Sebuah perjalanan tak terlupa menuju kota Jember untuk pertama kalinya. Kira-kira tiga tahun yang lalu aku berencana untuk mengunjungi kota ini, tapi selalu gagal karena selalu bentrok dengan jadwal tempatku bekerja yang tidak bisa ditinggalkan. Dan keinginanku untuk berkunjung ke Jember semakin menggebu ketika aku berkenalan dengan seseorang yang berasal dari kota itu. Tapi sekali lagi, gagal. Gagal jalan-jalannya, gagal juga hubungan percintaannya.
Kemudian takdir lain mempertemukanku dengan sebuah ikatan cinta yang lainnya. Aku berkenalan dengan seseorang, dia tinggal di Jember, kuliah di Universitas Jember lebih tepatnya. Tak
perlu kuuraikan bagaimana prosesnya, aku pernah ceritakan semua di blog ini, meski akhirnya semua postingan itu aku hapus lagi beberapa hari yang lalu.
Hampir dua bulan kami menjali cinta jarak jauh. Meski berjauhan, sesungguhnya perasaan dan cintaku lebih 'besar' jika dibandingkan dengan kisah cintaku yang paling menyakitkan pada tahun 2010 lalu. Hampir dua bulan kami menjalani ikatan emosi yang dinamakan cinta ini. Dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh, membuatku sering membayangkan andai aku bisa ke Jember untuk bersamanya.
Hampir dua bulan kami menjali cinta jarak jauh. Meski berjauhan, sesungguhnya perasaan dan cintaku lebih 'besar' jika dibandingkan dengan kisah cintaku yang paling menyakitkan pada tahun 2010 lalu. Hampir dua bulan kami menjalani ikatan emosi yang dinamakan cinta ini. Dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh, membuatku sering membayangkan andai aku bisa ke Jember untuk bersamanya.
Tapi takdir berbicara lain... hubunganku dengan dengannya hanya berumur jagung saja. Hubungan kami harus putus sebelum
aku sempat mengunjunginya ke Jember. Tak perlu kujelaskan juga prosesnya.
Rumit.
Sekian lama memendam keinginan, akhirnya
kesempatanku tiba juga. 6 Juli 2012, aku
berangkat ke Jember. Mungkin aku tak bisa lagi bermimpi bertemu seorang
kekasih di sebuah kota yang indah itu, memeluk tubuhnya dan mencium
bibirnya. Tapi aku tetap memutuskan kesana karena aku ingin tahu banyak tentang event di kota itu.
“Aku sekarang di Jember, bisa bertemu gak?”
SMSku saat aku tiba di kota Jember. Sebenarnya...
beberapa hari sebelum aku berangkat ke Jember, aku juga telah melayangkan
SMS padanya. Aku ingin bertemu. Karena dulu dia juga sudah berjanji,
akan mengajakku jalan-jalan di kota itu. Ingin mengajakku nonton acraa JFC. Tapi dia menolak untuk bertemu.
Aku tahu rumah kontrakannya. Aku sudah berada di depan rumah kontrakanya hanya sekedar ingin menemuinya. Tapi dia tetap menolak. Entahlah, saat aku berada di depan kontrakan itu dan mengabadikan rumah kontrakan itu dalam kameraku. Mungkin, dia
melihatku dari dalam sana. Entahlah. Yang pasti, rupanya dia sangat
enggan menemuiku meski hanya sekali saja. Aku tak tahu alasannya. Aku menunggu, berharap dia berubah pikiran dan mau bertemu denganku, tapi tetap asaja dia tak mau.
Yah, aku memang
tak berhak mengaturnya. Mungkin juga tak seharusnya aku berharap lagi
sekecil apapun, meski hanya sekedar untuk melepas rindu dan sejenak
bertemu.
Mungkin banyak orang yang berfikir, jalan-jalanku ke Jember adalah hal yang menyenangkan, tapi sesungguhnya itu adalah perjalanan paling menyesakkan. Keinginan untuk bertemu gagal, keinginan untuk melihat walau hanya sekali saja dalam seumur hidup pupus.
Aku pikir janjiku bahwa aku akan baik-baik saja, aku akan bisa menipu perasaanku, tapi nyatanya tidak. Aku kalah. Aku menyerah.
I'm afraid of hurting someone, but finally I'm the one hurted.
I'm dying. I'm leaving. and thanks for everything
This is my last of my blog posting.
I'm dying. I'm leaving. and thanks for everything
This is my last of my blog posting.