Dibilang marah, sebenarnya tidak. Dibilang tidak, tapi juga merasa tidak enak. Itulah suasana hati gw tadi malam. Masalahnya tidak serius sebenarnya, hanya tentang taut-tautan status yang ngetag sebuah nama dari seseorang yang sedang melakukan pendekatan. Tidak sebegitu dekat sebenarnya, hanya kami berjanji untuk menghapus kenangan masa lalu yang sebenarnya memang rada sulit dihilangkan, bersama. Iya, kami sama-sama mengalami patah hati akhir tahun lalu, dan awal tahun ini. Keinginan untuk move on yang dirasa memang sulit, tapi kalo dirasakan berdua, mudah-mudahan cerita move on ini cepat berlalu.
Masalahnya, saat kami mencoba saling menghibur diri, membangun sebuah chimestry, tiba-tiba muncul orang baru yang mempertanyakan chemistry hubungan kami berdua. Well, sebagaiman hubungan baru yang baru saja dimulai, ketidak adanya chemistry mungkin saja terlihat. Gw sadar, dia juga mengakui, kami memang sedang membangun sebuah chemistry di antara kami. Bukan gw mau marah, gw hanya mempertanyaan orang baru itu yang mempertanyaakn chemistry kami hanya berdasarkan pengalaman pribadinya. Aku tahu bagaimana hubungan dia, dia juga yang cerita sendiri, tapi apa hak dia mengadili hubungan yang baru dimulai ini? Demi kebaikan? ah, common... Setiap orang punya jalan sendiri-sendiri dalam menjalankan kehidupannya, hanya karena berdasarkan pengalaman pribadinya, pernah gagal, apakah dia berhak melakukan ini kepada kami?
Gw berterima kasih atas kebaikannya, berterima kasih atas nasehat awalnya. Tapi biarlah kami mencoba hubungan ini, kami hanya ingin melupakan masa lalu, menghapus kenangan masa kelam itu dengan cerita yang baru. Tidak ada salahnya kan kami mencoba? kalau ternyata kami gagal, paling tidak kami pernah mencoba. Karena kami sadar, jodoh, hidup, mati dan rizki memang rahasia Illahi. Kami hanya berusaha memulai kehidupan yang baru tanpa harus ingat bayang-bayang masa lalu.
Sekali lagi, terima kasih. Maaf jika postingan ini terlalu menyakitkan bagi yang merasa, tapi izinkanlah kami untuk mencoba.
Never Ending Chemistry
Bukan masalah jika hanya tentang titrasi
Bukan soal jika hanya mengukur laju reaksi
Bukan beban jika hanya mengurai ikatan hidroksi
Sebab hidup tak ingin habis terkorosi
Jika lakmus merah masih biru oleh basa
Tak ada kata revisi untuk setumpuk responsi
Karna oksigen masih tetap membara
Tak ada alasan untuk berkarya dengan kimia
Walau sebatas hitungan stoikiometri
Tak serumit oksidasi reduksi
Kimia memberi ruang untuk elektron hati
Bertransisi meletupkan energi dalam diri
Menjadi chemist yang tak pernah mati
(etik liswahyuningsih)