Excited Sendirian
Kadang aku merasa, semangatku itu seperti kembang api yang dinyalain di tengah lapangan… tapi lapangannya sepi. Nggak ada yang tepuk tangan, nggak ada yang bilang “wah keren,” nggak ada yang ikut terpesona. Aku heboh sendiri, senyum sendiri, tapi ya cuma aku yang “nyala”. Yang lain… pokoknya jalan. Nggak lambat sih, tapi ya datar aja. Dan aku pikir dulu itu nggak masalah. Aku percaya, kalau kita ngasih yang terbaik, orang pasti akan ngerti dan menghargai. Ternyata? Nggak sesederhana itu.
Sampai akhirnya datang momen itu, momen paling nyesek yang pernah aku alami. Sebuah kasus yang bikin aku dijatuhkan ramai-ramai. Rasanya kayak lagi berdiri di panggung, tiba-tiba semua penonton lemparin tomat busuk. Aku nggak cuma kaget, tapi juga kayak kebangetan kecewanya. Karena selama ini aku pikir, walau nggak semua orang ikut excited, setidaknya mereka nggak akan sampai segitunya. Nyatanya, justru dari semangat sendirian itu, lahir rasa nggak suka. Mungkin karena dianggap terlalu “berbeda”, atau terlalu “mengganggu ritme” yang udah mereka nyamanin.
Sejak itu, aku mulai sadar, betapa kasihan sebenarnya diriku. Aku ngotot berlari di lintasan yang ternyata orang lain cuma mau jalan santai. Aku kira aku lagi bikin perubahan, ternyata aku lagi bikin jarak. Dan ironisnya, aku nggak sadar sampai aku jatuh.
Sekarang, jujur aja, aku jadi lebih legowo. Bukan berarti aku udah nggak punya semangat lagi, tapi aku mulai paham kalau nggak semua medan cocok buat lari kencang. Ada waktunya ikut arus, ada waktunya santaiin diri, ada waktunya simpan tenaga. Aku nggak mau lagi excited sendirian sampai akhirnya jatuh sendirian juga. Kadang, menjaga hati lebih penting daripada membuktikan diri.
Mungkin terdengar pasrah, tapi ini bukan menyerah. Aku cuma belajar cara baru untuk tetap bertahan tanpa harus babak belur. Kadang, diam itu juga bentuk bijak. Ikut arus bukan berarti nggak punya pendirian, tapi tahu kapan harus berdiri dan kapan harus duduk manis. Dan kalaupun nanti aku mau nyalain kembang api lagi, aku pastikan aku melakukannya di tempat yang tepat, dimana orang-orang siap untuk melihat, dan siap untuk ikut terpesona, bukan lempar tomat.
Kalau aku pikir-pikir lagi, ternyata memang nggak semua orang mau atau mampu memahami semangat orang lain. Dan itu nggak apa-apa. Hidup memang bukan soal bikin semua orang setuju. Kadang, yang penting adalah kita tetap bisa hidup tenang di tengah perbedaan ritme itu.
sumber foto
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Happy blogwalking!