Friday, September 18, 2009

Blank !

Matahari bersinar terang. Bumi seperti terpanggang. Pohon-pohon pun layu karena kekeringan. Iklim telah berubah. Dulu, jika ramadhan seperti ini, kampung akan basah terguyur hujan. Genangan-genangan air akan terlihat di sepanjang jalan yang membelah desa. Ramadhan tahun lalu, genangan-genangan itu masih terlihat. Meskipun hanya di akhir-akhir ramadhan, itu sudah memberikan cukup kesejukan di antara panasnya ramadhan.

Tapi tahun ini? Tahun ini tidak ada hujan. Dari awal hingga menjelang akhir bulan ramadhan, hujan yang ditunggu tak juga datang. Hanya sebenar saja langit mendung, tapi lagi-lagi, mendung tak berarti hujan. Mendung hanya lewat saja di atas langit kampung. Lewat saja, tak pernah benar-benar mengirimkan hujan.

Jika sengatan matahari benar-benar terasa, dan ........


Blank !

Lagi-lagi Ardian mencoba menuliskan ceritanya, tetapi buntu. Dia tak mampu meneruskan tulisannya. Semua kosong, tak ada ide lagi yang bisa ditulisnya. Tak ada lagi cerita yang mampu diceritakannya. Blank! Kosong! Buntu! Tak ada jalan lagi, semua tertutupi.

Ardian bangkit dari duduknya, melangkah meninggalkan kamarnya, mencabut stop-kontak secara paksa dan mematikan komputer tidak dengan cara yang sebenarnya. Frustrasi. Ardian tak lagi bisa menulis cerita. Ide-idenya hilang, menguap entah ke mana.

Selesai mematikan komputer dengan paksa, dia kembali ke kamarnya, mengganti baju, mengambil dompet dan kunci, memakai helm dan menstarter motornya. Ardian butuh udara segar untuk merefress otaknya. Ardian butuh pengalaman baru untuk melanjutkan ceritanya.

*******



Thursday, September 17, 2009

Kesepian

Tak terasa, ramadhan bulan ini sudah memasuki hari yang ke-26. Seperti ramadhan-ramadhan sebelumnya, di akhir-akhir ramadhan seperti ini, hari-hari berjalan sangat lambat sekali. Meski aktivitas tidak terlalu banyak, tetapi hari-hari berjalan sangat melelahkan. Jangan-jangan karena tak ada aktivitas inilah yang membuat hari berjalan lambat.

Semakin mendekati hari idul fitri, aktivitas menulis pun jadi tak bergairah. Ada saja alasan yang membuat Ardian bermalas-malasan untuk duduk manis di depan komputer. Mencari ide, tapi semakin dicari semakin tak ketemu ide yang dibutuhkan. Akhirnya Ardian hanya melewatinya dengan membaca bacaan yang ringan-ringan.

Höney, bagi yang penasaran dengan dia, sekarang dia sudah kembali ke rumahnya. Pulang kampung untuk merayakan lebaran bersama keluarganya. Hanya tertinggal Ardian yang saat ini merasa kesepian. Padahal dia sedang membutuhkan perhatian dari honey yang selama ini dicintainya.

Höney, Ardian merasa kesepian sekarang.

Waktunya permalukan Si Perokok

Beberapa hari ini Ardian dibuat jengkel dengan seringnya error yang terjadi dengan komputer yang dipakainya. Dari bilik ke bilik sudah dicobanya, hasilnya tetap sama, akses internetnya ngadat dan mengancam tak mau diakses.

Sistem opera dicoba, Ardian tak mampu menuliskan kata-kata untuk menulis status terbaru pada kolom yang telah disediakan atau ingin membalas komentar. Maka jalan satu-satunya adalah dengan menulis di word dulu baru mengcopy -paste ke kolom yang telah disediakan. Hal ini benar-benar membuatnya tak sabaran untuk segera mengakhiri survingnya.

Mozilla, program yang biasa dipakainya, selama dua hari ini tidak bisa mengakses situs Facebooknya. Padahal situs inilah yang wajib dibuka Ardian untuk mempublis catatan hariannya. Fasilitas yang bisa diandalkan adalah Internet Explorer, yang mengharuskannya login berkali-kali untuk bisa mengakses Facebook, e-mail, dan blognya.

Di antara kejengkelan-kejengkelan itulah Ardian menemukan satu artikel yang membuatnya tertarik padanya, Waktunya Permalukan si Perokok. “ wow!” kata Ardian setelah membaca judulnya. ‘Tema yang cukup nendang,” pikirnya. Sebelum meneruskan membacanya, Ardian menuliskannya sebagai status terbarunya.

Tulisan itu menyebutkan, bahwa sampai saat ini, hampir semua perokok sudah tidak mempan lagi jika diingatkan dengan kata-kata saja. Meskipun dibungkus rokok sudah tertulis penyakit-penyakit akibat rokok, namun nyatanya jumlah perokok tiap tahunnya selalu meningkat. Berbagai cara sudah dilakukan oleh segala lapisan masyarakat untuk bisa menciptakan lingkungan yang bebas dari asap rokok, tapi sampai saat ini, rokok masih menjadi masalah yang belum bisa terpecahkan. Oleh sebab itu, tak salah kiranya jika ada sebuah usulan, jika ingin menghentikan perokok maka jalan satu-satunya adalah dengan cara mempermalukannya.

Dewasa ini, merokok memang sudah menjadi kebiasaan yang harus diperangi. Semakin maju suatu negara, maka penduduknya pun akan semakin peduli dengan kesehatannya. Pemerintah pun akan melakukan apa saja agar masyarakatnya sehat. Karena itulah, banyak negara-negara maju yang mulai mempersempit ruang publik bagi perokok aktif untuk sekedar menyalurkan hobi merokok mereka.

Di Indonesia sendiri, telah banyak cara untuk mencegah pertumbuhan kebiasaan merokok. Banyak peraturan-peraturan yang dibuat untuk membatasi ruang gerak perokok, tapi sampai saat ini, pertumbuhan setiap tahun malah semakin meningkat. Jumlah perokok aktif semakin banyak. Dan yang disayangkan adalah, perokok aktif itu sebagian besar adalah anak-anak atau remaja, yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.

Melihat pertumbuhan perokok aktif di Indonesia memang tidak lepas dari peran perusahaan rokok yang semakin hari memperlebar sayap jangkauannya. Iklan rokok gampang sekali ditemui. Setiap menitnya, ratusan iklan rokok mengudara dan menjaring mangsa barunya. Di jalan-jalan, iklan rokok dapat dengan mudah ditemui. Belum lagi, hampir semua acara-acara besar disponsori dan didanai oleh perusahaan rokok. Baik itu event olahraga, musik, film bahkan sinetron di Indonesia, perusahaan rokoklah yang paling banyak memberikan suntikan dana. Bagi perusahaan rokok, semakin dini anak-anak mengenal rokok, maka semakin panjang umur perusahaannya.

Melihat gejala yang memperhatinkan inilah, seyogyanya para orang tua dapat memberikan contoh baik kepada anak-anaknya. Jangan sampai anak-anak mereka terjerumus dalam lingkaran setan pecandu rokok. Sekali orang terjerumus dalam kebiasaan merokok, semakin sulit baginya untuk terlepas dari jeratan kebiasaan merokok.

Kampanye anti rokok sangat penting dilakukan, karena perokok pasif menghisap tar 3 kali lebih banyak dibanding perokok aktif, nikotin 3 kali lebih banyak, karbon monoksida 5 kali lebih banyak dan gas-gas berbahaya lainnya 50 kali lebih banyak. Perokok aktif hanya menghisap 25 persen asap rokok sementara 75 persen lainnya diberikan ke perokok pasif di sekitarnya. Dan perokok pasif menghisap 4.000 jenis bahan kimia saat terpapar asap rokok orang lain.

Tidak salah kiranya jika ingin menghentikan perokok maka jalan satu-satunya adalah dengan cara mempermalukannya. Dan Ardian sangat setuju sekali dengan usulan ini.



Father Wanna be

Liburan sekolah dimulai. Secara otomatis, kegiatan belajar mengajar terhenti sejak hari senin ini. Ramadhan yang tinggal menghitung hari dan lebaran idul fitri yang semakin mendekati hari, membuat aktivitasku yang padat semakin membuat kepalaku penat. Hari-hariku dikejar deadline yang telah aku buat sendiri untuk bulan Ramadhan ini.

Di tengah-tengah aktivitas yang semakin memadat, kucoba untuk meluangkan beberapa jam saja untuk mengendorkan urat syaraf dengan melihat acara TV. Meski aku tak begitu suka dengan acara yang dikemas dalam menyambut Ramadhan tahun ini, tapi hari senin ini, ada satu judul film yang tayang di salah satu stasiun TV swasta yang telah berhasil mencuri perhatianku. Satu film yang bercerita tentang keluarga yang mengadopsi seekor tikus menjadi bagian dari keluarga barunya.

Di tengah-tengah acara nontonku itu, entah mengapa, aku jadi berpikiran tentang peran ayah dalam keluarga. Pikiranku dipenuhi oleh angan-angan seandainya aku menjadi seorang ayah. Aku tak habis pikir, mengapa tiba-tiba saja aku berpikiran tentang itu. Padahal untuk masuk ke wilayah itu, bagiku itu masih sangat jauh sekali. Aku tak mau tergesa-gesa untuk melangkah ke arah sana. Tapi, untuk sekedar menambah pengetahuan, hitung-hitung untuk persiapan jika nanti menjadi seorang ayah. Aku telah mencari beberapa artikel yang berhubungan dengan peran seorang ayah dalam sebuah keluarga. Dan aku tertarik dengan salah satu artikel yang ditulis oleh Nakita/Santi.

Dalam tulisan yang dipublikasikan itu, mereka telah mengutip tulisan profesor psikologi yang merangkap direktur rumah sakit Ilmu Kedokteran Harvard, Steven Bolter dalam Daddy's Factor, "Melalui kehidupan dalam keluarga, seorang ayah bukan saja memengaruhi individualitas anaknya, tetapi juga memengaruhi kemampuannya bergaul dan bersikap dalam masyarakat."


Dalam buku tersebut Steven Bolter telah mengategorikan beberapa tipe ayah yang dapat memberi dampak utama pada putra-putrinya, di antaranya:

Tipe Ayah Bom Waktu
Ayah bertipe ini bersikap proteksionis atau seorang ayah yang menginginkan kesempurnaan dari anak-anaknya. Jika anak-anaknya gagal atau mendapat nilai jelek, si ayah tak segan memarahi atau menegur dengan keras. Segala sesuatu yang menyangkut si anak selalu dikaitkan dengan prestasi.

Dalam kesehariannya, obrolan si anak dengan ayah tipe ini pun tak pernah jauh-jauh dari urusan sekolah dan prestasi. Anak yang memiliki ayah bertipe bom waktu cenderung merasa kurang aman atau tidak mudah percaya pada orang lain. Terutama dalam pergaulan.

Tipe Ayah Acuh Tak Acuh
Ayah tipe ini cenderung cuek pada kebutuhan anak-anaknya, terutama pada kebutuhan psikis karena mereka merasa tanggung jawab utama seorang ayah adalah menjalankan peran sebagai breadwinner alias pencari nafkah. Ia enggan memantau perkembangan fisik, mental, dan emosi anak-anaknya karena menganggap istrinyalah yang bertanggung jawab dan memegang peranan penting dalam tugas ini.

Ayah yang acuh tak acuh juga memengaruhi perkembangan anak dalam arti ayah tipe ini kurang mengenalkan anaknya pada kesulitan dan tantangan yang mungkin banyak ditemui di luar rumah.

Tipe Ayah Pembimbing
Sejatinya, inilah tipe ayah yang penuh kehangatan dalam mendidik anaknya. Ia memiliki metode pendekatan dengan cara membimbing anak-anaknya agar mau belajar dan meningkatkan kualitas.

Ayah tipe ini juga selalu melek teknologi supaya dapat mengikuti zaman yang pada akhirnya dapat mendekatkan dirinya dengan anak-anak.

Selesai membaca artikel itu, tiba-tiba saja aku berpikiran untuk menanyakan kepada honeyku, apakah honeyku juga punya pikiran yang sama tentang hal ini? Apakah dia juga punya angan-angan yang sama dengan angan-angan yang aku pikirkan saat ini?

Jawaban pertanyaanku, baru bisa aku ketahui setelah dia membaca catatanku hari ini. Kalau dia membaca ini, semoga dia mau berbagi, apa yang dia pikirkan tentang ini.




Sepasang Merpati

Cinta adalah urusan hati. Manusia tidak punya kuasa di hadapannya. Hati berada di genggaman kedua tangan Tuhan yang dibolak-balik sesuai kehendak-Nya. Andai cinta bukan mutiara berharga, tidak akan mungkin para Nabi diutus sesuai zamannya. (Ibnu majah: 1847)


*******

Matahari mulai merayap ke barat, beberapa ekor burung terbang dan berputar-putar di sekitar taman. Terus berputar dan lalu-lalang kemudian menghilang kembali ke sarang. Penjual di taman pun mulai menata barang dagangannya. Memamerkan barang dagangannya kepada para pengunjung yang ingin menikmati keindahan senja di taman kota. Di sebelah barat taman, jalan raya pun mulai dipenuhi oleh lalu-lalang pengendara. Sepeda motor dan mobil saling menyalip pengendara lainnya. Sesekali, bunyi klakson terdengar memekakkan telinga ketika becak menerobos jalan tanpa memberikan tanda. Hiruk pikuk itu semakin lengkap oleh suara kaset orang mengaji yang mulai terdengar dari masjid di seberang jalan. Melantunkan ayat-ayat Tuhan yang menandakan waktu magrib segera datang.

Sore itu, aku sengaja mengajaknya jalan-jalan di taman itu sambil menunggu mobil jemputan kami. Membeli dua minuman rasa nanas di dekat pintu masuk taman untuk kita berdua. Menikmati segarnya minuman sambil keliling taman. Melintasi pedagang yang mulai sibuk dengan para pembelinya sambil terus berbicara, membicarakan kabar yang sedang beredar di sekolahan tentang kita dan anak-anak yang ikut lomba.

Kami berhenti di selatan patung yang terletak di tengah-tengah taman. Duduk di bantaran pembatas patung pahlawan yang sengaja dibangun untuk tempat duduk pengunjung taman. Berbicara apa saja sambil mengenalkan diri kita masing-masing. Sesekali tertawa jika ternyata ada satu kisah yang kita anggap lucu, bertanya hobby dan kesukaan, hal paling di benci dan binatang kesukaan.

Dia menyukai kucing. Binatang berbulu lembut yang terkadang memang terlihat menggemaskan. Aku tak heran dengan binatang kesukaannya itu, setiap harinya pun dia memang bersama binatang lucu itu. Gambar dalam ponselnya pun dipenuhi gambar binatang itu. Bahkan, wallpaper ponselnya pun bergambar kucing.

Kemudian kita berpindah obrolan tentang binatang yang paling dibenci. Kita sama-sama membenci binatang melata yang bernama ular. Ketika kita membicarakan ular tersebut, tiba-tiba dari arah timur muncul laki-laki tua sedang mengalungkan ular di leher dan badannya.

“Ular.....!” pekiknya. Spontan kami berdiri dengan pandangan masih menatap pada ular yang dibawa pak tua itu. Aku mengajaknya pindah dari tempat duduk kami. Ketakutanku dengan ular memang sangat berlebihan. Melihat binatang itu dari jauh pun sudah membuatku ingin lari saja. Dalam pelarianku bersama dia, perbincangan mengenai ular tak bisa berhenti. Kami menjelaskan alasan kami masing-masing tentang kebencian kami pada binatang itu. Sebab-sebab mengapa kami membenci binatang itu.


********

Merpati jantan terbang menukik ke angkasa. Sayapnya mengepak kuat menyangga tubuhnya agar tetap seimbang ketika terbang. Sekejap kemudian, berubah haluan meluncur dari angkasa untuk segera sampai ke dalam sangkarnya menemui sang betina yang selalu setia menantinya. Kebahagiaan sepasang merpati karena bisa bertemu kembali menular pada seorang laki-laki yang sekarang sedang memperhatikan mereka. Laki-laki bernama Ardian itu memandangi sepasang merpati itu lekat-lekat. Sekilas dia ingat dengan sebuah ungkapan yang telah membuatnya jatuh hati pada sang merpati. Merpati tak pernah ingkar janji. Begitu ungkapan yang sering ardian lontarkan ketika memandangi sepasang merpati yang ada di depan rumahnya.

Kau tahu, apakah maksud ungkapan itu?

Merpati jantan yang sudah terlanjur cinta pada pasangan, merpati betina, dia tidak akan berpaling kepada betina lainnya meski betina itu berada di dekatnya. Semua merpati selalu kembali ke pasangannya. Kesetiaan itulah yang membuatnya meluangkan waktu sejenak untuk melihat pada pasangan merpati itu setiap sorenya.

Laki-laki itu terus memandangi merpati itu saling bercengkerama. Sesekali saling mendekatkan paruhnya pada pasangannya. Laki-laki itu tersenyum. Dia ingat pesan yang siang tadi diterimanya. Mengeluarkan ponsel dalam sakunya dan membaca ulang sms dalam ponselnya. Dia sudah berulang kali membaca sms itu sejak dia menerimanya tepat pada pukul 10.42 pagi tadi. Ada perasaan bahagia seusai dia membacanya. Perasaan bahagia yang hanya bisa dirasakan oleh Ardian.

"Dr awal aq uda bilang...nak2 ahir2 ni aneh,mrk menjodohkan aq ma aziz..mrk bilang aq akan nkah ma dy abz lebaran...brulang kali aq ty, dgr dr mn? Mrk sll jawb, g dgr dr sp2.. cuman pantes aja..
AQ MA DY G DA PA2,key?
Oy dikalangan gr pun lg rame aq py gebetan br... capek g sh... : ( tp biarin..biar mrk berkreasi dg anganx masing2... aq jelasin jg percuma...
So, smiling’s going on... : ) "



Butuh Penjelasan

Selama masih hidup di tengah karunia Allah, selama Anda masih bernaung di belantara milik Allah, hanya dua hal yang harus Anda kerjakan : Tenteramkan akal jiwamu dan terbanglah bebas di udara. (Kahlil Gibran)

Aku kehilangan gairah untuk menuliskan kata pembuka dalam catatanku hari ini. Aku hanya akan menyerahkan apa pendapat pembaca semua, yang setia membaca ceritaku dalam setiap episodenya. Aku benar-benar tak tahu harus memulai ceritaku dari mana. Semuanya tampak gelap, tak bercahaya. Bahkan, untuk memperkenalkan namaku Ardian pun aku tak ada keinginan. Hingga akhirnya, aku hanya bisa mengutip kata-kata dari sang legenda.

Ada apa dengan diriku saat ini? Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, mengapa aku merasakan perasaan ini. Awalnya, semua tampak indah di pelupuk mata. Seluruhnya tampak indah memesona. Hingga akhirnya, sore kemarin, telingaku mendengar berita yang aku belum tahu kebenarannya, tapi telah membuatku menderita.

“Terkadang, sendiri memang lebih berarti. Tak ada yang kan menyakitimu.”

Aku harap, ketika honeyku selesai membaca catatanku ini, dia akan memberikan penjelasan, agar aku tak mati penasaran. Jika dia turut membaca, aku ingin dia menulis pesan padaku, agar aku tidak ragu.

Aku butuh penjelasan.


*******


Langit sudah berubah gelap ketika Ardian menghampiri para pengurus organisasi kesiswaan yang sedang bergerombol di depan masjid. Mereka sedang mengumpulkan bekas kotak makanan dan gelas minuman untuk dijual. Yang uangnya, rencananya untuk pemasukan kas organisasi mereka yang saat ini sedang tak ada uang.

Awalnya, Ardian hanya ingin mengambil gambar kebersamaan mereka. Mengabadikan kekompakan mereka. Setelah bercengkerama cukup lama dengan mereka, akhirnya ardian pun turut serta dalam kesibukan mereka. Menata dan mengumpulkan kotak bekas makanan dan gelas minuman untuk mereka.

Guyonan-guyonan khas mereka pun mulai bermunculan. Curhat mereka tentang hutang organisasi pada bendahara sekolah pun terlontar. Inilah yang menjadi alasan, mengapa mereka mau mengumpulkan kotak-kotak dan gelas-gelas bekas itu. Uang hasil penjualan barang bekas itu akan dibayarkan untuk melunasi hutang bendahara. Padahal, menurut cerita mereka, organisasi sebelumnyalah yang meminjam uang itu, tapi kepengurusan mereka yang harus menanggungnya.

Beberapa saat kemudian, setelah semua terbereskan, para organisasi putri mulai meninggalkan pelataran masjid. Mereka mulai bersiap-siap untuk sholat tarawih yang beberapa saat lagi akan ditunaikan. Dan, ketika mereka mulai beranjak pergi itulah, pertanyaan-pertanyaan dari anggota putra telah membuatnya tak lagi ada keinginan untuk berkata-kata.

“Pak, denger-denger mau nikah ya?“Pertanyaan entah yang ke berapa dilontarkan kepada Ardian. Pertanyaan yang sama dari orang yang berbeda. Dan ardian akan menjawab dengan jawaban yang sama, “Katanya siapa...... kakakku saja belum menikah. Kenapa saya harus menikah?”

“Masa nikah saja nunggu kakaknya, pak?” lagi-lagi pertanyaan balik yang sama. Ke tidak mauan ardia menikah di usia muda, mendahului kakakku dipertanyakan oleh mereka. Mereka tidak percaya, Ardian, guru gaul mereka, masih percaya larangan-larangan yang sudah lama ditinggalkan.

“Kami diajarkan seperti itu oleh ibuku. Lagian, buat apa menikah di usia muda? Saya masih suka bersenang-senang kenapa harus hidup terkekang?” tantang Ardian balik. Dia mulai gerah dengan pertanyaan itu. Selalu dan selalu, alasan tidak gaul dijadikan bantahan.

Ketika mereka gagal untuk mengorek cerita ardian, topik pun berubah. Mereka mulai membicarakan Bu Ardiani sebagai bahan pembicaraan. Pembicaraan ini pun menjadi lebih menggairahkan. Karena Ardian juga penasaran, berita apa saja yang terdengar ketika dia tak ada. Sedangkan mereka, tak sadar jika Ardian mengarahkan pembicaraan mereka untuk memasuki area ini.

“Pak, denger-denger Bu Ardiani mau menikah ya?” tanya salah satu dari mereka.

“Dengan siapa?” tanya Ardian tak percaya.

“Dengan..... “jawab salah seorang dari mereka, tapi tidak meneruskan kata-katanya. Dia memandangi teman-temannya satu persatu, secara bergantian, minta persetujuan. Setelah tak ada komentar dari teman-temannya, dia melanjutkan, “Dengan Pak Aziz, Pak.”

Dug!

Seperti ada tangan tak terlihat yang begitu kuat meninju perut Ardian. Tubuhnya kini bergetar menahan sakit yang tiba-tiba menyerang. Pandangan pun mulai berkunang-kunang. Sungguh, kejadian yang tak ada hubungannya dengan pembicaraan mereka.

“Kalian dengar dari siapa?” tanya Ardian. Dia mengucek kedua matanya agar tak berkunang-kunang.

“Ada deh..... jaringan kita im3, kok. Sinyal kuat tak terbatas.” Jawab salah satu dari mereka yang juga diiyakan oleh yang lainnya. “Banyak berita yang beredar, pak. Kita tak pernah ketinggalan berita. Nara sumber pasti ada......”

“Nggak mungkinlah..... Dia saja pernah menolak, kok.” Jawab Ardian menguatkan dirinya agar tetap bisa bertahan. Pembicaraan ini telah membuat kepercayaan pada honeynya mulai berjatuhan satu demi satu.

“Yeee....., cemburu ya......” seloroh salah satu dari mereka. Ardian pun tak ingin mereka tahu, dia berusaha untuk tetap tidak terjadi apa-apa dengan dirinya, “Yeee..., ngapain cemburu.......” Balasnya. Masih dalam usaha untuk tidak memperlihatkan perubahan perasaan dari pembicaraan mereka, Ardian pun bertanya, “Kalian tahu dari siapa?”

“Ainun,” jawab mereka hampir bersamaan. “Waktu minta tanda tangan surat pernyataan, katanya bu ardiani juga mau menikah. Dalam waktu dekat ini.”

“Ha...ha...ha... ada-ada saja, kalian!” jawab Ardian sambil menahan sakit di dadanya.

“Kalau di kelas, Pak Aziz sering diolok-oloki sama anak-anak putri, menjodoh-jodohkan mereka.” Ucap salah satu dari mereka yang bertubuh hitam.

“Ha...ha...ha... yang benar saja. Masa pernah ditolak, sekarang malah diterima. Nggak mungkin.” Ardian masih berusaha untuk mengumpulkan kekuatan agar tetap bisa berdiri bersama mereka.

“Atau dengan Pak Ari?” tebak mereka lagi.

“Ha...ha...ha.. Dia Nggak level.”

“Buih, githu i?” jawab mereka tak percaya.

“Memang bener. Dia saja pernah menolak orang yang nglamar tingginya segitu, masa sekarang dia menerima pak Ari. Nggak level......” tubuhnya kini meradang.

“Lalu dengan siapa, pak?” tanya mereka lagi. Masih ingin tahu tentang kabar yang berhasil mereka dengar.

Dan setelah itu, tak terdengar lagi kata-kata mereka. Seperti ada yang dengan sengaja mengecilkan volume suaranya. Bukan-bukan, mereka masih betanya, mulut mereka masih terbuka seperti mengucapkan kalimat tanya, hanya pendengaran ardian saja yang sekarang sedang mengalami gangguan. Suara-suara mereka kini tak terdengar.

Tak hanya suara saja yang mulai tak terdengar. Tubuh mereka juga mulai memudar. Lamat-lamat, tubuh mereka mulai kabur tak berbayang. Semuanya berputar, terpendar. Orang-orang tertawa tapi ardian tak tahu dan tak mendengar.

Dia menengadah ke langit malam. Langit hitam tak berwarna. Seperti mnggambarkan suasana hati seorang laki-laki bernama ardian yang tengah termakan cemburu dan berputus asa. Tatapannya kosong, pikirannya melayang jauh entah ke mana. Hatinya begitu kelam. Derita hidup karena hidup tanpa cinta, kepercayaan dan kesetiaan telah membuatnya menderita untuk ke sekian kalinya.

Tak ada air mata yang menggenang di pelupuk mata. Tapi batinnya menangis karena harus kehilangan orang yang dicintainya, tanpa disadarinya. Dia telah menyakiti hatinya.

Daun-daun berguguran di atas tanah. Motor Ardian mulai menerobos malam. Meninggalkan keramaian.




So Close

Dalam beberapa hari ini hubungan kami sudah mulai tak ada variasi. Berjalan biasa seakan tak berwarna. Aku takut, kalau hubungan ini seperti ini terus, hubungan ini akan sampai pada stasiun pemberhentiannya. Nah, karena tidak ingin mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, aku mencoba variasi baru dengan mulai mengiriminya sms-sms yang bernada rindu.

Sms.......
Sms........
Ada syapa disitu?
Dsini ada orang ya rindu padamu.
Jika rindu padaku.... sms balik dong...


Aku membaca sms itu berulang-ulang sebelum jempolku menekan tombol “send” kepada honeyku. menimang-nimang, sudah mewakili hatiku belum smsku itu. Setelah beberapa saat dan yakin dengan sms itu, akhirnya aku kirim sms itu ke nomornya. Harapanku, dia segera membalas pesanku.

“Semenit..... dua menit....... tiga menit...... empat menit...... lima menit......” Aku tersenyum sendiri ketika harus menghitung menit demi menit putaran jarum jam dalam kamarku. Kalau tahu honeyku tak segera membalas pesanku, barangkali aku tak akan terburu-buru mengiriminya pesan rindu.

Sambil ngtg kancing bju
Kangen,g,kangen,g,kangen,g,kangen,g,
Aduh enggak tuh...gmn?


Setelah beberapa menit berlalu, aku menunggu, dia membalas pesanku seperti itu. Kecewa? Tidak juga, hanya sedikit bertanya-tanya, benarkah dia tak merindukan aku? Akhirnya kucoba membesarkan hatiku, barangkali dia hanya ingin menggodaku. Siapa tahu, kan?

Salam MANIS beserta MADU.
Salam SAYANG beserta I LOVE U
Salam RINDU beserta I MISS U.
Salam INGATAN kuingin tahu,.... HOW ARE U?


Aku membalasnya lagi dengan pesan lainnya. Pesan yang ini lebih menjurus pada perasaanku padanya. Dan harapanku pun sama besarnya dengan pesan yang pertama, berharap dia segera membalas pesanku, agar aku segera tahu, apa responsnya setelah membaca pesanku.

Lagi-lagi aku harus menghitung detak jarum jam kamarku. Dimulai dari hitungan lima menit, ”Lima menit...... sepuluh menit...... lima belas menit...... dua puluh menit...... “ dan akhirnya, aku pun tertidur menunggu pesan balik darinya. Sungguh, menunggu memang aktivitas paling menyiksa. Melelahkan, malahan. Menghitung detak jarum jam. Menghitung berapa cicak yang ada di dinding kamar. Membolak-balik bantal agar terasa nyaman. Mengecek sinyal ponsel berkali-kali, apakah ada gangguan dengan jaringannya. Menghitung berapa banyak gigitan nyamuk betina di badan. Merem-melek, merem-melek hingga aku tertidur sungguhan karena kelamaan. Begitu sadar, terbangun saat matahari mulai tinggi, pesannya sudah berada di kotak pesanku menunggu jawaban dariku.

Ehem......lg dpt bonusan ta?q’ ngromantis trus.....
Ngromantis pa gombal ya?he”
I’m fine u?


*********

Tok...tok....tok....

Ada yang mengetuk pintu ruang komputer di dekat dapur. Aku yang berada di dalam, sedang mengerjakan tugas mendesign kalender dan brosur untuk tahun ajaran baru sedikit terganggu. Dengan bermalas-malasan aku pun membuka pintunya.

“Hah..... kok di sini?” sapanya mengagetkanku. Aku tak kalah terkejutnya, tak menyangka kita akan bertemu di ruangan itu. Bukan di ruangan. Hanya aku yang di ruangan, sedangkan dia berada di luar, di lorong yang menuju ke kamar.

“Tumben datang malam-malam?” tanyanya lagi. Aku yang masih belum percaya karena bisa bertemu dia lagi hanya tersenyum saja mendengar pertanyaannya. Jantungku masih berdebar-debar tak karuan.

“Sedang gapaian?” /dia bertanya lagi.

“Kalender,” jawabku singkat. Dia mengangguk pelan tanda paham.

“Ada kunci ruang lab?” tanyanya menanyakan kunci ruang lab komputer. Aku meraih kunci yang tergantung di salah satu tembok sisi selatan dan menyerahkan padanya. “Bukan yang ini. Yang ada gantungan kartu asnya.” Dia menyerahkan kembali kunci yang salah itu padaku. Aku mengganti dengan kunci yang dimaksud dan menyerahkan padanya.

Setelah menyerahkan kunci, kita terlibat sedikit perbincangan yang sedikit rahasia. Aku mengecek keluar ruangan untuk memastikan, apakah ada orang lain yang mengetahui pertemuan kita. Karena pada saat itu, orang yang di dalam ruangan, yang sedang tidur mulai membuka mata dan mencoba mencuri-dengar pembicaraan kita. Aku memberinya isyarat, bahwa ada orang yang sedang mendengar pembicaraan kita pada waktu itu. Akhirnya dia kembali meninggalkan aku di ruangan itu.

Beberapa saat setelah dia berlalu, aku mengecek status facebookku. Ku akui, beberapa bulan ini aku memang kecanduan untuk memperbarui status facebookku. Ketika akan menulis status terbaru, aku melihat, dia telah memperbarui status terbarunya.

“HE is so close.... don't u feel it ??????

Dari status terbarunya, aku pun sedikit bertanya-tanya, aku kah itu, yang di maksud dalam status terbarunya?





Dia bertanya

Beberapa hari ini aku berada di Surabaya. Salah satu temanku yang kuliah S2 sedang ujian tesisnya. Kami berkenalan ketika sedang belajar di pare beberapa tahun yang lalu. Meskipun kita satu angkatan di kampus, kami tak saling mengenal sebelumnya. Berkat temannya, akhirnya kita saling kenal. Sejak saat itu aku akrab dengan dia. Panggil saja dia Arina. Perempuan dewasa dari kota Jombang.

Beberapa bulan terakhir kita terlihat akrab sekali karena suatu sebab. Ada sedikit masalah, yang hanya aku saja yang tahu karena akulah teman curhat satu-satunya yang dia punya.

Dan kemarin, dia sedang ujian tesisnya. Aku datang secara khusus ke Surabaya untuk memberi dukungan kepada dia. Agar ujiannya berhasil.

********

“Dmn skrg?” satu sms berhasil menembus inboxku. Satu pesan dari seseorang yang telah menungguku kini menanyakan keberadaanku. Segera kubalas smesnya dengan memberitahukan keberadaanku, “Utara bank BTN. Km dmn?”

“Blok M. Ksinio...” setelah membaca pesannya, bergegas ku menuju tempat yang ditunjuknya, Blok M. Blok yang terletak di utara gedung syariah, blok yang hanya berjarak tak seberapa jauh dari kantor cabang bank BTN tempatku berdiri sekarang.

Dari depan gedung rektorat aku melihatnya. Duduk di bawah pohon rindang, menghadap ke arah barat sambil mendekap tasnya. “Hai.....” sapanya setelah melihat kedatanganku. “Gimana kabarnya, Rek? Tambah ganteng aja sekarang. He..he..he..he...” kemudian kami berjabat tangan. Setelah itu pembicaraan pun mengalir tak terbendung lagi. Dia selalu bertanya duluan, aku hanya menjawab dan terkadang ganti bertanya kepadanya.

“Dasar buaya darat!! Laki-laki kurang ajar!” umpatnya kemudian. Aku tak tahu dari mana awalnya, tiba-tiba saja pembicaraan kami merembet ke arah hubungan cintanya dan hubungan cintaku. Meski pun dia berusaha mengorek tentang kisah cintaku, tetap saja, rahasia cintaku tetap tersimpan rapi dalam ingatanku. Tak seorang pun yang bisa mengetahuinya selain diriku dan pembaca blogku. Tapi dia,

Hanya sekali tanya saja aku bertanya, dia sudah menceritakan semuanya. Berawal dari perkenalan dia dengan salah satu teman kuliahnya, perkenalan itu semakin akrab. “Aku mengenalnya lewat temanku. Dia menyukai temenku. Teman kuliahku. Karena ndak mendapat respons, akhirnya dia mencoba dengan cara mendekatiku. Dia berharap, setelah mendekatinya dia bisa lebih dekat dengan cewek yang diincarnya.” Kenangnya.

“Sejak itulah, dia mulai dekat denganku. Dia mulai sering datang ke kosku. Lebih dekat denganku. Hingga timbulah benih-benih cinta antara aku dengan dirinya.”

Dia membuka tasnya, mengeluarkan buah apel dan menawarkan padaku, “Mau?” aku tersenyum mendengar tawarannya yang mengingatkanku pada sebuah iklan yang bulan lalu akan mendatangkan MU ke Indonesia, tapi gagal. Serangan teroris mengacaukan segalanya. Bom bunuh diri yang dilakukan oleh teroris itu telah menghancurkan harapan rakyat Indonesia yang ingin melihat langsung pertandingan Indonesia- Mu.

“Mau ndak?” dia menaraiku lagi. Aku meraih apel yang ditawarkan kemudian menggigitnya, “Thanks ya.”

“Trus, gimana lanjutannya?” tanyaku

Kampus mulai ramai. Mahasiswa hilir mudik melewati kami berdua. Dan kami pun terus bercerita tanpa menghiraukan orang-orang di sekeliling kita.

*************

Jujur aku katakan, sebenarnya tidak ada tulisan hari ini. Aku terlalu sibuk dengan tugas mendesing kalender milik sekolahanku. Tak ada waktu untuk duduk-duduk dan menuliskan sesuatu di depan komputerku. Aku hanya sibuk menjalankan tugas dari atasanku. Tetapi, satu hal yang membuatku berganti fikiran dengan keputusanku.

Honeyku menanyakan catatanku hari ini. Menunggu kelanjutan kisahku yang selalu menyapanya setiap harinya. Berawal dari komentar honeyku di statusnya pagi ini, aku pun memulai melanjutkan untuk menuliskan lagi pengalamanku pada hari kedua puluh Ramadhan ini.

Bagi yang belum tahu siapa namaku, perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan. Dan honeyku, Ardiani Putri Ramadhani. Dan ini adalah perkenalan yang selalu aku ulang-ulang agar semua tahu, kami sedang dalam hubungan.

Status kami berpacaran..

Tak lagi berwarna

Ketika jalinan asmara tak lagi berwarna, dan cenderung tanpa warna, kita akan berusaha mencari solusinya. Berbagai cara ditempuh untuk mengembalikan keadaan seperti semula, di mana semuanya terasa indah dan penuh makna.

Dari sekian banyak pasangan yang bermasalah, aku termasuk salah satunya. Tak dapat dipungkiri, kini kami lebih sering saling diam daripada saling mengisi. Hubungan pun terancam membosankan. Terlebih, saat ini aku lebih banyak menghindar daripada mencari solusinya.

Aku tahu, setiap permasalahan pasti memiliki jalan keluar. Dan inilah yang sedang aku lakukan, mencari-cari artikel yang sesuai dengan keadaanku sekarang yang tengah berada dalam keadaan hubungan yang membosankan.

Dari beberapa artikel yang berhasil aku dapatkan, aku temukan beberapa tips yang layak untuk dicoba. Dan tips-tips ini seakan memberi solusi agar hubungan yang kini sedang dalam fase membosankan dapat berubah menjadi terasa indah dan penuh makna.

Pertama, menyantap es krim berdua.

Yang ini layak dicoba. Menikmati kebersamaan dengan menyantap berbagai varian es krim istimewa dengan adegan saling menyuapi patut Anda kemas menjadi momen yang indah, karena tentu akan memberikan kebahagiaan tersendiri bagi pasangan. Niscaya ketegangan dan rasa bosan yang melanda akan segera hilang. Tips ini akan aku coba bicarakan bersama honeyku, semoga saja dia mau menerima tawaranku.

Kedua, berangkat ke kelas berdua.

Melakukan kegiatan bersama sang kekasih akan selalu menambahkan nilai plus dalam hubungan. Cara ini patut aku coba. Anda pun juga. Sedikit mengerlingan mata dengan nakal bisa membuat momen ini kian terasa lebih menyenangkan. Tapi hati-hati, jangan sampai keterlaluan.

Ketiga, ubah penampilan

Memberikan penyegaran dalam hubungan juga bisa dilakukan dengan mengubah penampilan. Dijamin kekasih hati akan terpana dan semakin senang menatap Anda. Jangan heran bila si dia akan segera menggandeng Anda dengan mesra saat bepergian bersama.

Aku pun sudah merubah penampilanku saat ini. Kalau dia tahu, aku sudah banyak berubah saat ini. Andai saja dia tahu perubahan yang telah aku lakukan. Niscaya dia akan terpana.


Keempat, kurangi frekuensi pertemuan

Jadwal bertemu setiap hari memang kerap membuat pasangan tak lagi memendam rasa rindu. Konon, hal ini bisa membuat hubungan terasa hambar dan semakin membosankan.

Untuk itu, jika Anda dan pasangan ingin seperti dulu dan memendam rasa rindu, maka Anda berdua harus mengurangi frekuensi pertemuan selama beberapa hari. Niscaya, dengan cara ini akan membuat benih-benih rindu semakin kuat.

Bahkan, saat bertemu dengannya, Anda dapat memberikan hadiah istimewa berupa setangkai mawar merah agar suasana semakin bertambah romantis.

Kelima, panggilan sayang

Ada banyak cara menjadikan hubungan lebih berwarna. Jika selama ini Anda selalu memangil pasangan dengan menyebutkan namanya, mengapa tidak memangilnya dengan panggilan sayang? Konon, panggilan sayang bisa menjadikan hubungan Anda berdua terasa lebih berwarna.



Stop berfikir negatif

Lanjutan kisah ini seakan mulai berganti arah. Mulai dari kisah percintaan antara aku dan honey, kini akan lebih berubah ke kehidupan pribadi. Tidak ada masalah, hanya ingin sedikit berbenah. Barangkali, ini memang waktu yang diberikan untuk melihat kembali hubungan di antara kami. Saatnya intropeksi.

Bagi yang belum tahu, perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan. Mahasiswa semester awal yang sedang menjalin hubungan dengan Ardiani Putri Ramadhani, aku memanggilnya honey.

Ini adalah catatan perjalanan cinta kami.

*******

Beberapa hari ini aku mencoba melihat profil beserta status-status yang pernah aku pasang di facebookku. Tak ketinggalan membaca komentar-komentar yang ada di catatanku. Setelah membaca beberapa, aku merasa ada yang aneh dengan komentar-komentarku. Dari sekian banyak komentar. Beberapa diantaranya barangkali menjadi boomerang bagiku.

Kemudian, aku mencoba untuk melihat komentar-komentar dalam status teman-temanku. Dari sekian banyak komentar dalam status friendlistku, tetap saja, komentarku yang terlihat paling sadis dibanding yang lainnya. Terlepas apakah mereka terima atau tidak, sepertinya komentar-komentarku akan terus berlanjut seperti itu.

Melihat gelagat teman-temanku yang sekarang jarang mengomentari status atau catatanku, sepertinya satu-persatu mereka akan mulai menjauhiku. Terlalu! Apakah mereka mengira, komentar-komentar itu nyata? Sebenarnya, kalau mereka ingin tahu, itu hanya caraku untuk bercanda-canda dengan mereka. Kapan lagi aku bisa menyapa mereka kalau bukan lewat facebook?

Merasa aneh saja, jika mereka suka bercanda, suka bersuka-suka, ketika membaca komentarku, kok segalanya merasa gerah, ya.... Padahal, itu juga bagian dari gayaku untuk bersuka-suka di dunia maya.

Bercanda. Hanya bercanda. Itu saja. Tapi mereka salah mengartikan semua.


Ah, mungkin aku terlalu berfikiran negatif dengan perubahan sikap mereka. Karena aku sadar, dari data survie yang sudah dipublikasikan, kebanyakan dari kita cenderung lebih mudah melihat atau berpikir dari sisi negatif. Buktinya, aku sering menyebutkan hal-hal negatif terlebih dahulu saat menilai diri sendiri dan orang lain. Dan daftar hal – hal yang negatif juga terlihat lebih panjang daripada yang positif.

Hal ini membuktikan bahwa, berpikir negatif tampaknya menjadi bagian dari kehidupan kita sebagai manusia yang tidak sempurna.

Ada kalanya pikiran negatif membuat kita tetap waspada dan berjaga jaga, curiga. Meski kecurigaan tersebut dapat membantu waspada dan berjaga – jaga, tetapi kita perlu membatasi pikiran negatifnya.

Artinya adalah boleh saja ia waspada, tetapi berhenti mencurigai tanpa bukti yang kuat atau alasan yang jelas. Jangan biarkan pikiran negatif meracuni diri dan membuat sahabat-sahabat dan kita bertengkar bahkan sampai akhirnya tak saling menyapa.

Lantas, bagaimana agar kita tidak menyerah pada pikiran negatif ? bagaimana kita harus membatasi pikiran negatif?

Dari artikel yang pernah saya baca, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghilangkan pikiran negatif dari kepala kita, antara lain:

Pertama, batasi pikiran negatif dengan berpikir rasional. Ketika pikiran negatif muncul, kita harus melatih diri kita untuk berpikir rasional, berpikir dengan jernih, menimbang dan mencoba mencari bukti atau penjelasan. Pada kasus sahabat yang mencurigai sahabat lainnya, sebagai sahabat sebaiknya kita tidak langsung menyerang, tetapi mengevaluasi keadaan tersebut, benarkan sahabat kita marah kepada kita? Apa yang mungkin mendorong atau melatar belakangi hal tersebut?

Kedua, sadari bahwa banyak hal di dunia ini memiliki sisi positif dan negatif, ada kelebihan dan ada kekurangan. Penyadaran tentang dua sisi ini dapat membantu agar tidak berat sebelah. Tidak terlalu memuji atau mengagungkan sesuatu, dan tidak terlalu merendahkan atau meremehkan sesuatu.

Menyadari kedua sisi secara utuh juga dapat mempersiapkan kita memutuskan dengan bijak dan menerima risiko. Pada kasus sahabat yang mencurigai sahabatnya, kita dapat menyarankan untuk membatasi pikiran negatifnya dengan menyadarkan bahwa bukan hanya sahabatnya yang negatif (dalam hal ini mungkin dendam), tetapi ia juga memiliki sisi negatif yang mungkin dapat membuat sahabatnya bertambah dendam.

Ketiga, berpikirlah positif. Berpikir positif berarti menggunakan cara pandang yang positif. Apa yang dapat kita pelajari dari suatu kejadian? Hikmah apa yang bisa kita ambil dari pengalaman kita? Dengan berpikir positif, kita tidak lagi terpaku pada kekuatiran, kesedihan, kedukaan atau bahkan kehancuran yang kita alami. Tetapi kita dapat melihat hal – hal yang lebih berarti, yaitu pelajaran hidup yang dapat mengembangkan atau mengubah kehidupan kita.

Pada kasus kita tadi, jika kita dapat berpikir positif, maka kita justru dapat membenahi dirinya, sehingga membuat sahabat kita tambah sayang dan batal mendendam. Atau jika benar sabahatnya sedang marah, maka dengan berpikir positif, kita dapat lebih tegar dan bersikap bijak menghadapi mereka.

Siapapun Anda, kapan dan di manapun Anda berada, ketika pikiran negatif mulai muncul, bersiaplah membatasinya.

STOP pikiran negatif!!!


Tuesday, September 1, 2009

Bad Day

ari kesembilan Ramadhan ini mulai sepi. Masjid di kampung kami makin banyak yang ditinggalkan. Awalnya satu shof paling belakang yang hilang, tiap hari berkurang hingga sekarang, sudah lima shof berkurang di barisan paling belakang.

Ternyata tidak hanya Sholat Terawih saja, puasa pun sudah mulai banyak yang meninggalkan. Ramadhan ini kampung kami memang panas. Tidak hanya panas, tapi juga gerah.

Perubahan iklim yang sering diberitakan media massa akhir-akhir ini memang sedang terjadi. Pemanasan global akibat efek rumah kaca pun tidak dapat dihindari. Pemanasan terjadi hampir terjadi di seluruh negeri. Tidak hanya Indonesia, tapi juga dunia.

Kota kami, kota kecil di salah satu propinsi di Jawa Timur pun mengalami. Perubahan iklim el-nino atau apa pun namanya itu, kini benar-benar melanda negeriku. Program penghijauan yang beberapa lalu diadakan Bupati, kini juga sepertinya sudah hilang gaungnya. Setelah perhelatan acara dan pemberian hadiah kepada pembuat taman terindah selesai, program penghijauan pun selesai. Taman-taman itu sudah terlihat layu dan tak terurus lagi.

Karena Ramadhan yang panas tahun ini, tak jarang, status yang sering aku temui di facebook teman-temanku adalah kalimat-kalimat mengeluh dan mengaduh. Panas, haus, lapar. Aku jadi ingin tersenyum melihat status teman-temanku itu. Bagaimana tidak lucu, namanya puasa, dari dulu juga panas. Namanya puasa, pasti juga haus. Namanya puasa, semua juga merasakan lapar. Namanya juga puasa......

Puasa berarti harus menahan lapar dan dahaga, mulai terbitnya matahari hingga terbenamnya sang surya. Tapi, bukan manusia namanya kalau tidak pernah mengeluh. Karena hanya malaikat saja, makhluk ciptaan Tuhan yang dicipta tunduk patuh kepada Tuhannya. Sedangkan manusia, selain dikaruniai akal pikiran, manusia juga dikaruniai nafsu. Nafsu dan akal pikiran inilah yang membuat manusia selalu seperti itu.

*******

"Honey,nak2 g diikutin lmb pnlsan brita....? "

"Pngn sih,wktu lomba mading dl dah kpikiran. Honey kok pnter skli ngingetin aq. Dpt bisikan dr sp?honey ajukan nama2 psrtx, ntr cb aq bntu. "

"Dpt bisikn dr koran...yaw wez ntr biar diumumin...abz tu yg ikt lmb honey ksh pengarahan. Gmn?deal? "

"Ada btesan brp psrtanya?kl g ada btsn, krm sbyk2x. Kls 4, 5 byk ya pntr nulis. Km sbutin nmx dl ya.. "

"G dbtsi, SMP-SMA...wes jlsx bc rdar...biaya pengiriman dr mrk ja za?oy jurnalistik jum’at dpn... "

"Oke,bsk pg gw mo bc,simpan dl ya... "

********

“Uangnya sudah diterima?” Tanya pria yang dipanggil kepala kepada bawahannya.

“Sudah, Pak.” Jawab perempuan berbaju biru kepada atasannya itu.

“Anak-anak sudah terima semuanya?” Tanyanya lagi.

“e...nggak tahu, Pak. Bukan saya yang membagikan.”

Ada perubahan mimik yang sangat cepat pada diri sang kepala. Jika sebelumnya terlihat biasa, kini tubuhnya lebih tegak dan terlihat marah.

“Ini gimana tho,! Tahun lalu saya sudah dituduh sebagai pencuri, sekarang kamu mau jadikan aku sebagai tertuduh lagi?”

“Tapi memang saya tidak tahu, Pak.” Perempuan itu mencoba membela diri.

“Sudah, sekarang siapa yang menerima uangnya?” Tanyanya sedikit menurunkan nada amarahnya.

“Saya, Pak.”

“Kalau begitu mengapa tidak tahu?!” Intonasinya naik lagi.

“Tapi memang saya bukan yang membagikan uang itu.” Masih mencoba membela diri.

“Kalau bukan kamu, lalu siapa?” Ada sedikit nada menuduh di sini.

“Bu Nanik, Pak.” Jawab perempuan itu memberitahukan siapa yang sebenarnya menyalurkan dana.

“Kata bu Nanik bagaimana? sudah dibagikan atau belum?”

“Tidak tahu, Pak.” Jawabnya dengan menundukkan kepala.

“Tidak tahu lagi. Sebenarnya kamu ini kerjanya apa sih? saya nggak tahu, bukan saya, saya nggak tahu. Panggil bu Nanik!” Marah lagi.

Perempuan itu keluar dari kantor sang kepala, memanggil rekan kerjanya.

Setelah beberapa saat, perempuan itu kembali bersama rekan perempuannya. Mereka duduk di hadapan sang kepala.

“Laporan dana bantuan ini mana? Sudah tersalurkan semua?”

“Belum, Pak” Jawab perempuan yang dipanggil bu Nanik itu

“Kalian ini bagaimana? kalian mau mempermalukan aku?” Lagi-lagi sang kepala marah.

“Sudah. Segera berikan uang itu pada mereka. Ini hak penuh mereka, biarkan mereka yang menggunakan dan mengaturnya.”

“Tapi, Pak. Kalau dana ini langsung diberikan kepada anak-anak, takutnya malah digunakan untuk jajan dan tidak disampaikan kepada walinya. Kalau biasanya, setiap wali datang dan melakukan pembayaran, kita memberitahukan dana ini kepada mereka, “ini ada bantuan dari pemerintah.” ” jawab bu Nanik memberikan alasan. Sang atasan hanya diam.

******

Honey, maaf tidak bisa membantu.

Tulisku dalam status terbaru. Di hadapanku saat itu, honey sedang disidang oleh pimpinan karena belum melaporkan dana bantuan pemerintah. Ingin membantu, tapi percuma. Sang kepala tak akan mau menerima suaraku, karena aku memang tak terdaftar di bawah kekuasaannya. Ingin diam, tapi honeyku sedang dalam posisi diintimidasi sang kepala.

Aku tidak menyalahkan sang kepala, karena dia pernah dituduh pernah menggelapkan dana gara-gara tak tahu menahu soal laporannya. Tapi aku juga tidak bisa tinggal diam saja melihat honeyku dimarahi oleh dia. Bagaimana mungkin honeyku melaporkan ke dia, kalau dia jarang masuk kantornya. Bagaimana mau melaporkan kalau dia saja lebih sering masuk di kantor dia yang lainnya. Kantor kami selalu kosong oleh dia. Dia tak akan masuk kantor kami, kalau kami tidak menghubungi, “Ada tamu di sini.”

Honey, maaf ya kalau tidak bisa membantu.

********

"Cuit cuiiit...pa’guru lg ngajar nh...serius amat "

"Ikt dengerin ah..byr tmbh pinter.. :-p"

"Mau bljr bareng?aq ksh pljrn privat deh... lbh deket,lbh baik.gmn? eh, dah bc crit qt hr ini? "

"Yee ....mwx... :-> aq lom bc ... ntar ta’ comment tunggu ajah.... "

**********

Honey ingin belajar privat bareng aku. Gimana ya......

Lagi-lagi aku memperbaharui statusku. Sms-smsnya masih saja ingin menggodaku. Meskipun aku tahu, perasaanmu sedang tak enak saat itu. Aku tak bisa membayangkan, apa yang honey lakukan setelah dimarahi atasan. Nangis, marah, atau malah tak membekas?

Tapi satu yang aku tahu, honey dan aku mempunyai satu sifat yang sama, yakni sifat SMS. Kependekan dari Senang Melihat orang S usah. Kita sama-sama suka menggoda. Honey suka menggodaku, aku suka menggoda honeyku.

*********

Perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan. Mahasiswa semester awal. Ini adalah catatan kesembilan dalam Ramadhanku bersama Ardiani Putri Ramadhan, honeyku.

Hari kesembilan ini adalah bad day bagi honeyku. Karena itu, aku ingin merubah statusku, karena aku mau dia tahu, aku peduli pada honeyku.

Menangislah di bahuku, honey, jika memang kau merasa ringan setelah itu....




Malu-Malu

Aku bangga dilahirkan di negara Indonesia. Aku bangga menjadi bangsa Indonesia. Aku bangga atas negara yang selalu dipuja oleh bangsa-bangsa lainnya. Tak terhitung banyaknya pujian atas negeriku, tongkat dan batu jadi tanaman, negeri yang kaya akan macam-macam tumbuh-tumbuhan. Negeri pemilik hutan terbesar ketiga di dunia. Kalau tidak percaya, kau sebut nama tanaman dan hewan apa saja, Indonesia pasti punya.

Karena itulah, tidak heran kiranya, jika ada tetangga yang selalu mengaku-ngakui kebudayaan kita menjadi kebudayaan dia. Sebagai warga Indonesia, sepatutnya kita turut prihatin atas bangsa yang seperti itu. Kasihanilah tetangga kita yang sedang mengalami krisis identitas bangsanya.

Sebagai anak bangsa yang bangga menjadi bangsa Indonesia, tentunya kita merasa panas, merasa marah, sakit hati jika harga diri kita dihina oleh negara lain. Tapi, sebagai bangsa yang berpendidikan dan berjiwa besar. Kita dikaruniai akal pikiran, kita bisa berpikir jernih untuk mempertimbangkan semua masalah dengan kepala dingin.

Tidak ada kiranya suatu bangsa yang secara amat ‘bodoh’ dan serendah itu menjelek-jelekkan bangsa lain, terlebih lagi memplesetkan lagu kebangsaan yang artinya, mereka menantang perang secara terbuka kepada bangsa kita.

Sungguh aneh rasanya kalau mereka selama ini mengaku sebagai bangsa yang terpelajar tapi dalam tindakannya malah menunjukkan dirinya tak berpendidikan. Hanya bangsa yang amat ‘bodoh’ dan rendahlah yang memplesetkan lagu kebangsaan bangsa lain.

Kita punya harga diri dan rasa memiliki sebagai anak bangsa. Semua pasti panas, pasti marah, pasti sakit hati....


*********

Hi, Perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan. Mahasiswa semester awal yang menjalin hubungan dengan guru bernama Ardiani Putri Ramadhani. Aku memanggilnya honey.

Tahukah Anda, mengapa wanita diciptakan dari tulang rusuk seorang pria. Bukan dari kepala untuk dipuja. Bukan dari kaki untuk diijak-injak. Tapi dia di cipta dari bagian samping agar sama. Tak jauh dari lengan supaya dilindungi. Dan tak jauh dari hati supaya dicintai.

Dan aku benar-benar mencintai honey.

********

“Hai” tulisnya pada salah satu pesan singkat yang dikirimnya ke nomorku. Lagi-lagi aku tertawa gili. Dia merindukanku. Dia selalu ingin aku mengajaknya ngobrol atau ngomong apa saja bersamanya.

Aku tak membalas pesannya. Hanya memperbarui status facebookku, “honeyku mengirim pesan singkat padaku, “Hai” “ dari status terbaruku it,u mungkin dia bisa melihat statusku. Sebenarnya aku juga rindu pada honeyku.

*******

Dunia tersenyum indah pagi ini. Menurut perkiraanku, Sabtu ini masih akan ada upacara bendera aktivitas rutin di sekolahan tempat aku mengajar setiap Sabtu - Minggunya. Sampai di sekolahan, ternyata tak ada barisan murid-murid mengikuti upacara bendara. Setelah masuk kelas, akhirnya aku tahu, selama Ramadhan ini upacara bendera ditiadakan.

“Hai” sapaku pada honey saat kami bertemu pada pergantian jam pelajaran. Saat itu aku baru selesai dengan jam pertamaku dan hendak masuk di kelas 1 a, jam kedua. Dia membalas salamku dengan malu-malu.

Beda rasanya jika kita bertatap muka dengan hanya smesan saja. Selama ini kita hanya berhubungan melalui sms, ketika benar-benar bertatap muka, kita malah merasa kikuk karena masih sembunyi-sembunyi dari rekan kerja dan anak-anak yang selama ini senang banget melihat kita bersama.

“Barangnya honey bawa saja, ya...” kataku ketika kami berjalan bersama menuju ruang berikutnya.

“Kenapa?” tanyanya.

“Tahu sendirikan, sekarang saya jarang sekali berada di sini lagi. Honey bawa ke tukang servis saja, barangkali bisa.”

Dia mengangguk setuju. Aku memintanya untuk menunggu sebentar, aku akan mengambil barang yang aku maksud di ruang guru.

Masuk dalam ruangan, sekilas aku melihat mereka, guru-guru yang lain, sedang ngobrol-ngobrol ringan, aku hanya melewati saja, aku sedang tak ingin ngobrol dengan mereka. Tujuanku adalah mengambil barang kemudian menyerahkannya pada honey agar aku tak ada pikiran lagi dengan barang itu.

“Honey, simpan ya...” kataku sambil menyerahkan barang itu. “udah, masukin saku saja,” Tambahku ketika dia masih saja memerhatikan barang itu dengan seksama. Dia tersenyum dan akhirnya memasukan barang itu ke dalam sakunya.

Bertepatan dengan itu, beberapa murid dari helas honey, yang kebetulan melihat kami sedang berjalan bersama, meneriaki kami dari kejauhan.

“Puasa, Pak. Puasa......” teriak salah satu dari mereka. Setelah itu, kepala murid-murid itu mulai menyembul dari balik pintu dan cendela memerhatikan kami bersama.

“Udah, honey duluan saja,” kata dia kemudian setelah murid-murid itu melihat semua ke arah kami. Aku tersenyum geli melihat dia tersipu. Pipinya merona merah.

Akhirnya aku mempercepat langkahku, meninggalkan dia di belakang dan masuk ke dalam ruanganku. Sebenarnya ruang kelas kita bersebelahan, tidak salah jika kita berjalan bersama menuju ruangan yang bersebelahan. Tapi, karena di sekolah kami ada peraturan murid dilarang pacaran, otomatis, kita juga menghindari gunjingan-gunjingan dari murid-murid sendiri atau dari rekan kerja kami yang kebetulan sering melihat kami.

****************
Dalam setiap kelas yang aku masuki, sebisa mungkin aku menyelipkan sebuah tips agar mereka bisa menjalankan puasa ini dengan lancar.

Ada sebuah tips yang aku dapat dari salah satu teman di milistku. Dia menuliskan, agar puasa tidak terasa haus di siang hari, menjelang berakhir makan sahur, dia menyarankan untuk minum dan berkumur dengan air hangat. Selain menghindarkan kita dari bau mulut, ternyata saran itu juga sangat baik sekali untuk mereka yang sedang melakukan diet, tepat sekali bagi mereka yang tidak mau merasa kegemukan.

Tak lupa, aku menyelipkan kabar terbaru hubungan Indonesia – Malaysia, yang hubungannya kembali memanas akhir-akhir ini. Dimulai dari penayangan tari pendet dalam sebuah iklan di saluran tv berbayar, kini Indonesia juga dilecehkan dengan diplesetkannya lagu kebangsaannya, Indonesia raya.

Ternyata mereka senang sekali ketika aku cerita itu, mereka juga merasa panas ketika mendengar lagu Kebangsaannya dilecehkan. Ternyata tidak hanya masyarakat dewasa yang ikut panas dengan pelecehan Indonesia raya, anak-anak pun merasa marah melihat lagu kebangsaannya dilecehkan negara tetangga yang memang doyan ‘klaim-mengklaim’ budaya itu.

“Tidak perlu panas. Mereka sudah meminta maaf tentang penayangan tari pendet itu. Yang membuat bukan mereka, tapi discovery channelnya. Untuk lagu kebangsaan Indonesia, sekarang sedang diusut siapa yang menulis dan melecehkannya. Dan satu hal yang harus kalian tahu, ternyata, lagu kebangsaan mereka, lagu itu pernah populer di Indonesia dengan judul terang bulan. Hanya lirik yang diubah oleh mereka, lagunya sama. Dan kesimpulannya adalah........”

**********

Hari kedelapan Ramadhan 2009 ini, dia mau-malu. Tidak hanya bagi honeyku, tapi demikian juga aku. Tapi bagi tetanggaku, hari kedelapan Ramadhan ini, mereka telah ‘malu-maluin’ bangsa mereka sendiri dengan tindakannya, melecehkan lagu Indonesia Raya.





Ingin Berbagi

Sebelum aku mulai, izinkanku memberitahukan bahwa pertemuan kami, aku dan honey, dibatalkan. Rencana untuk koordinasi panitia kegiatan pers dan jurnalistik, batal. Sebenarnya percuma saja mereka mengundangku untuk ikut dalam kepanitiaan itu. Aku tak bisa datang ketika acara itu di laksanakan.

Perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan. Mahasiswa semester awal yang sedang menjalin hubungan dengan gadis bernama Ardiani Putri Ramadhani. Ini adalah catatan tentang kami. Catatan yang ditulis dengan tujuan tak hilang ditelan sejarah.

Hari ketujuh Ramadhan, apa yang sudah Anda lakukan?

Kalau aku, pada hari ketujuh aku lewatkan di kota Surabaya. Main ke rumah teman lama dan juga bertemu dengan teman-teman baru. Oh ya, aku di Surabaya sejak hari keenam Ramadhan, honeyku pun tahu. Waktu berbuka, aku sudah berada di Surabaya. Terawih dan sahur pun juga di sana. Karena alasan inilah aku tidak bisa datang jika ada undangan pertemuan.

*******

“Dia menghubungi lagi, ndak?” tanya kakakku setibanya aku di tokonya. Aku menggeleng, menjelaskan dengan tanda, memang dia tidak menghubungiku lagi.

“Kamu menghubunginya?” desaknya lagi, masih penasaran dengan si dia. Lagi-lagi aku menggelengkan kepala.

“Sekarang jangan lagi menghubungi dia. Jangan lagi pernah ke sana. Biar dia merasa.” Aku mencoba untuk memahami pertanyaan dan perkataan kakakku. Tapi gagal. Tak satu pun petunjuk yang dapat menjelaskan pertanyaan kakakku.

Setibanya di rumah, baru aku tahu, siapa yang dimaksud kakakku. Pertanyaan-pertanyaan kakakku diulang ibu. Apakah dia menghubungiku lagi, apakah aku menghubungi dia lagi, dan juga menjelaskan panjang lebar, mengapa kami akan berhenti merengek-rengek lagi di depannya.

“Yang seharusnya malu adalah dia, bukan kita. Kalau kita masih sering ke sana, dia akan bangga. Dia akan mengira, kita masih membutuhkannya. Kita harus buktikan padanya, tanpa dia kita bisa.”

*******

Sudah beberapa kali aku membaca artikel ini melalui layar komputerku. Membacanya berulang-ulang. Meresapi, menghayati, dan memahami kata demi kata penjelasan dari penulisnya. Setelah memahami, menghubungkan dengan realita yang ada. Samakah isi artikel itu dengan kenyataan yang kami alami?

Kalau Anda pernah membaca cerita pada catatanku pada hari keenam Ramadhan 2009, Anda akan sedikit tahu tentang artikel itu. Baiklah, aku akan berbagi hari ini.

Pernah berkencan dengan kawan wanita? Jika Anda pernah jalan bersama dengan wanita atau orang yang dekat dengan Anda, Anda akan tahu, ada perasaan tertarikkah dia denga Anda? Kalau ingin tahu, apakah dia berkesan terhadapmu atau tidak, Anda bisa melihatnya dari tiga hal berikut. Tindakan-tindakan berikut ini adalah cara wanita menunjukkan cara cintanya.

Pertama, Dia akan berpenampilan cantik di hadapan Anda

Kawan-kawan semua, wanita memiliki banyak cara untuk memberitahukan perasaan tertariknya kepada kaum Adam. Tentunya ketika si dia mulai tertusuk panah asmara Anda. Dia akan mengirimkan sinyal rasa cintanya berupa tampil cantik ketika bertemu Anda. Percayakah Anda?

Dia akan berdandan sempurna di hadapan Anda. Aroma tubuh wangi dan menyegarkan bisa menjadi tanda, dia ingin tampil sempurna di hadapan Anda. Bahkan, bila selama dekat dengan Anda, dia selalu menatap kedua bola mata Anda. Itu sudah bisa menjadi pertanda, dia mulai jatuh hati dengan Anda.

Kedua, berbagi kisah tentang hidupnya

Pernah bercerita dengan si dia? Saat Bertukar pengalaman kisah hidup Anda, coba perhatikan bagaimana responsnya, lihat dan perhatikan, perhatian apa yang dia tunjukkan ketika Anda bercerita. Kalau dia terlihat menikmati setiap untaian kalimat yang Anda utarakan. Ketika dia mau mendengarkan kisah Anda itu, ini satu pertanda, ada respons baik sedang terjadi.

Terlebih lagi bila dia juga mau berbagi kisah seputar kehidupan pribadinya. Ini juga sebuah tanda bahwa dia sedikit berharap kepada Anda. Ehm... ehm.....

Ketiga, dia mengingat segala tentang Anda dengan sangat detail

Tanpa Anda sadari, si dia mulai menghafal biodata Anda. Bahkan dia juga mengetahui hobi, makanan favorit, sampai beragam kisah Anda di waktu lalu. Ini bukti, dia memperhatikan setiap untaian kata yang keluar dari anda.

Untaian-untaian kata yang keluar dari Anda, semua itu disimpan di dalam memori terdalamnya dan dihafal di luar kepala. Sampai-sampai ketika Anda mengobrol dengannya, dia begitu tertarik membahas segala hal yang berkaitan dengan Anda.

Apakah tiga poin itu cocok dengan yang ditunjukkan si dia? Jika iya, itu tandanya dia memang benar-benar telah jatuh hati kepada Anda. Aku ucapkan selamat ya.....

Percayakah anda, honeyku pun pernah menunjukkan ketiga poin itu padaku? Kalau tidak percaya, Aku akan menceritakannya lain waktu.

********

Hari ketujuh ini, aku mencoba berbagi. Melakukan apa saja untuk melupakan pengkhianatan yang dilakukan oleh seseorang yang tak ingin aku sebutkan dalam catatanku ini.

“Tetap tersenyum. Hadapi semua dengan senyuman. Tak ada yang lebih indah selain tetap melakukan hal yang terbaik. Tersenyumlah, dan duniamu akan menjadi lebih baik.”


Jangan menyerah!

Masalah demi masalah datang bertubi-tubi. Satu masalah belum selesai, datang masalah lain menghampiri. Dia datang tanpa diundang, yang sebelumnya sangat percaya diri, kini berubah lunglai.

Hidup adalah permainan dan tempat kita hidup di dunia ini adalah tempat permainannya. Hidup adalah keterlemparan, dan dunia adalah tempat bagi kita untuk dilemparkan. Sebagaimana dilemparkannya nabi Adam di dunia ini. Kadang kita dipuji kadang dihina. Dipuji karena prestasi, dihina karena kemiskinan.

Tapi begitulah hidup, kadang di atas, kadang di bawah. Hanya tergantung pada manusia yang menjalankan. Apakah dia akan menerima atas semua penderitaan demi penderitaan. Ataukah mensyukuri setiap anugerah yang telah diterimanya dan berupaya dengan segenap tenaga untuk bangkit dari keterpurukan.

Kata kuncinya adalah : Jangan Menyerah!

Yap. Hanya dengan kata itu kita bisa bangkit. Jangan menyerah! Jangan pernah ada pikiran untuk menyerah.

*********

Perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan. Mahasiswa semester awal yang sedang menjalin hubungan dengan perempuan bernama Ardiani Putri Ramadhani. Ini adalah catatan keenamku selama Ramadhan ini. Catatan perjalanan hidup yang mungkin semua orang lain tak mengalami.

Bagi yang sering mengikuti status facebookku, ada kata-kata yang sering aku tulis berulang-ulang, bagi yang peduli pasti penasaran, bagi yang tidak peduli, dia hanya membaca kemudian membiarkannya tanpa tanggapan.

Kata-kata apakah itu? Bila ada yang tanya seperti itu, sepertinya aku harus memberitahu. Statusku itu hanya aku tulis jika aku benar-benar dalam keterpurukan. Adakah yang pernah tahu, aku sering menulis kalimat di bawah ini?

“HIDUP INI INDAH. HIDUP INI INDAH. HIDUP INI INDAH. HIDUP INI INDAH.”


**********

Pemuda itu terbangun dari tidur ayamnya. Sentuhan dari tangan kasar ayahnya telah membangunkan dan membuatnya terjaga. Pemuda itu bangkit dan duduk di samping ayahnya yang sedang membawa beberapa lembar kertas di tangannya. Tak ada Kata-kata yang keluar di antara mereka. Hanya nafas-nafas yang dihela berlahan, berat dan menyesakkan dada.

Sesaat kemudian, pemilik suara berat mulai berbicara, memberi pengertian dan mencoba menenangkan suasana. Kata-kata bijak mengalir berlahan, wejangan yang cukup lama, berhenti ketika deru motor mati di perkarangan rumahnya. Dua orang itu saling berpandangan, mencoba menerka-nerka siapa. Bangkit bersama dan melihat dari celah cendela kaca.

Bukan lagi. Orang yang ditunggu telah ingkar lagi.

Pemuda balik lagi ke kamarnya. Masih tetap berharap dan menunggu kehadiran orang itu. Tapi gagal. Hingga batas waktu yang ditentukan, orang itu tak jua datang. Benar-benar tidak datang.

Pemuda itu terduduk dengan raut muka masam. Kertas-kertas yang ditinggalkan bapaknya kini menjadi permainannya. Mengubahnya menjadi perahu kecil, kapal terbang atau pun katak yang bisa meloncat. Pemuda itu tersenyum, kemudian matanya mulai berkaca-kaca lagi.

“Hidup ini indah. Hidup ini indah. Hidup ini indah.”

Pemuda itu terus mengulang kata-kata itu, tidak hanya dalam ucapan tapi juga dalam hatinya. Ditatapnya layar komputer yang menampilkan layar screen savernya. Mana menatap layar, tapi pikiran entah lari ke mana. Melayang-layang pergi menjauh dari jasadnya.

Beberapa hari ini, bila diperhatikan, pemuda ini lebih sering mengurung diri dalam kamarnya. Masalah demi masalah yang datang tak terpecahkan membuatnya tak nafsu makan. Dia menoleh ke arah pintu, sang ibu sudah berdiri di sana memperhatikannya.

Kini ganti sang ibu yang menghampiri. Kali ini dengan cerita-cerita masa lalunya, keluarga dan juga saudara-saudaranya. Intinya masih sama, memompa semangat sang anak ketika tiba-tiba angan-angan itu dihancurkan oleh orang yang dulu dianggapnya sebagai dewa.

“Tidak usah saling menyalahkan. Sekarang semua kita pikul bersama. Tidak perlu merengek-rengek lagi di hadapannya. Kalau dia masih punya hati, dia akan datang ke kita.”

“Hidup harus terus berjalan dengan atau tanpa bantuannya.”


*******

“ow.... yaw wez gpp..  thanks zo.. eh, qt jd pembg bareng lg di acr pers n jurnalistik... jumat depan.” Honey mencoba menghiburku di tengah-tengah kepanikanku. Kita akan bersama dalam acara yang hampir sama dengan beberapa waktu lalu. Menyenangkan sepertinya. Tapi sayangnya, aku sudah kehilangan gairah untuk kembali ke tempat itu. Sudah tak ada rasa untuk kembali melangkah bersama dengan mereka. Sekali rasa ini tersakiti, semua kan berubah menjadi benci. Acha bilang seperti itu dalam lyriknya. Honey, seandainya kau tahu, aku malas sekali bila harus bertemu dengan mereka.

Percayakah Anda, bahwa kami saling mencintai? Bila Anda masih meragukan hubungan kami, sepertinya Anda harus mulai mempercayainya sejak hari ini.

Tahukah Anda, apa tandanya jika wanita itu jatuh cinta? Kalau Anda belum tahu, aku akan mencoba membeberkan salah satu tandanya.

Jika seorang wanita sedang jatuh cinta, dia akan dengan senang hati berbagi cerita kepada Anda. Saat Anda berbagi kisah hidup, dia terlihat menikmati setiap untaian kalimat yang Anda utarakan. Dia akan mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut anda. Ketika dia mau mendengarkan kisah Anda itu pertanda dia merespons Anda.

lebih bagus lagi apabila dia juga mau berbagi kisah seputar kehidupan pribadinya. Ini juga merupakan sebuah tanda bahwa dia sedikit berharap kepada Anda agar bisa menghiasi hari-harinya.

Percayakan Anda, bahwa kita pernah melakukan itu? Aku menceritakan masalahku, dan dia mendengarnya dengan seksama. Ketika selesai ceritaku, dia juga menceritakan masalahnya. Kita pernah melakukannya. Aku dan honeyku.

‘ntar malam kmpl panitia... jum’at dpn acrne.... oy fbq kmren g msuk hape mungkin pas daftar g ta’confirmasi dl. Crx gmn bwt konfirmasi?” Smsnya kembali bertanya. Dia masih berusaha untuk mengajakku.

Dia sudah tahu masalah akun facebooknya yang tak terdeteksi. Syukurlah. Kini aku jadi bisa sering tahu, apa yang sering dipikirkannya. Kalau pangkal masalah sudah ditemukan, tinggal solusi yang dapat diberikan. Aku akan mencoba menerangkan, “buka email dl, ntr di email ada surt dr fb. Kemudian km klik link yg dikirim fb, jd deh...” Demikian isi balasanku dari pertanyaannya. Singkat, padat dan tepercaya. Mirip slogan berita di TV, ya? Mudah-mudahan dia bisa memahami isi smsku.

Setelah sms itu, dia mulai tanya-tanya yang lainnya. Bagaimana meng-up load foto yang yang aku tag menjadi foto dalam albumnya. Bercerita tentang request teman-teman waktu SMA, rekan kerja dan juga mulai menuliskan komentar dalam catatan-catatanku yang sederhana.

Diam-diam aku mulai sering melihat statusnya. Melihat aktivitasnya. Melihat teman-temannya. Bahkan, aku mulai suka mencoleknya.
Hemm...... kalau mengenai aktivitas terakhirku, itu memang hobby terbrauku ketika login dalam akun flu. Kulihat, kini beberapa teman sudah berhasil ditambahkan. Beberapa teman ada juga dalam friendlistku. Meskipun begitu, dia tetap berpesan, cukup satu foto saja yang berhasil diketahui teman-temannya. Yang lainnya jangan sampai menyebar lagi, “garai rame...he’’... “

******

Sebelum aku tutup catatan hari keenam Ramadhan 2009ku ini, aku ingin sedikit menyapa kabar Indonesia yang terus dirundung masalah dengan negara tetangga. Hubungan dua negara yang terus mengalami pasang surut. Kadang akrab, kadang berdebat. Kadang bersahabat dan terkadang saling menghujat.

Indonesia. Kami bangga menjadi bangsa yang berbudaya. Kasihanilah tetangga kita, yang hanya bisa mengklaim kebudayaan orang lain menjadi budaya mereka.

Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Kan ku puja sepanjang masa.

Untuk mengakhiri catatanku hari keenam ini, Aku ingin sekali bernyanyi untuk menghibur diri. Kalau Anda hafal lagunya, mari bernyanyi bersama.

Tak ada manusia yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali segala yang telah terjadi
Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini tak ada artinya lagi

Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik

Tak ada manusia yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali segala yang telah terjadi

Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan hal yang terbaik

Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar dan tak kebal putus asa.

Jangan menyerah
Jangan menyerah
Jangan menyerah
Jangan menyerah



Puasa hari keenam ini, satu yang harus diingat. Jangan menyerah!


Sehat

"Berpuasalah maka kamu akan sehat"



**********

Sepi. Itulah kesan pertama yang terlihat ketika aku datang ke tempat itu. Meskipun ini bukanlah kedatangan pertamaku, tapi aku masih merasa gugup sekali ketika memasuki pelatarannya. Aku berdiri cukup lama di pelataran, memerhatikan sekitar dan membaca suasana. Seperti kedatanganku sebelumnya.

Bangunan itu masih sama seperti ketika aku datang ke sini setahun yang lalu. Bangunan besar, berteras besar menghadap ke arah matahari terbit. Cat tembok dengan warna yang sama. Hanya satu perubahan yang langsung membuatku tertuju dengan perubahan itu. Bangunan dekat pintu gerbang itu, setahun lalu aku tidak menemukannya di sana. Dulu, itu adalah bangunan untuk penjaga, seseorang yang akan memeriksa siapa saja yang akan masuk dan bertanya, “Ada keperluan apa?”

Setelah memperlambat parkirku dan bertanya pada salah satu juru parkir, aku mulai menuju ke arah bangunan baru itu. Tak ada tulisan “Dorong” atau “pull” pada pintu itu, aku hanya melakukannya berdasarkan pengalamanku saja. Aku mendorong berlahan pintu kaca itu. Begitu pintu tersibak, aroma karbol langsung menyeruak. Menusuk hidungku, menonjok perutku. Aku masih membenci aroma ini.

Pandanganku menyapu ruangan. Ruangan demi ruangan, kamar demi kamar yang berada dalam ruangan itu. Dari ujung barat hingga ujung timur dan.... “Ada perlu apa, mas?” Tanya salah satu petugas dari ambang pintu kamar di ujung ruangan, penasaran.

Aku sedikit membungkukkan badanku memasang muka manis di hadapannya. Pikiranku masih sama, ‘Aroma karbol ini benar-benar membuatku mual’. Aku mendekat. Dia masuk ke ruangannya. Aku mengikutinya.

Setelah mempersilahkan duduk, dia mulai bertanya maksud kedatanganku. Setelah tahu, dia mulai mengambil catatan dan mulai membrondongku dengan beberapa pertanyaan. “Nama.....? Umur....? Alamat....? “ tanya penjaga itu padaku tanpa jeda. Tangan kanannya terus menulis setiap jawaban tanpa menoleh ke arahku.

“Tinggi badan....? berat badan......?” aku diam, cukup lama. Aku tak tahu harus menjawab apa. “nggak tahu?” tanya penjaga itu seraya menoleh padaku. Aku menggeleng pelan dan senyum mengambang. ‘Dari pada diam’ dalihku membenarkan tindakanku.

Dia mengangguk dan membalas senyumku, “Baiklah, ditimbang dulu.... sekalian diukur juga tinggi badannya....”

Bangkit dari kursi, melangkah ke arah kiri tiga langkah dan berkata, “Mari...” Kata dia mempersilahkan padaku untuk ditimbang dan diukur tinggi badanku.

Aku mengikuti ajakannya, melepas alas kakiku dan naik di atas timbangan plus pengukur tinggi badan.

Dia kembali ke kursinya. Menulis tinggi badan dan berat tubuhku. “Masih sama, nggak pernah berubah.” Kataku basa-basi. Dia tak menghiraukan perkataanku.

“Tunggu sebentar ya.....” dia bangit dari kursinya lagi. Kali ini dia berjalan ke arah kamar di sebelahnya, menyerahkan kertas yang dibawa kepada petugas lainnya dan mempersilakanku, “Silahkan.....”

Aku bangkit dari kursi dan berjalan ke arahnya. Petugas yang baru mempersilahkanku untuk duduk dan mulai membaca sekilas catatannya. “Pakai kaca mata ?” tannyanaya sambil melihat ke arahku.

“Tidak.” Jawabku seraya menggelengkan kepala. Dia mulai menulis jawabanku.

“Untuk apa ini.....?“ Tanyannya lagi. Kali ini dia tidak melihat ke arahku, sibuk pengisi isian yang belum terisi. Selesaai menulis, diperiksanya lagi catatannya. “Silahkan dibawa ke mbak iya tadi.....” Suruhnya dan memberikan catatan itu padaku untuk dibawa kepada petugas pertama.

Sesampai di depan kursi penjaga pertama, aku menyerakhan lagi catatan itu, “Sudah?” tanyanya. Aku mengangguk pelan. Dia meraih catatan itu dari tanganku, mengambil catatan lain berwarna hijau, kecil dan menuliskan namaku di atas kertas kecil itu.

“Ke loket ya.....” Dia menunjuk loket yang ada di samping ruangannya, kertas berwarna hijau itu sudah diberikan padaku. Aku bertanya, apakah betul itu loketnya? Dia menjawab, “Iya,” Mengangguk dan menunjuk loket itu.

Seorang ibu dan ankanya memasuki ruangan ketika aku menuju ke loket. Untuk beberapa saat, aku berdiri di depan loket menunggu petugas lain memanggilku. Ketika dia datang, aku menyerahkan kertas itu padanya.

“Sepuluh ribu,” Ucapnya. Aku mengeluarkan uang dari dompetku dan memberikan kepadanya. Selesai membayar di loket, aku kembali ke petugas pertama, “Sudah?” tanyanya. Aku mengangguk, “Mohon tunggu dulu ya...” Pintanya. Seorang ibu dan anak itu sekarang sedang duduk di hadapan petugas itu. Selesai dengan sang ibu tadi, petugas itu memanggilku dan mempersilahkan aku mask ke ruangannya. Ketika aku masuk, dia tengan melipat catatanku tadi dan memasukkannya ke dalam amplov puih kemudian menyerahkan padaku.

“Terima kasih....” Kataku kemudian melangkah menuju luar ruangan beraroma karbol itu. Meninggalkan ruangan yang telah membuat mual dari aroma.

******

Perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan. Salah satu mahasiswa semester awal di institut besar di Jawa Timur. Sedangkan honeyku, Ardiani Putri Ramadhan. Seorang guru muda, yang mengajar di salah satu sekolahan elite di Jawa Timur.

Tunggu sebentar, ada satu sms masuk di inboxku. “Honey, ftq ya pas dkdr kmrn krm dong ke emailku...mo q masukin album.”

Aku tersenyum membaca sms itu. Akhirnya, setelah kemarin dibuat terpingkal-pingkal dengan sms polosnya, hari ini, ternyata dia sudah berhasil mengakses akun facebooknya.

Mulai sekarang, aku bisa lebih dekat dengannya jika berada jauh darinya. Kalau begitu, aku ingin menulis sesuatu di dindingnya. Sekarang juga.

“Honey, hari kelima ini, aku sehat sekali.” Tulisku pada wall profil honeyku sambil melirik pada amplop putih yang tergeletak di atas meja. Sebuah surat keterangan sehat dari kedokteran telah aku dapatkan.


Lucu

Hari keempat ini, puasa bagi kami sudah bukan “beban” lagi. Tubuhku sudah mulai menerima perumahan pola makan secara berlahan-lahan. Aktivitas pun tak ada halangan. Komunikasi dengan si dia, honey, juga mulai lancar.

sebelum masuk pada cerita yang selanjutnya, izinkan kami memperkenalkan diri. Namaku Ardian Sahru Ramadhan. Mahasiswa semester awal di salah satu institut besar di Jawa Timur. Sedangkan honeyku, Ardiani Putri Ramadhan. Seorang guru muda, yang mengajar di salah satu sekolahan elite, di Jawa Timur juga.

Tidak seperti biasanya, hari keempat ini banyak sekali aktivitas yang aku lakukan di luar ruangan. Ikut olahraga bersepeda di pagi hari, bantu-bantu kakak membangun rumah pertamanya yang tidak jadi-jadi, meskipun hanya sebagai mandor saja, memang dalam hal ini aku hanya bisa membantunya lewat menggantikan perannya menjaga toko kelontongnya. Setiap akan membantu angkat-angkat barang yang berat, kakakku selalu bilang, “Udah, jaga aja tokonya. Biar ini dikerjakan oleh ahlinya.” Tahu saja dia, aku memang tidak ahli kalau harus mengangkat bahan bangunan yang berat seperti itu.

Sore hari, aku bersama bapakku pergi ke rumah bapak angkatku, masih tentang urusan rumah kakakku. Minta pertimbangan tentang bagaimana proses pembangunan selanjutnya. Maklum, sudah hampir dua bulan bangunan itu belum jadi-jadi. Pekerja ahlinya sering minta izin karena istrinya sakit-sakitan.

******

Birunya langit mulai tidak terlihat. Warna yang selama ini lebih sering mendominasi langit itu berlahan-lahan memudar, berganti dengan warna lembayung jingga. Indah. Seindah suasana hatiku.

“Honey, met buka... td aq bwt mail, ni alamate putriramadhani@rocketmail.com aku tersenyum kecil membaca kalimat smsnya. Akhir-akhir ini, dia selalu ingin aku tahu apa aktivitasnya.

“Yow wez, cr difacebook km ya... alamate sm... balasnya ketika aku menanyakan alamat email atau facebooknya. Sebelum puasa kemarin, dia bilang padaku ingin membuat aku facebook. Ketika aku tawarkan jasa untuk membuatnya, dia menolak. “Tidak enak kalau ada yang melihat.” Dia beralasan. Aku tahu dirilah, hubungan kami masih berstatus backstreet. Masih belum berani terang-terangan di hadapan publik.

Narsis bgt...bt thanks ya... balasnya lagi. Honey mengatakan aku narsis. Narsis karena menulis catatan tentang hubunganku dan dirinya setiap harinya. Melihat kalimat terakhirnya, sepertinya dia suka. Baiklah, aku akan meneruskan menulis catatanku ketika bersama dirinya.

Satu alasan yang membuatku selalu ingin menuliskan ceritaku. Menulislah, atau kau akan menghilang dalam pusaran sejarah. Kalimat yang cukup mengena bagiku.

Menulis adalah panggilan hati. Sebuah panggilan jiwa untuk menjaga peradapan agar tidak hilang. Menulis itu mengekalkan kita. Manusia hidup, datang dan pergi, tanpa suatu yang berarti. Mereka datang seperti mendung, pergi seperti titik-titik hujan. Menghilang tanpa bekas. Hilang ditelan bumi.

What? Seru donx critx...?  penasaran bgt.. tu koleksi pribadikah? tanyanya lagi. Honeyku selalu ingin tahu, itu yang aku suka darinya. Membuatku selalu ingin bercerita.

Honey,fbq mang blm bs dibuka. Np ya? smsnya datang lagi. Setelah beberapa waktu lalu aku menyarankan untuk membaca catatanku. Karena aku telah men-tagnya dalam tulisanku.

Iya, td aq uda cb buka dihape. Te2p g bs..  Sepertinya dia ingin tahu catatanku. Penasaran. Tapi, kenapa dia belum juga bisa mengakses akunnya?

Km nyarix gmn? tanyanya lagi, setelah aku memberitahukan, aku sudah bisa melihat profilnya.

“km tlis aja emailnya lngkp ato namamu, pake spasi ya....” jawabku akhirnya. Memang susah ya kalau ngomong dengan orang yang belum begitu paham dengan internet. Meskipun aku sadar, aku juga tak ahli dalam bidang ini.

Ow real revax pake spasi?

“Ya iyalah, honey....... namamau pake spasi, gimana sih?” jawabku pura-pura emosi. Tapi dia hanya membalasnya dengan ini, :-P ’Dia pasti lagi kesel sekarang, ‘pikirku.

Lama smesnya tak lagi datang ke inboxku. ‘Barangkali, dia sudah berhasil masuk dalam akun fbnya.’ Tebakku. Tapi aku salah. Tak berselang lama setelah tebakanku tadi, satu pesan masuk lagi ke inboxku. Dari honey.

Honey, alamate ni to? putriramadhani@rocketmail.com stlh putri g da spasi?

Glek!

Pikirku dia sudah berhasil masuk, ternyata masih tertahan dengan kebingungan-kebingunnnya sendiri. Kenapa dia tidak menerima tawaranku sih? Aku akan selalu siap membantu dan mengajarinya cara mengoperasikan internet. Ah, gapteknya honeyku. aku tersenyum dengan sms-smsnya yang lucu.

Kl email emang g blh pke spasi, honey. :! Kl nmmu pke sapi, eh salah, pke spasi.  balasku tak kalah lucu. Aku benar-benar tertawa membaca pertanyaannya, membaca balasanku.

Ow getu yach... br tw kl nama km jg’ pake’ SAPI, GEDE lg..he” :-P

‘Ah, dia bener-bener kesel!’ tebakku. Aku benar-benar suka menggodanya. Sayangnya kita hanya saling tanya melalui pesan singkat. Coba kalau kita sedang bersama, aku bisa bayangkan, dia akan memukuliku. Merajuk.

Aku tertawa geli.

Hari keempat Ramadhan ini lucu sekali. Bagiku, bagi dia juga tentunya.

Basah

Hari ketiga puasa Ramadhan ini kami lewati tanpa makan sahur. Kami sekeluarga, kedua orang tuaku, kakak dan aku, semua melewatkan acara makan sahur karena masih terlelap dalam tidur. Seperti sudah janjian, semua bangun kesiangan. Meskipun, pada pukul 02.00 am salah satu temanku mencoba membangunkanku, tapi karena ponsel aku setting silent, ada sms masuk pun aku tak tahu. Aku mengetahuinya ketika aku membuka mata hendak melihat jam yang tertera. Betapa kagetnya aku begitu tahu, jam digital itu menunjukkan pukul lima tepat. Terlambat. Tidak ada waktu lagi. Akhirnya kita menjalani hari ke tiga puasa Ramadhan ini tanpa sahur.

Seperti biasa, sebelum kami lanjutkan cerita ini, perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan. Seorang mahasiswa yang tengah menjalin cinta dengan seorang guru muda, Ardiani Putri Ramadhani.

*****

Memandang senyumnya yang cerah hari ini. Aku hanya bisa tertawa. Sungguh indah dunia. Cahaya terang yang menyilaukan mata seakan-akan menertawakan kami semua. Terutama bagiku, tubuhku mengalami dehidrasi. Aku mengutuk diriku mengapa tidak bangun untuk sahur hari ini.

Panas sang surya yang menyengat, membuatku berpikir panjang jika mau melakukan aktivitas di luar ruangan. Sebisa mungkin, jadwal yang sudah aku buat, aku pindahkan semua di pagi hari. Kalau bisa, sebelum matahari benar-benar berada tegak di atas ubun-ubun kepala, jadwalku sudah selesai semua.

Jadwal pertama, aku harus ke apotik. Ada obat pesanan ibu yang harus aku beli. Tidak tanya obat apa, aku hanya diberikan contoh bekas wadahnya saja. Berangkatlah aku menuju Apotik Panggung Farma, Apotik yang terletak di selatan alun-alun kota Nganjuk ini setiap hari buka untuk melayani para pembelinya.

Tidak banyak bicara, karena memang hari ini aku sedang puasa bicara, aku menyodorkan obat pesanan ibuku kepada salah satu pelayan yang jaga. Pelayan itu menerima obat pesanan ibuku dan mencoba mencari-cari letaknya di antara deretan-deretan obat yang sudah di diletakkan dalam etalase kaca. Setelah beberapa waktu berselang, dia kembali tanpa membawa pesanan yang aku minta, “obat ini kami tidak punya. Obat yang lain kita ada, bagaimana?” pelayan itu menawarkan obat lainnya. Aku hanya menggelengkan kepala. Aku tak ingin coba-coba, karena ibuku memang tidak suka.

Aku balik dari apiti kiriam farma dan melanjutkan pada jadwal kedua, belanja. Jadwal belanja ini sebenarnya sudah aku jadwalkan jauh-jauh hari sebelumnya, tapi selalu aku tunda. Begitu ada kesempatan, belanja pun siap dilakukan.

Selesai belanja, aktivitas kembali seperti semula, duduk di depan komputer. Menyalakan komputer, mendengarkan musik dan mulai membaca buku yang belum sempat terbaca.

Suara Glendon Smith dari album Rendezvous Jazz for Intimate Dinding mengalun lembut dari komputerku. Selama beberapa jam, aku terbuai dengan alunan musik jazz yang lembut itu. Saking menikmatinya, aktivitas membacaku berhenti karena sudah tidak terjaga, tidur maksudnya.

Hari ketiga ini, sambil menunggu waktu berbuka, aku lebih memilih menghabiskan sisa hariku untuk lebih dekat dengan air. Sisa-sisa sinar sang surya yang tertinggal di bumi masih meninggalkan efek gerah bagi makhluk di bumi. Dari sisa-sisa tenaga yang ada dalam raga, aku putuskan untuk bermain-main dengan air. Melakukan semua aktivitas yang berhubungan dengan air. Berbasah-basah ria sambil menunggu waktu berbuka.

*****

Bulan sabit mulai nampak di langit. Semilir angin malam.
Laki-laki itu berbaring berdampingan dengan sosok orang lain tak begitu dikenalinya. Di sela-sela aktivitas membacanya, matanya pun selalu melirik ke arah sosok itu. Ada senyum malu-malu yang tersungging dari bibir laki-laki itu. Di tangan kanannya, tergenggam sebuah novel kecil, adzan subuh menghempas cinta. Novel itu sangat kecil, untuk bisa membaca bersama, laki-laki itu harus memegangi satu sisi dan satu sisi dipegang sosok orang lain di sampingnya itu.

Kedua insan manusia itu menatap buku yang sedang dibaca, dikelilingi dengan taburan bunga-bunga mawar yang mengelilingi mereka berdua. Dalam keheningan mereka terdiam. Mata saling menatap. Nafasnya turun-naik dengan detak jantung yang tak berauran. Lelaki itu menghela nafas pelan. Hening. Entah siapa dulu yang hendak memulai pembicaraan. Namun, hembusan angin malam seakan –akan meminta mereka untuk lekas saling menyapa.

“pejamkanlah matamu” pinta lelaki itu. Sosok yang di sampingnya menuruti keinginannya. Berlahan-lahan dia mulai menutup mata. Tubuhnya bergetar, mata terpejam.

Lelaki itu mendekat mendekap begitu erat. Sosok itu terdiam sesaat. Sebuah kecupan ringan terasa menyentuh pipinya. Dengan nafas yang menderu, jantung berdetak cepat. Malam yang dingin pun berubah menjadi hangat.

Dua insan manusia saling berpelukan. Lelaki itu menitikkan air mata. Air mata yang melukiskan kesedihan yang tergambar dari hati yang paling dalam. Air mata itu adalah beban yang selama ini terpendam. Air mata yang tercipta untuk meluapkan rasa kesedihan.

Lelaki itu melepas pelukannya dan berucap, “Kau tahu kenapa aku begitu membencimu?” sosok orang lain itu kemudian bangkit mengikuti lelaki itu. Kemudian dia duduk di sampingnya. Memandang laki-laki itu, lekat. Menunggu.

Lelaki itu menunduk, menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, “Karena aku begitu mencintaimu.” Mata terpejam, tubuhnya bergetar. Dia menangis. Benar-benar menangis.

Setitik air mata jatuh di atas pangkuannya. Basah.

Seberkas cahaya menyilaukan masuk ke dalam selaput mataku. Dengan sisa-sisa kenangan yang mulai memudar dari mimpi-mimpi itu, kini aku sadar, apa yang menyebabkanku ‘basah’ dan terlambat sahurku.

Hari ketiga Ramadhan ini terasa ‘basah’. Hanya bagiku.


Aneh

Cerita ini bermula ketika aku kehilangan kunci rumah seusai sholat tarawih. Setelah melakukan pencarian yang berulang-ulang di sekitar kediaman, dengan sangat menyesal dan wajah yang bermuram durja aku beri tahukan, pencarian itu tetap tak membuahkan hasil. Kunci rumah tetap hilang. Untuk meredam kesuntukan pikiran, kucoba untuk mengakses facebook melalui ponselku. Dengan posisi masih duduk di atas jok sepeda motor, yang sengaja aku parkir di depan rumahku, aku mulai memperbarui status dan menambahkan komentar-komentar garing dalam status-status temanku.

Sebelum aku lanjutkan ceritaku, perkenalkan, namaku Ardian Sahru Ramadhan, dan honeyku, Ardiani Putri Ramadhani. Dua nama yang hampir sama. Serasi kata murid-muridku. Dan satu hal yang pasti, nama ini tanpa rekayasa. Memang begitu adanya sejak aku dan dia dilahirkan ke dunia.

Ramadhan kedua, keanehan demi keanehan kita alami berdua. Sebagai sumber pertama, cerita puasa kedua ini, aku akan lebih banyak porsinya. Sedangkan honeyku, dia hanya akan menjadi selingan di antara cerita-cerita panjangku yang tak berkesudahan.

Kita mulai ceritanya, ya......

Ketika berhasil mengakses FB dari ponsel, hal pertama yang aku lakukan adalah memperbarui statusku. “Selesai tarawih. Mau masuk rumah, kunci ilang entah ke manah. Nggak ada serepan lagi. Aaargh....!!!”

Selesai memperbarui status, kulihat pemberitahuan baru. Ada beberapa berita baru, tapi aku lebih tertarik pada komentar yang diberikan pada catatanku yang aku posting beberapa hari yang lalu. Kugeser tanda panah yang terlihat dalam layar ponselku ke arah pemberitaan terbaru.



Karyono : capek!!!!
Jum pukul 2:00 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : emang napa, mas?
abis kerja rodi ya?
sorry,..... nggak bisa bantu-bantu. he...he...he....
Jum pukul 2:01 • Hapus

Karyono : kok sekarng sering menghilang!! pa dh kmbali kehabitatnya lagi???
ha..ha..
Jum pukul 2:05 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : masih repot. ramadhan ini mungkin balik.
online dmn nih.... kyknya tadi denger suaranya deh.... he..he..he..
Jum pukul 2:08 • Hapus

Karyono : lg sibuk paan?pa bln romdhn masih konser juga???
ha..ha...
online diwarnepo!!
Kemarin jam 6:40 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : Msh dunk... msh byk side-job nih...
lagian riu jg lg bosen ma aktvts yg sm tiap hrnya.
critanya skrg tuh lg cr variasi br,biar g monoton. gichu...
Kemarin jam 6:49 • Hapus

Karyono : cari Variasi apa cari IStri??????????
ha..ha..
masak g laku-laku sich!!!!!
diskon dong dikit or banting harga kek!!!
ha..ha..
Kemarin jam 7:07 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : Ngapain jg bnting harga? kyk udah g laku ajah!
prmintaan n pnwaran gw msh tinggi, bro. hrs sesuai standar.
Kemarin jam 7:13 • Hapus

Karyono : dari pada g laku2!!!
Kemarin jam 7:20 • Hapus

Ardian Sahru Ramadhan : Drpd ngancurin harga pasaran?pilih mn?
kl udah jodoh, dia g bkl kmn. pasti dtng,bro.
Kemarin jam 7:24 • Hapus



Hanya sampai di situ komentarku. Mencoba menambahkan, tapi gagal. Tapi aku tak henti berusaha, lagi, lagi dan lagi. Setiap kali mencoba untuk menambahi, satu peringatan selalu muncul di layar ponselku, Gagal menghubungkan ke Internet. Kunjungi http://www.operamini.com/help?version=4.2 dengan browser desktop Anda atau hubungi penyedia layanan Anda untuk pengaturan Internet. Klik di sini untuk memulai uji koneksi. Coba lagi.

Kututup aplikasi opera miniku. Kalau peringatan sudah muncul dengan tulisan demikian, satu hal yang pasti dan aku harus menerima dengan lapang hati. Pulsaku sudah habis dan tidak dapat untuk mengakses kembali sebelum aku mengisi pulsaku lagi.

Malam kian dingin. Sayup-sayup terdengar suara orang mengaji. Kuputar kunci ke posisi On. Kemudian kustarter motorku kembali untuk mencari kunci yang hilang. Tempat yang menjadi tujuan utamaku adalah masjid. Karena tempat terakhir yang aku singgahi adalah tempat itu. Dan ternyata benar dugaanku. Aku meninggalkan kunci itu di tempat itu.

Malam kian larut. Kurebahkan tubuhku, pandangan mataku menembus genteng kaca yang ada di atas langit-langit kamarku. Langit hitam kelam, seperti melukiskan suasana gelap hatiku yang butuh penerangan. Tatapanku kosong, pikiranku melayang jauh entah ke mana. Komentar yang diberikan oleh teman barusan benar-benar telah mengusik pikiranku.

Komentar yang diberikan, terkesan bahwa aku ini benar-benar sedang mencari istri. Karena tidak laku-laku, akhirnya dia mengusulkan agar aku tidak perlu jual mahal. Agar lekas dapat istri, sarannya aku harus ‘obral’ diri. Lalu siapa yang jual mahal? Siapa yang ingin cepat-cepat cari istri? Kalau usul-usul itu ditujukan kepadaku, jelas, aku tidak butuh usulan yang seperti itu.

Kok jadi terkesan desperate banget, ya? Hanya nggak laku-laku, aku harus ‘obral’ diri? Lalu, honeyku mau aku ke mana kan?

Aku mencoba merenung atas komentar-komentar itu.

Menyeleksi istri untuk menjadi pendamping hidup memang tidak mudah. Semua orang tahu ini. Seleksinya pun perlu pemikiran yang matang dan dengan berbagai pertimbangan. Tidak boleh asal pilih atau pun terkesan ‘coba-coba’. Tapi dari komentar teman saya itu, ada kesan bahwa dia akan melakukan apa saja demi mendapatkan pendamping hidupnya. Meskipun itu harus dengan cara ‘Obral harga’. Mungkin cara itu cocok bagi dia, tapi bagiku, No way! Jadi teringat iklan di TV, Cari istri kok coba-coba! Ha..ha..ha... aku tertawa dalam perenunganku.

Setiap orang, baik itu laki-laki atau perempuan, pasti mempunyai kriteria-kriteria tertentu ketika dia mencari pasangan. Terkadang, ketika seseorang itu memasang kriteria ideal untuk mencari pasangannya, seseorang itu sering lupa. Kriteria ideal yang diajukan, bagi laki-laki, akan memilih pasangan yang cantik, seksi, tinggi dan putih. Ini terkesan berlebihan, terlebih iklan-iklan kosmetik yang ada di Indonesia saat ini terlalu menggembor-gemborkan, perempuan cantik itu adalah yang mempunyai kulit putih. Demikian sebaliknya.

Ketika dalam masa pencarian untuk mendapatkan kriteria yang tepat inilah, biasanya, menurut pengalaman pribadi beberapa tahun lalu, saya pernah menerima pasangan yang kalau dibilang dari beberapa kriteria yang saya ajukan, hanya beberapa saja yang terpenuhi dari dia. Awalnya hanya mencoba menerima, sambil mencari yang lainnya tentunya.

Dalam hubungan seperti itu, kita, saya juga khususnya, tidak atau sama sekali tidak pernah memikirkan bagaimana efek dari ‘coba-coba’ ini. Saya telah mengesampingkan kriteria-kriteria yang sudah saya ajukan demi menerima pasangan ‘coba-coba’ tersebut. Setidaknya, kita akan menjalaninya dalam jangka waktu hingga kira-kira kita akan mulai nyaman dengan hubungan kita berdua. Ternyata saya salah.

Saat mencari kesamaan dari hubungan ‘coba-coba’ itulah, kita akan sedikit sekali memikirkan dampak dan tanggung jawab yang harus kita berikan kepada pasangan ‘coba-coba’ itu. Apalagi kalau kita mulai menemukan kekurangan-kekurangan dari pasangan ‘coba-coba tersebut. Lalu, apakah kriteria-kriteria yang telah kita ajukan dan sengaja kita ke sampingkan juga akan menjadi masalah?

Dari literatur yang saya baca, hubungan percintaan dalam prakteknya tidak akan terlepas dari tiga faktor. Yakni perasaan, waktu dan biaya. Perasaan, sedikit banyak akan berhubungan dengan hati. Ketika berhubungan dengan hati, jangan lupa efeknya jika ada kegagalan ketika membina hubungan percintaan. Orang yang pernah tersakiti hatinya, orang tersebut akan sulit sekali melupakan sakit hatinya. Meskipun terkadang orang tersebut bilang dengan lisannya, telah memaafkan semua kesalahan. Apakah Anda yakin, dia akan benar-benar melupakan sakit hati itu? Satu hal yang perlu Anda tahu, dalamnya lautan dapat diukur kedalamannya, dalamnya hati, hanya dia sendiri yang tahu.

Waktu. Selama hidup bersama dengan pasangan ‘coba-coba’ itu, berapa banyak waktu yang terbuang antara kalian berdua? Berapa banyak waktu yang dihabiskan ketika dia harus memikirkanmu? Sepatutnya kita merenung, berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk memikirkan kita, jika hubungan itu hanya coba-coba. Anda telah membuatnya membuang waktu sia-sia. Bukankah waktu itu lebih mahal daripada emas dan permata? Tidak akan kembali kalau sudah berlalu?

Biaya. Kalau yang ini semua pasti tahu. Dalam hal mencari pasangan, kita pasti memerlukan biaya. Biaya untuk sms, biaya untuk telepon, biaya kencan atau biaya-biaya lain yang akan mendukung proses pencarian pasangan itu.

Sekali lagi, mencari pasangan memang tidak mudah. Perlu pemikiran yang matang, tidak asal pilih atau pun coba-coba.

Malam semakin larut. Suara dengkuran bapakku terdengar sampai ke kamarku. Aku berbaring miring, menghela nafas panjang dan memejamkan mata. Mencoba untuk tidak memikirkan apa-apa.

*****

Suara ketukan pintu dan panggilan kakakku telah membangunkanku. Menyalakan layar ponselku untuk mengetahui waktu. Angka digital ponselku menunjukkan pukul 04.00 am. Lima belas menit lagi waktu imsak. Aku bergegas bangkit dari tidurku. Menyalakan lampu, menyeberang ruangan dan berhenti di hadapan almari berkaca. Aku memandangi tubuhku yang tak berbaju. Mencoba mengingat-ngingat mimpiku barusan. Aku berkonsentrasi keras, mengerutkan kening, berusaha mengingat....

Gambaran samar layar komputer muncul..... ada yang seseorang yang sedang mengakses internet.... seorang laki-laki. Dia sedang membuka akun facebookku. Membobol dan mengacak-acak profilku.

“Facebok?” Aku tersenyum mengingat mimpiku. Mimpi yang aneh. Benar-benar aneh.

Saat hendak makan sahur pun, aku tidak lepas dengan hal-hal aneh. Lagi-lagi ibukku tak masak untuk sahur puasa kedua ini. Hanya ada nasi, empat potong tempe dan sambal dingin yang tersedia. Ketika makan pun rasanya ingin marah. Marah semarah-marahnya. Ada keinginan untuk tidak makan sahur saat itu. Jika saja bukan awal-awal puasa, aku akan lebih memilih meneruskan tidurku daripada menyaksikan dan memakan nasi dingin itu. Mau beli? Waktu tinggal lima belas menit lagi.

Aneh! Aneh! Aneeeeeeeeeeeeh!

Untungnya keanehan hanya sampai menjelang magrib saja. Puasa hari kedua, ibu’ mulai masak untuk kami. Meskipun hanya nasi dan lauk saja. Tapi bagiku, itu sudah bisa membuatku tersenyum lagi setelah seharian bermuka masam. Ah, ternyata....... Diriku masih belum bisa mengendalikan emosiku. Padahal makna puasa sejatinya tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja, tapi juga menahan nafsu emosi.

Satu pelajaran yang bisa aku petik dari puasa kedua ini, aku harus belajar lagi mengendalikan emosi.

Satu lagi keanehan yang hampir terlupakan. Honeyku, Ramadhan kedua ini tidak mengirim satu sms pun ke ponselku.

Puasa hari kedua yang penuh dengan ke“aneh”an. Bagiku dan baginya




************************** riu_aj



Catatan : Tanpa bermaksud untuk mengiklan. Agar lebih jelas bagaimana mencari pasangan sesuai standar, silahkan baca buku Kumpulan Artikel Motivasi Diri karya Rose Heart – Especially for You.