja dan mengajukan resign setelahnya. Ternyata kerja dan gajinya tidak seperti janji dan bayangan. 

Ketiga, pulang kampung dan bekerja di Nganjuk. Cukup lama saya bertahan di Nganjuk ini. Udah nyari-nyari kesempatan untuk resign, tapi belum diizinkan juga. Sampe pusing cari caranya. Setelah bertahun-tahun bekerja, dan bisa nyambi-nyambi juga. akhirnya bisa pindah juga.

Keempat, kerja di Kediri. Dulu seneng banget waktu diterima di Kediri. Tapi ujung-ujungnya gak enak banget, karena dikeluarkan secara tidak hormat tanpa ada penjelasan. Tahu-tahu sudah tidak ada namaku saja. Ya sudahlah, saya berlapang dada. Toh pada saat itu memang bermaksud untuk resign, cuma menunggu waktu saja.

Keempat, Jombang adalah pilihan selanjutnya. Saya mengirim lamaran pekerjaan, padahal belum tahu juga alamat pastinya dimana. Hanya berdasarkan alamat di Google aja saya ngirimnya. Setelah dinyatakan diterima, bingung nyari lokasi kantornya. Ada dua tempat sebenarnya saya mengirimkan lamarannya, tapi yang 1 tidak saya sanggupi karena banyaknya persyaratan ketika harus bekerja disana.

Kelima, masih di Jombang lagi. Kali ini tempatnya lebih jauh lagi. Di situ juga tidak bertahan lama karena sedikit susah jalan menuju ke tempat kerja. Ketika ada tawaran untuk memperpanjang atau menyudahi, saya memilih untuk menyudahi.

Keenam, Pare. Bekerjanya juga tidak terlalu lama. Karena di tengah perjalanan saya dinyatakan lulus test di Madura. Jadi disini tidak banyak pengalaman yang saya dapatkan.

Ketujuh, Madura. Mungkin hnaya tempat inilah tempat satu-satunya saya mengalami sebuah kepuasan saat dinyatakan diterima. Kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan. Karena saya benar-benar menunggu-nunggu saat pengumuman itu. 

Kedelapan, Tulungagung. Berita diterimanya saya di Tulungagung saya menyambutnya dengan biasa-biasa saja. Karena sedari awal memang udah nyakin bisa lolos. Mungkin karena terlalu seringnya menghadapi test kerja  yang hampir sama, jadinya ya gitu-gitu aja ekspresinya ketika melihat diterima.

Kesembilan, Kediri lagi. Mungkin ini adalah akhir dari pencarianku. Setelah ini kayaknya tidak ada keinginan untuk mencari-cari lagi. Sudah mantab dan menerima takdir saja saya. Tidak ada keiginan nyari di tempat lain lagi. Tapi kalo masih ada lagi, ya bolehlah. Tapi masih mengutamakan yang ini dulu.

Saturday, July 30, 2016

Banyak Cerita, Diam Saja


Kenyataan terkadang memang tak pernah sejalan dengan keinginan. Pengen hatti pengen nulis, tapi apa daya, cuma bisa mimpi aja. rasa-rasane kok males banget ya bikin tulisan saat ini. Bukan tidak ada ide atau cerita yang ingin dibagi, tapi rasa malesnya itu lho.....

Tidak menyalahkan rasa malesnya juga sih sebenarnya, mungkin waktu dan kesempatan juga berpengaruh. Dulu lebih suka menyendiri, jadi lebih gampang untuk menungkan ide-idenya. Kalo sekarang, susah untuk bisa sendiri. Baru pegang laptop aja udah dipanggilin mulu. Hahaha #Curhat ceritanya nih...


Tuesday, June 21, 2016

Dancing On My Own


Seseorang mengatakan padaku, kau punya teman baru. Bukan orang lain sebenarnya, kau sendiri yang cerita itu padaku. Tanpa bertanya, kau mengisahkan kisahmu. Entahlah, apa yang aku rasakan pada saat itu. Aku hanya tersenyum saja mendengarnya. Bahagia tidak, kecewa mungkin iya. Tapi aku tak bisa menunjukkannya padanya. Aku hanya tak bisa merusak kebahagiannya. Dalam hati aku hanya bisa bertnya, 'Apakah dia mencintaimu lebih baik daripada yang aku bisa?'

Langit hitam, aku tenggelam dalam kepahiitan. Aku tahu kau berada dimana setelah pertemuan kita itu. Aku tahu kau dimana. Dan bodohnya aku, aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan, tak bisa berbuat banyak. Kau begitu jauh, tapi juga masih begitu dekat. Aku yang mencintaimu sepenuh hati, tapi dia yang kau pilih. Dan hari ini, aku datang hanya untuk mengucapkan selamat tinggal.


Monday, June 20, 2016

The Hardest Pill to Swallow

 
Beberapa waktu yang lalu sengaja mampir ke tukang potong langganan. Rambut kayaknya udah harus dipendekin, udah susah diatur dan sering bikin ribet karena sedikit panjang. Setelah mengantri beberapa, tiba giliranku.

Seperti biasa, basa-basi si tukang potongnya menanyakan hal-hal yang sering aku dengar. Akunya juga sedikit bosan karena pengulangan-pengulangan setiap pertanyaan. Terkadang kalau saya sedang tidak ingin menjawab, hanya senyum saja maka dia akan ganti topik dan pertanyaan lainnya. Banyak pertanyaan yang aku jawab hanya dengan senyuman saja. Dia pasti sudah tahu jawabannya, karena pertanyaan itu sealu ditanyakan ketika aku datang kesitu.

Satu pertanyaan yang selalu membuatku harus menghela nafas dalam adalah pertanyaan tentang seseorang di masa laluku. Sampai sekarang rasanya kalau harus mendengar namanya, atau nama suaminya, selalu membuatku gagal move on, kata orang.

Meski aku sadar, dia adalah bagian dari masa lalu, tetap saja rasanya masih susah untuk melupakan ataupun mengelak dari kisah itu. Tidak bisa mengelak, tapi juga tak bisa berbuat banyak. Dia adalah bagian masa laluku. Ingiinnya aku bisa memutar kembali, mengulang dan menjutkan, menjadikannya bagian dari masa depanku, tapi aku tak tahu bagaimana caranya.

It's the hardest rule to follow (I'm thinking of you)
I really wish that I could call you (What can I do?)
You can find another me tomorrow,
and that's the hardest pill to swallow, babe.

If I woke up and I called it quits ('cause I'm thinking of you)
If today I gave up all of this (I don't know what to do)
Maybe I could get you back tomorrow
And that's the hardest pill to swallow, baby.


Sunday, April 3, 2016

Positif - Negatif


Keinginan setiap pasangan yang baru menikah adalah sama, yang membedakan hanyalah langsung atau ditundanya untuk mewujudkan sebuah keinginan itu. Kehamilan adalah salah satu kenginan yang setiap keluarga baru inginkan setelah mereka bersama. Demikian saya.

Satu bulan setelah pernikahan, kita mencoba melakukan test. Tapi belum sempat test itu dilakukan, ternyata dia M lagi. Padahal udah beberapa hari telat, dia sudah bersemangat untuk mengabarkan itu pada saya. Tapi karena telat 'datang' lagi, akhirnya sayya yang harus meyakinkan dia untuk lebih bersabar lagi.

Setelah suci, kita mencoba melakukan test lagi. Hasilnya negative. Kali ini saya harus lebih meneenangkan dia, karena sepertinya dianya sudah mulai putus asa dan menyalahkan diri sendiri karena kegagalan beberapa kali. Setiap malam harus memberikan semangat sebelum tidur agar tidak terlalu stress dengan hasil yang belum sesuai keinginan.

Setelah itu kita tidak berani lagi melalukan test kehamilan. Ada ketakutan tersendiri ketika membaca garisnya. Baru setelah menghitung hari 'keterlambatan', barulah kita berani melakukan test sekali lagi. Saya masih ingat banget bagiamana ekspresinya dia ketika memberitahukan garis yang terlihat dalam alat test kehamilan itu. 

Sekarang, memasuki bukan ke-3 kehamilannnya. Banyak hal yang harus dipersiapkan. Doakan kita ya.... semoga hal baik bersama calon bayi kita ini. :)


Thursday, March 31, 2016

Comeback


Lama tidak menengok blog ini, jadi gimana rasanya gitu. Gak tahu kenapa, jadi males mau nengok blog ini. Bingung harus nulis apa, banyak kejadian, tapi susah untuuk memulai berceritanya.  Waktu mungkin yang tak cukup untuk dibagi, seharian kerja, sampe rumah langsung tidur. Seperti itu terus kerjaannya. Jadinya gak sempat nulis dan nengok blog.

Nah, kemarin ada salah satu temen blogger nyindir di Instagram, setelah postingan yang terakhir kemarin, tentang cerita bahagia itu, lagu galau, saya sudah tak pernah nulis lagi. Sekali lagi, banyak kisah yang bisa diceritakan, tapi saya memilih untuk bungkam. Sekali lagi, sampai sekarang saya masih kesulittan dalam membagi waktu sejak hari bahagia itu. Alasan banget, kan? Yup!

Tapi mulai hari ini, sepertinya saya membulatkan tekad untuk mengisi blog ini dengan cerita- dan kisah lagi. Ntah apa yang nanti akan saya ceritakan, yang penting saya niatkan unttuk comeback dari hiatus yang berkepanjangan. 

Tapi gak janji juga sih.... perrlu pemanasan lagi kayaknya. Saking lamanya off, jadi susah untuk memulainya lagi. Btw, doakan aja ya....