Friday, November 15, 2019
Kembali Untuk Mengeluh
Lama tidak ada kabar. Blog ini seperti sudah tidak berpenghuni ya.... Baru kemarin saya ingat kalau punya blog ini. Seandainya tidak ingat akan seseorang dan kenangan tentangya, mungkin saya juga akan melukapan blog ini entah sampai kapan. Dan sekarang saya jadi kangen untuk menulis di blog ini lagi.
Saya tidak yakin akan menulis apa pada blog ini. Setelah lama vakum, saya juga bingung mau mengisi tulisan tentang apa. Tapi sepertinya kembali ke khittah, bahwa blog ini adalah tempat curhatan dan keluh kesah saya. Mungkin isinya akan lebih banyak kegalauan-kegalauan seperti biasa, yang tidak jelas maunya apa. Entahlah!
Ingin menulis keluargaku, saya tidak yakin harus menceritakan masalah keluarga. Saya tidak ahlinya. Saya suka tulisan tentang patah hati, meski tidak ada hubungan dengan saya, tapi ngalir saja kalo nulis tentang patah hati.
Kadang suka iri dengan blogger yang bisa cerita panjang lebar tentang apa yang dipikirkan, saya pasti kesulitan. Jadi saya hanya akan nulis sedikit-sedikit saja, hanya untuk mengungkapkan perasaan saya agar tidak terlalu menumpuk. Saya juga ingin mengabadikan bagaimana perubahan emosi saya setiap harinya. Karena untuk beberapa minggu ini, sepertinya saya menemukan sebuah kebiasaan yang baru saya sadari dan sebenarnya sangat mengganggu.
Tidak sekarang. Tunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannnya. Hari ini cukup sebagai kata pemula untuk keinginan kembali lagi ke blogger ini. Salam sapa, niatan awal untuk memulai lagi.
Wednesday, November 23, 2016
Sebulan Menjadi Ayah
Sebuln lebih saya tidak menengok blog ini. Stelah menegok sebentar, ternyata ada perubahan tampilannya. Sempat sedikit binggung juga sebenarnya, tapi tak sampai 15 menit untuk langsung memahami. Ternyata memang ada sedikit perubahan, lebih mudah menurutku.
Btw, sebenarnya sudah berhari-hari ingin membuat tulisan lagi. Tapi karena kesibukan dan keramaian aktivitas beberapa hari ini, keinginan untuk menulis jadi terhambat sedikit. Mumpung hari ini ada luang, saya coba-coba lagi buat ngepost dan mengupdate blog. Kasihan, lama punya blog kok malah tak terjamah.
Pengen cerita banyak sebenarnya, tapi khusus hari ini mulai dari ini saja dulu. Postingan lainnya mungkin akan sedikit flashback, karena pengalamannya banyak yang sudah terjadi. Khusus hari ini, saya ingin cerita tentang pengalaman menjadi seorang ayah bagi putri saya, Zara.
Yup, saat ini status saya memang sudah berubah, dari sendiri menjadi berdua. Dari berdua, menjadi bertiga. Orrang ketiga yang hadir di kehidupan saya adalah Zara. Athaletha Kaysha Zaviera Xaveria, nama panjangnya. Cewek mungil, menggemaskan. Tanpa hari tanpa bersamanya. Pengennya selalu dekat dengan Zara. Meski dia lebih banyak tidur saat ini.
Memang begitulah. Usia satu bulan memang bayi lebih banyak tidurnya daripada bangunnya. Belum bisa melihat, hanya bisa menangis saja. Laper, nangis. Ngompol, nangis. Berak juga nangis. Pokoknya kalau merasa tidak nyaman, dia hanya nangis saja. Kita sudah mengerti itu.
Aktivitas hari-hariku, kalau malam sering terjaga, apalagi kalau saatnya mengganti popok. Kalo pagi, nyuci popok sebelum berangkat kerja. Selama sebulan ini tidak jauh dari kegatan itu. Tugas lain, mungkin masakin air buat mandi si Zara. Jam 04.30 pagi dia udah mandi. Mbah dukun yang kita sewa buat mandiin Zara sebulan ini memang bisanya jam segitu. Jadi mau tidak mau, sebelum jam segitu udah bangun duluan. Meski terkadang telat juga bangunnya, apalagi kalo malamnya Zara lebih banyak nangisnya akibat minta digantiin popok.
Tapi seru llho.... Jika selama saya tidak begitu dekat engan anak kecil, kecuali ponakan saya saja. Kali ini saya harus lebih dekat lagi dengan anak saya sendiri. dan tanggal 21 ini adalah genap 1 bulan usianya. Masih sering nangis, tidurnya sudah mulai berkurang. Pipisnya makin banyak, cucian juga makin menumpuk. hahaha
Tuesday, September 27, 2016
Rame-rame Kasus Dimas Kanjeng
Topik yang lagi rame saat dibicarakan di masyarakat dan di sekitar saya adalah masalah Dimas Kanjeng. Yang belum kenal siapa dia, mungkin bisa mencoba googling. Tapi bagi saya sih tidak penting buat mengetahui berita itu. Buang-buang waktu, buang-buang pikiran dan juga buang-buang kuota. Tapi beda lagi kalo itu di kantorku saat ini. Entahlah, berita-berita itu harusnya tidak jadi bahasan penting, karena jelas-jelas kasus penipuan. Tapi, beda orang, beda kepala, beda pula pemikirannya.
saya itu paling tidak pedulian sebenarnya dengan apa yang mereka pikirkan. Tapi kalau itu sudah mengganggu ketenangan saya, mau tidak mau saya juga harus ikut.
Saya masih tak habis fikir, kenapa kasus seperti ini bisa jadi topik hangat banget di lingkungan saya. Padahal juga kasus seperti itu saja. Tapi setelah saya ikut dan massuj lebih jauh dari obrolan itu, baru saya tahu, ternyata di lingkungan saya bekerja itu ada 3 orang yang diyakini ikut dalam padepokan Dimas kanjeng. Ealah!
Thursday, September 15, 2016
Bakar Sate Bareng Istri
Idul Adha kemarin menjadi pengalaman yang tak biasa bagi saya. Dalam arti, ini pengalaman pertama setelah status KTP saya berubah menjadi tidak sendiri lagi. Kalo yang lainnya sih masih sama. Sholat Idul Adha dan makan daging qurbannya. Yang berbeda adalah cara merayakannya, khususnya dalam pengolahan daging qurbannya.
Jika sebelum-sebelumnya adalah ibuk yang masakin dan yang mengolah daging qurbannya. Nah, kemarin saya dan istri yang mengolahnya. Diolah biasa aja, bikin sate. dibakar bareng. Awalnya sih saya hanya menyerahkan sepenuhnya pada istri. Apalagi dari dulu memang tidak suka aroma dagingnya, jadi dari dulu hanya terima jadi saja, tidak ikut masak. Lagian, abis sholat saya keluar rumah. jadinya yakin aja, kalo pas pulangnya masakan udah jadi. Ternyata prediksi saya salah. masakan belum ada karena daging qurban baru selesai dibagikan.
Karena jam 2 belum ada masakan, akhirnya diputuskan buat masak bareng. itung-itung biar bisa menghabiskan watu berdua saja. Jadinya ya gitu deh..... masak sate bareng.
Pas masak bareng itulah saya jadi ngerti, apa yang dimau dia dari saya. ngobrol panjang lebar, meski sebenarnya saya terganggu dengan aromanya, tapi dari situ saya tahu banyak yang harus saya kerjakan.
Sedikit tahu aja, kami menjalani pernikahan ini tidak dimulai dengan proses pacaran. Jadi setelah menikah itu saya baru tahu siapa dirinya. sebelumnya sih hanya sekedar tahu saja, tapi tidak dekat. Ngobrol berdua pun masih bisa dihitung dengan jari. Jadi kita memang benar-benar tidak kenal dan paham betul dengan pasangan. Nah, dari masak sate bareng itu saya jadi tahu, nyambung sedikitlah. heheh
Tuesday, September 13, 2016
Memilih Nama Calon Anak
Semakin dekat dengan prediksi kelahiran calon anak saya, selama beberapa minggu ini beberapa kali mencoba mencari nama untuk calon bayi. Biar kata orang, apalah arti sebuah nama? Tapi saya maunya nama itu mengandung sebuah doa. Iyalah, semua orang tua pasti berfikirnya seperti itu. Akan melakukan hal terbaiknya untuk anak-anaknya. Tak terkecuali, memberinya sebuah nama.
Untuk memilih nama, saya menginginkan sebuah nama yang sedikit berbeda dari biasanya. Jika saat ini hampir semua orang tua memilih nama dengan pendekatan nama islami, saya menginginkan sebuah nama yang multi bahasa. Jadi tidak hanya nama yang sedikit arab, juga nama-nama dari bahasa-bahasa lain. Saya menginginkan sebuah nama yang beda.
Menurut prediksi, calon bayi akan berjenis kelamin perempuan. Karena itu saya mencoba mencarri-cari nama untuk calon anak perempuan saya iitu. Memilih dan memilah dari rangkaian nama dari berbagai bahasa, Menggambungkan, menyatukan dan merangkai menjadi sebuah nama yang memiliki sebuah arti yang berisikan sebuah doa.
Dari proses yang cukup panjang, melewati beberapa minggu. Terpilihlah 5 calon nama yang saya siapkan. 5 nama ini saya pilih ddan saya rangkai karena artinya. Dan tentu juga karena 'beda'nya dengan nama-nama kebanyakan yang beredar pada ssaat ini. Khususnya di llingkungan saya.
Nah, karena saya sudah yakin dengan 5 pilihan nama itu, saya pun menggajukan nama-nama itu ke istri. Mencari dukungan, memilih dari yang terbaik untuk anak kita nanntinya. Setelah berdiskusi lama, akhirnya kita sepakat untuk memilih satu nama. Nama yang terpilih itu nantinya akan kami pilih dan kita berikan keppada anak kami setelah si bayi lahir.
Tapi ternyata tidak sampai disitu saja pemilihan nama itu. Setelah kita yakin dengan pilihan nama itu, kami sekarang diingitkan untuk menyipakan nama lain untuk jaga-jaga, jika anak ini nantinya lahir dengan prediksi yang berbeda. Menurut prediksi sih akan lahir berjenis kelamin pperempuan. Dua kali test USG dengan dua dokter yang berbeda, dokternya bilang perempuan. Tapi karena orang terdekat menyuruh untuk menyiapkan nama dengan jenis kelamin yang berbeda, siap-siap jika itu terjadi, maka saya pun mencari nama untuk jenis kelamin laki-laki.
Hasil pencarian itu menghasilkan 5 pilihan nama juga, seperti 5 pilihan nama nama perempuan. Untuk nama pilihan ini sedikit berbeda,. Jika sebelumnya menggunakan dengan pilihan berbeda-beda bahasa. Untuk pilihan nama laki-laki ini, saya memilih sedikit banyak lebih ke Arab-araban. Alasanannya karena dari pilihan nama yang disodorkan, untuk nama laki-laki lebih banyak mengandung unsur nama Dewa-dewa dan yang disifatinya. Saya tidak suka nama dan pilihan itu. Karena itu saya memilih pilihan nama lain.
Semalem saya sodorkan pilihan-pilihan nama itu ke istri. Kita sedikit berdebat dengan pilihan-pilihan nama itu. Istri maunya simple, saya maunya harus 5 kata. Setelah sedikit lama kita ngobrol dan memilih mana yang tepat. Akhirnya kita setuju dengan pilihan yang terakhir, tapi dengan sedikit redaksi yang berbeda. Tak lupa mengecek pilihan nama untuk perempuannya. Redaksinya juga dibuat sedikit berbeda.
Dari pembicaraan tersebut, kami jadi kepikiran, bertanya-tanya, apakah orang tua kita dulu juga seperti itu ketika memilihkan nama untuk kita. Berdebat panjang sebelum akhirnya sepakat memberi nama seperti saat ini. Wa Allahu a'lam.
By the way, untuk pilihan namanya akan saya umumkan setelah si bayi lahir. Untuk saat ini kami sedang berhara-harap cemas menunggu proses kelahiran. Dan semoga, proses kelahirannya nanti dapat berjalan normal. Ibunya sehat, anaknya juga sehat. Amin.
Thursday, September 8, 2016
Terjun Bebas
Seperti biasa, di kantor baru kita bertemu dengan orang-orang yang baru juga. Bedanya jika biasanya saya memilih untuk tidak masuk dalam obrolan tak terarah, maka hari ini saya ikut dalam bahasan. Tidak ikut secara penuh sebenarnya, hanya ikut dalam pembicaraan saja, mendengarkan pembicaraannya dan sesekali tersenyum ternyata seperti yang saya rasakan.
Topik pembicaraaan kita hari ini tentang penurunan. Penurunan ppendapatan tentu saja. Beberapa hari ini saya mengalami stress yang membuat saya sedikit stress adalah karena pendapatan yang masuk di ATM berkurang banyak sekali dari ppendapatan sebelumnya. Tidak tanggung-tanggung, lebih dari setengah pendapatan saya tahun lalu hilang akibat pilihan pindah kerja ini. Boleh dibilang, ppendapatan saya saat iini sedang terjun bebas.
Saya bingung harus nyari cara apa lagi agar pemasukan meningkat. Apalagi beberapa minggu lagi istri akan melahirkan, jika ppemasuukan seperti ini terus, bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan istri dan anak saya yang akan lahir. Dengan istri saya sudah mulai obrolan untuk mengantisipasi ppenurunan ini. Sudah memikirkan hal apa saja yang harus dipikirkan, apa yang harus dilakukan.
Tapi ternyata, tidak hanya saya saja yang mengalami hal seperti ini. Banyak teman baru saya yang juga mengalami masa-masa sulit seperti ini. Tapi saya tidak yakin akan sebanyak penurunan yang saya alami. Tapi setidaknya saya sedikit bisa bernafas lega, karena melihat ada teman yang juga mengalaminya. Yah, beginilah manusia. Selalu mencari kawan untuk merasakan kesulitan. Selalu membanding--bandingkan.
Harapannnya sih masa kelam ini akan segera berakhir dalam wwaktu dekat. Karena kalau tudak segera berakhir, kayaknya rambut saya akan semakin banyak ubannya. hahha
Wednesday, September 7, 2016
Banyak Omong
Pagi-pagi udah dengerin temen ngomong banyak itu bikin eneg. Saya tak suka banyak ngomong, mungkin itu juga alasan utama kenapa saya tak terlalu suka dengan banyak obrolan dan nongkrong bareng teman-teman. Entahlah, saya lebih memilih untuk menjadi pendengar yang baik. Tapi ketika obrolan tak jelas dan lebih bersifat obrolan yang menurut saya tak penting dibahas, pada saat itu saya merasa eneg.
Saya suka ngumpul, kalau itu menyenangkan. Tapi kalau sudah tidak menyenangkan lagi, apalagi kalau kumpul-kumpul itu hnaya bersifat basa-basi, mending pergi saja. Nyari tempat lain yang sesui dengan minat.
Untuk beberapa hari ini saya lebih suka di perpustakaan. Lebih tenang, lebih nyaman. Tapi sayangnya orang-orang yang banyak ngomong itu juga mulai menginvasi area perustakaan. Jadinya area yang harusnya tenang, jadi ramai oleh obrolan-obrolan yang menurutku tak penting..
Monday, September 5, 2016
Asyik Sendiri
Tak pernah terpikir olehku, kalau saya ini salah satu orang yang punya kebiasaan selalu asyik dengan dunianya sendiri. kalau teman saya tidak bilang begitu, saya pun tak sadar. Barusan, saat sedang di perpustakaan, teman-teman sedang ngobrol asyik. banyak bahasan, dan sering gonta-ganti topik. Sesekali saya mendengarkan dan nimbrung, tapi lebih sering asyik sendiri. mendengarkan musik, browsing artikel-artikel yang saya butuhkan, dan sesekali buka youtube untuk melihat video terbaru.
Entahlah, sepertinya saya memang seperti itu, tak terlalu perduli dengan sekitar. Terlalu Individualism mungkin, tapi gak tahu juga sih....
Friday, September 2, 2016
Akibat Bad Mood
Postingan kemarin adalah akibat badmood saya karena tidak adanya kejelasan dan ketidak adanya pekerjaan ppasti. Setelah beberapa hari aktivitas dimulai, pikiran-pikiran itu hilang dengan sendirinya. Tapi sekarang pikirannya sudah ganti yang lain.
Yah, beginilah manusia. Selalu saja ada yang dikeluhkan. Kemarin itu, sekarang ganti lagi, dan esok apa lagi. Saya yakin tidak hhanya saya saja yang mengalamainya, orang llain ppun sama. Tapi ttak masalah, semua memang perjalanan.
Tuesday, August 30, 2016
Menyesali Sebuah keputusan Resign
Beberapa hari ini mood kerja benar-benar tidak bagus. Rasa-rasanya bekerja bukan lagi sebuah yang menyenangkan lagi. Bukan karena banyaknya pekerjaan, tapi karena ketidak adanya tantangan sama sekali. Rasa-rasanya kok saya ini direkrut hanya untuk genap-genapan persyaratan sebuah intitusi, tanpa tahu apa harus berbuat apa karena tidak dilibatkan dalam segala hal.
Menyesal? Iya, pastinya. Dan ini mungkin yang mempengaruhi moodku beberapa hari ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Pilihan ini adalah hasil keputusan berdua. Percuma jika saya harus menyesal setelahnya.
Dan sekarang saya harus memulai dari awal lagi. Merintis karier dari nol lagi. Hmmmm
Subscribe to:
Posts (Atom)